Selasa, 25 Oktober 2011

KASONGAN HandyCraft and Tourism

KASONGAN HandyCraft and Tourism


Desa wisata Kasongan terletak di pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Yogyakarta indonesia. Sebelah selatan Kota Yogyakarta, Perjalanan dari Yogyakarta ke Kasongan memakan waktu sekitar 10 menit atau 20 menit. 

KASONGAN HandyCraft and Tourism


KASONGAN HandyCraft and Tourism
 
Kasongan HandyCraft and Tourism pada mulanya sangat sederhana, hanya berupa celengan, mainan anak dan perabotan dapur serta pot bunga. Pada tahun 1971 - 1972, “Sapto Hudoyo” seorang seniman Yogyakarta yang mandegani masyarakat Kasongan untuk lebih kreatif dalam berproduksi, sehingga Kerajinan Kasongan atau Gerabah Kasongan ini menjadi bekembang motif dan ragamnya tidak hanya monoton dan membosankan. Selain memberikan sentuhan pada Kerajinan Kasongan tersebut, Sapto Hudoyo juga melatih manajemen dan marketingnya, sehingga Kerajinan Kasongan bisa di terima oleh masyarakat luas dan menjadi semakin terkenal hingga sekarang.




Berkunjung ke desa Kasongan, para  wisatawan akan disambut hangat oleh penduduk setempat. Sekedar melihat-lihat show room  yang dipenuhi berbagai hasil kerajinan keramik.  Dan jika tertarik melihat pembuatan keramik, wisatawan dapat mengunjungi beberapa galeri keramik yang memproduksi langsung kerajinan khas itu di tempat.

Mulai dari penggilingan, pembentukan bahan menggunakan perbot, penjemuran produk yang biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum sentuhan terakhirnya menggunakan cat tembok atau cat genteng.

Saat ini desa Kasongan menjadi salah satu tujuan Wisata lokal di Yogyakarta yang banyak diminati oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Deretan show room atau rumah-rumah galeri di desa wisata Kasongan ini menawarkan barang-barang kerajinan dari Gerabah serta dari bahan lainnya seperti guci, pot bunga, lampu hias, miniatur alat transportasi (becak, sepeda,  mobil), aneka tas, patung,  serta hiasan lainnya yang menarik untuk dipajang di rumah. 


Kasongan juga menawarkan paket souvenir buat pernikahan, dengan harga yang sangat terjangkau, Rata-rata harganya berkisar mulai Rp 1000,- / sampai dengan Rp 3500,-/biji nya. Dan dengan perkembangan zaman , pembelian pun banyak dilakukan melalui online store via internet.


Aneka souvenir yang ditawarkan sangat bervariasi, ada Asbak ( dengan bermacam variasi), Tempat lilin, miniatur pengantin, Kipas, Gantungan kunci, Miniatur Kendaraan, Peralatan makan, Gift Perusahaan, Dompet, Tempat HP, Aneka box, Tempat tisu,aneka alat tulis dan banyak lagi jenis souvenir yang ditawarkan.

KASONGAN HandyCraft and Tourism
KASONGAN HandyCraft and TourismKASONGAN HandyCraft and TourismKASONGAN HandyCraft and Tourism





Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses pembuatan kerajinan gerabah tersebut, maka beberapa galeri menawarkan kursus singkat untuk Anda ikuti. Anda juga bisa melihat proses pembuatan gerabah di beberapa rumah produksi.


Jika anda berkesempatan berkunjung ke Yogyakarta, tak ada salahnya anda mampir sebentar ke Kasongan untuk sekedar berwisata ataupun membawa oleh-oleh dari sana. Dan bagi anda yang akan punya hajat pernikahan , dan anda masih bingung untuk mencari souvenir yang cocok baik dari segi harga maupun bentuknya, Silahkan anda berkunjung ke Kasongan langsung atau via internet.


SELAMAT BERBELANJA

Sabtu, 22 Oktober 2011

Sepenggal Kisah Khadafi dan Aceh

Tertembaknya mantan pemimpin Libya Muammar Khadafi meninggalkan duka bagi sebagian orang Aceh. Setidaknya, itulah yang dirasakan Ligadinsyah, mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah kuliah, sekaligus ikut pelatihan militer di kamp Tajura, Libya. Bagi Liga, tanpa Khadafi, tak pernah ada angkatan perang GAM. Bahkan, sebagian anggota GAM pernah jadi pengawal Khadafi.



Dua tahun di Libya, meninggalkan kenangan mendalam bagi Ligadinsyah. Liga yang ketika itu masih berusia 24 tahun terpilih sebagai salah satu dari lima pemuda Aceh yang mendapat beasiswa kuliah di Al Fatah University, Tripoli, tahun 1986. Dia mengambil jurusan bahasa Arab. "Kami kuliah di sana atas rekomendasi almarhum Teungku Hasan Tiro," kata Liga yang kini berusia 48 tahun kepada The Atjeh Post, Jumat (21/10).

Menurut Ligadinsyah, tak lama setelah dia ke Libya, barulah gelombang pemuda Aceh lainnya dikirim ke sana untuk ikut pelatihan militer. "Tahun 1987, saya dipercaya sebagai penerjemah untuk kawan-kawan dalam latihan militer. Saat libur kuliah, saya juga ikut bergabung dalam pelatihan militer," kenangnya.



Meski pemberontakan GAM dimulai tahun 1977, pendidikan militer secara besar-besaran memang baru dimulai pada 1986-1990. Maka tumpah ruahlah sekitar seribuan pemuda Aceh ke Libya. Mereka dikirim dalam tiga gelombang. Alumni Libya inilah yang kemudian menjadi tulang punggung pergerakan GAM. Bahkan, Muzakir Manaf, mantan Panglima GAM yang kini menjadi ketua Partai Aceh adalah mantan alumni Libya.

Terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Tripoli dan berada di pinggir laut, kamp Tajura adalah salah satu kamp pelatihan yang diperuntukkan bagi kelompok 'bermasalah' dengan negaranya. Kata Lingga, Khadafi menyebutnya: pelatihan untuk orang-orang tertindas dan terzalimi di negaranya. "Setahu saya, dananya dari anggaran belanja resmi Libya. Khadafi bilang itu bantuan resmi untuk orang-orang yang terzalimi di negaranya," kata Liga.

Selain dari Aceh, kata Lingga, pelatihan militer itu diikuti 'pemberontak' dari Pattani (Thailand), Moro (Philipina), Amerika Latin dan Afrika.

Sejauhmana kedekatan Hasan Tiro dengan Khadafi? Menurut Ligadinsyah, hubungan keduanya cukup dekat. Bahkan, Hasan Tiro dipercaya sebagai ketua Makbatabah Al Alami, sebuah lembaga nonstruktural yang menjadi penasehat politik Khadafi. Selain itu, Tiro juga didaulat menjadi President COmmittee peserta pelatihan militer, membawahi peserta dari negara-negara lain. "Tingkat kepercayaannya kepada Teungku Hasan sangat tinggi. Teungku Hasan juga cukup populer di kalangan tangan kanan Khadafi," kata Ligadinsyah.



Ligadinsyah juga masih ingat benar, sejumlah lulusan terbaik GAM di Tanjura pernah menjadi pengawal pribadi di ring satu Khadafi. Baginya, Libya dan Khadafi adalah cikal bakal angkatan perang Aceh Merdeka."Kalau Indonesia standar militernya Amerika, angkatan perang GAM dulu kiblatnya ke Libya."

Sederet kenangan dan hubungan itulah yang membuat Ligadinsyah merasa terenyuh ketika di televisi, ia melihat Khadafi tewas dan diperlakukan tidak manusiawi pada Kamis (20/10) pagi. "Secara pribadi saya sedih juga dan tidak simpati kepada tindakan-tindakan kekerasan seprti itu. Apapun cerita, dia pemimpin yang pernah membebaskan Libya dari tirani Raja Idris itu dan pemimpin yang disegani di negara-negara Arab. Harusnya dia diperlakukan lebih manusiawi," ujarnya.

Kini, Khadafi dan Hasan Tiro telah tiada. Mereka pergi dengan meninggalkan jejak sejarah antara Aceh dan Libya.[]

Penulis : Yuswardi A Suud
Sumber : AtjehPost

Teungku Agam...Dia Bukan Lagi Teungku Agam

Saya ingin menulis. Tapi, tidak pernah bisa menulis seperti penulis lainnya. Saya memang bukan seorang penulis. Saya ingin berpolitik. Tapi, sungguh saya juga bukan politikus. Apalagi politikus ulung seperti teman-teman saya. Saya juga ingin berdiplomasi. Namun, saya juga bukan seorang diplomat. Akan tetapi hari ini saya harus menulis.inilah tulisan perdana saya.

Saya sedikit ingin berkisah. Lebih kurang sudah lima tahun saya menikmati damai yang telah dirajut dengan susah payah ini. Sering teman-teman aktivis, juga teman-teman eks kombatan mengajak untuk terlibat dalam aktifitas politik setelah 2006. Ajakan itu, selalu saya abaikan dengan alasan “Saya ingin menikmati damai ini”. Sebenarnya, dalam lubuk hati yang paling dalam saya mengingkari jawaban saya sendiri.

Sungguh, tidak bisa dipungkiri. Secara lahiriah Aceh sudah damai. Secara mayoritas pun DPRA sudah dikuasai oleh Partai Aceh (PA). Begitu juga dengan eksekutif. Sayangnya, damai ini hanya baru sebatas simbolisasi karena kebijakan yang dibuat oleh eksekutif dan legislative masih bisa diinterpensi, dan UUPA masih bisa diotak atik oleh Jakarta. Ini maknanya makna pemerintahan sendiri atau yang kerap disebut dengan self government belum diklaskan oleh Jakarta. Kalau sudah begini, bisa dikatakan damai di Aceh seumpama jiwa yang sedang kehilangan ruhnya.

Meski begitu, saya masih bisa bersyukur karna dentuman senjata tidak pernah terdengar lagi. Warung kopi sesak dengan cekikan para remaja dan serak parau bapak-bapak tua dan setengah baya. Kondisi ini jauh berbeda ketika tahun-tahun sebelum MOU Helsinki ditandatangani.

Alhamdulillah semua bisa menikmatinya dengan hati yang gembira. Sayangnya, kegembiraan yang luar biasa itu telah menjadikan kita lupa diri. Kita, lupa bahwa hari ini kita sedang dibuai sayang oleh mereka yang mengatasnamakan NKRI. Sepertinya, penyakit lupa diri ini tidak hanya di alami oleh rakyat dan sebagian eks kombatan. Ternyata, Gubernur Aceh juga mengalami hal yang sama, bahkan lebih kritis.

Saya masih ingat. Di tahun-tahun pertama rakyat masih bisa mendengar suara lantang Bapak Gubernur ketika meneriakkan agar butir-butir yang tertulis dalam MOU Helsinki di implementasikan dengan maksimal. Seiring berjalannya waktu ketegasan akan nasib MOU Helsinki yang dijabarkan dalam UUPA kian sepi diteriakkan. Hanya tersisa sosok pemimpin yang di mata saya terlihat bagai sosok yang hidupnya dipenuhi oleh tuntutan materil yang semakin hari semakin berlimpah.

Bagi saya, sekritis apapun penyakitnya, beliau tetap gubernur yang pernah menjadi sahabat saya. Banyak kenangan masa lalu yg terukir bersama beliau. Saya tidak tau apakah beliau masih mau mengingat masa–masa sulit itu atau tidak. Karena, selama beliau menjabat sebagai gubernur bisa dikatakan saya adalah sahabat yang paling jarang bertamu kerumah beliau. Sampai jari jemari ini saya paksakan menulis ini, saya belum juga kerumahnya serutin sahabat-sahabat beliau yang lain.

Seandainya saya memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memediasi, mungkin hal seburuk ini tidak akan terjadi. Tapi sayang itu hanya andai-andai saya saja. Andai andai itupun baru muncul ketika saya sudah tidak mengenal beliau lagi. Sungguh, saya telah tidak mengenal sosok yang biasa saya sapa Teungku Agam.

Teungku Agam sekarang adalah sosok yang sudah mulai gemar memakai baret. Teungku Agam yang selalu menyisihkan waktunya untuk belajar menembak. Dia bukan lagi Teungku Agam. Dia hanya Irwandi. Gubernur Aceh.

Saya sadari itu. Kesadaran yang membuat saya menafikan persahabatan. Dengan berat hati, cukup saya simpan dalam kertas usang. Sungguh, saya tidak pernah memiliki sahabat yang gemar memakai baret. Gemar memegang senjata, kecuali dalam kondisi terjepit dan nyawa terancam. Tidak ada lagi suara lantangnya yang dulu dipergunakan untuk menggugat Jakarta. Kini, suara lantangnya itu telah dipergunakan untuk menggugat sahabatnya sendiri. Menggugat rekan-rekannya yang telah menggantarkan dirinya ke tampuk kekuasaan. Menggugat perdamaian yang sedang saya nikmati sekarang ini, dengan alasan sayang Aceh.

Mendengar gugatan seorang yang kini cukup ku panggil dengan Irwandi atas rekan-rekan seperjuangannya membuat jiwa saya terusik. Saya hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak bisa menulis tapi kini memaksakan diri untuk menulis. Seorang perempuan biasa yang tidak memiliki kemampuan berdiplomasi akhirnya mulai belajar berdiplomasi. Sungguh, jiwa pemberontak yang telah lama saya kuburkan seakan meraung bak srigala kelaparan. Sepertinya hari itu saya telah sembuh dari penyakit lupa diri.

Seketika itu pula dengan rasa sedih yang begitu mendalam saya sempatkan diri mampir di rumah kediaman Muallem. Berharap bisa berbincang dengan beliau. Tapi, sayang beliau tidak berada di tempat sore itu. Akibatnya, jiwa ini terus saja menelangsa. Mencari jawaban atas apa yang sedang terjadi.

Saya sangat percaya Muzakir (Muallem) sosok yang sangat arif. Suatu sore di Simpang Mesra, beliau pernah berucap, mundur dan diam lebih baik. Jika kita tetap majupun sebagai kandidat, yakinlah pertumpahan darah antar timses (tim sukses) Irwandi dan PA akan berlangsung. "Hana payah jioeh, bak merepah tempat ikat spanduk manteng ka pake. Ta cok hikmah mantong (ngak usah jauh-jauh waktu berebut tempat pemasangan spanduk saja pasti akan terjadi pertengkaran. Kita ambil hikmahnya saja." Sungguh kalimat bijak yang keluar dari mulut seorang Mualem.

Itulah kearifan yang keluar dari sosok panglima, yang kukenal 9 tahun silam. Beliau tetap Muallem yang selalu berlama-lama dalam sujud dan zikir.Muallem yang selalu menjadikan mesjid sebagai tempat transitnya. Berbanding terbalik dengan perilaku Gubernur Aceh saya yang setelah mengeluarkan statement kalau independent tidak boleh ada di Aceh, sekarang beliau yang mengingkarinya. Begitu juga, setelah mengeluarkan statement semua pejabat pemerintah Aceh harus memakai INOVA sebagai kenderaaannya, malah beliau yang memakai Cheep Robicon.

Bagi saya, Muallem sebagai representative PA telah menunjukkan karakternya sebagai negarawan dan politikus sejati. Jadi wajar saja jika dalam beberapa hari ini kalimat-kalimat yang bertendensi simpati terus saja bergulir.Namun sekali lagi saya ingatkan, selaku anak Aceh yang belum berpaling dari garis lurus perjuangan, jangan terhipnotis dengan pujaan-pujaan sesaat, diakui atau tidak, PA (Partai Aceh) termasuk saya sendiri merupakan calon penonton dari sebuah pesta yang akan digelar sebentar lagi. Saya ingin bertanya, Apa yang bisa dilakukan oleh seorang penonton selain tepuk tangan? Atau, akan ada riak yang akan merubuhkan panggung sehingga pesta gagal digelar?

Walaupun DPRA tidak mengakui bahwa pesta tersebut sah menurut hukum dan tidak bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pilkada Aceh, baik menyangkut dana APBA hingga kemasalah ritual Gubernur telpilih (Aceh.tribunnews.com/2011/10/09)Pesta tetap akan digelar. Pertanyaan selanjutnya, setelah pesta usai akan kemanakah sang pengantin itu berlayar?

Saya yakin lagi-lagi Jakarta tempat berlabuh. Inilah Aceh. Sebagian rakyatnya tidak pernah malu melacurkan dirinya dengan Jakarta. Luka lama belum juga sembuh, kini luka baru mulai kita torehkan. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi Aceh kedepan, ketika disharmonisasi antara eksekutif dan legislatif telah terbangun jauh-jauh hari, otomatis pembangunan yang berkesinambungan, kesejahteraan bagi rakyat, pendidikan yang maksimal untuk generasi muda, kesehatan yang memadai akan mandek alias tidak akan berjalan maksimal seperti yang akan digaungkan oleh Jurkam dari setiap kandidat nantinya.

Dalam kondisi seperti inilah kita membutuhkan kecerdasan para pemilih dan kekritisan rakyat dalam mencerna apapun yang keluar dari mulut para kandidat.Apa yang sudah dilakukan oleh orang terdahulu seyogyanya bisa dijadikan bahan refleksi,pengalaman menjadi knowledge dari learning before,learning during,learning after berujung sebagai collective knowledge.Aceh milik Rakyat Aceh, sudah sepatutnya rakyat yang menentukan segalanya, bukan mereka-mereka!

Penulis : Cut Meutia (Farah)
Penulis adalah Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Limpoek, Aceh Besar
Sumber : AtjehPost

Jumat, 21 Oktober 2011

ACEH MULAI MEMBARA LAGI 2...?

ACEH DI AMBANG RADIKALISASI MASSA

Enam organisasi sipil Aceh menyatakan konflik Pemilukada mulai mengarah kepada radikalisasi massa dan berpotensi menciptakan kemandegan politik serta ketidakpercayaan publik kepada Pemerintah Pusat.
Sekitar 1000-an massa dan anggota Komite Mahasiswa Pemuda Aceh (KMPA) Pidie berdemo meminta DPRK, Pemkab dan KIP Pidie agar menunda Pilkada di Pidie sebelum selesainya konflik regulasi yang sesuai dengan UUPA.(Harian Aceh/Marzuki)

Keenam elemen sipil itu adalah AJMI, GeRAK Aceh, Koalisi NGO HAM Aceh, KontraS Aceh, LBH Banda Aceh dan PB HAM Pidie.

“Kami menyakini konflik Pemilukada mulai mengarah kepada radikalisasi massa, jika Pemerintah Pusat tidak segera mengambil sikap,” kata juru bicara enam elemen itu, Hendra Fadli dalam surat yang dikirim kepada Presiden SBY, Jumat (21/10).

Kata Hendra, kekhawatiran itu muncul berdasarkan beberapa pertimbangan yang mengacu pada bacaan situasi objektif di Aceh dan peta kekuatan politik lokal yang masih eksis di Aceh.

Pertama, konflik regulasi dalam pelaksanaan Pemilukada Aceh menyebabkan Partai Aceh (PA) tidak mendaftarkan calon kepala daerah mereka, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Kedua, soliditas dan loyalitas yang dimiliki seluruh pimpinan PA/KPA di Aceh akan berimpilkasi pada kesamaan sikap para anggota legislatif di tingkat provinsi dan anggota legislatif di beberapa kabupaten/kota. Paling tidak, di tingkat propinsi dan 7 (tujuh) kabupaten/kota dimana PA merupakan pemilik kursi mayoritas di parlemen.

Ketiga, sulit untuk memungkiri bahwa PA/KPA sebagai jelmaan dari GAM masih memiliki dukungan arus bawah yang kuat. Apalagi paska keputusan penting yang disampaikan oleh Muzakir Manaf dengan argumentasi yaitu mempertahankan eksistensi MoU dan UUPA secara konsisten dan konsekuen demi marwah Aceh.

Keempat, kekuatan kelompok Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh incunbent) dan kubu pro dan pengguna jalur independen lainnya juga tidak bisa dianggap kecil. Selain Irwandi Yusuf ada 73 kandidat bupati, walikota dari jalur independen yang telah mendaftarkan dirinya di berbagai kabupaten/kota.

Kelima, kekuatan politik Partai Nasional (Parnas) nyaris tidak memiliki kepentingan langsung dalam kisruh Pilkada Aceh. Karena, apa pun situasinya Parnas tidak memiliki kerugian politik yang serius. Sehingga sikap Parnas cenderung terkesan oportunis dan mengalir ke arus yang kuat.

Artinya, pimpinan Parnas di Aceh tetap tidak bisa diandalkan sebagai solusi dalam kisruh Pilkada di Aceh, meskipun secara politik Parnas merupakan kekuatan politik potensial yang memiliki daya bisik yang kuat kepada otoritas politik nasional.

“Atas dasar itu dan melihat perkembangan terakhir memperlihatkan bahwa kisruh Pilkada Aceh mulai mengarah pada fase konfrontasi melalui unjuk kekuatan massa oleh masing-masing kubu politik,” sebutnya.

Enam elemen sipil itu memprediksi, dalam beberapa waktu ke depan mobilisasi masa dalam jumlah besar dan masif akan terus terjadi di Aceh, seperti yang telah diawali di Pidie, Kamis (20/10) lalu.

Dan di sisi lain, kelompok pro indepependen tentu tidak akan diam. Mereka akan melakukan hal serupa untuk menangkal serangan mobilisasi masa lawan politiknya.

Karena itu, katanya, pihaknya menyarankan kepada Presiden SBY untuk mengarahkan para pihak yang berseteru Irwandi Yusuf dan Muzakir Manaf agar bersikap arif sehingga tidak terjebak dalam politik antagonis melalui pengerahan kekuatan politik masing-masing, maupun kampanye publik yang bakal menyulut perlawanan arus bawah.

Tidak membiarkan konfrontasi Politik Aceh terus bergulir dan secara konsisten mengarahkan semua pihak yang terkait dengan pengambilan kebijakan strategis mengenai Aceh di tingkat nasional agar menghormati kekhususan Aceh serta seluruh kewenangan Pemerintahan Aceh.

Surat itu juga ditembuskan pada media lokal dan nasional, Kedutaan negara-negara sahabat di Jakarta, jaringan organisasi masyarakat sipil lokal dan nasional, Crisis Management Initiative (CMI) dan Uni Eropa.(bay)

Sumber : Harian Aceh

ACEH MULAI MEMBARA LAGI...?

MASSA DI PIDIE TUNTUT TUNDA PILKADA,DEWAN SETUJU

Sekitar seribuan massa dan anggota Komite Mahasiswa Pemuda Aceh (KMPA) Pidie berdemo menuntut Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK), Pemkab dan Komisi Independen Pemilihan (KIP) di Pidie agar menunda Pilkada, Kamis (20/10). Tiga pernyataan sikap mereka disetujui.
Sekitar 1000-an massa dan anggota Komite Mahasiswa Pemuda Aceh (KMPA) Pidie berdemo meminta DPRK, Pemkab dan KIP Pidie agar menunda Pilkada di Pidie sebelum selesainya konflik regulasi yang sesuai dengan UUPA.(Harian Aceh/Marzuki)

Amatan Harian Aceh kemarin, sejak pukul 08.00 WIB, ratusan massa menumpangi truk, pick up, bus sekolah, dan sepeda motor, mulai memadati halaman Gedung Meusapat Ureueng Pidie. Dua jam kemudian massa mencapai seribuan, yang datang hampir dari seluruh kecamatan di Pidie.

Koordinator aksi, T Syawal, didampingi Ketua KMPA Pidie, Mustakim RE, kemudian berorasi di gedung itu. Mereka meminta DPRK, Pemkab dan KIP Pidie segera menunda Pilkada sementara waktu sebelum adanya penyelesaian konflik regulasi yang sesuai UUPA dan MoU Helsinki demi menyelamatkan perdamaian.

Massa kemudian datangi Gedung DPRK sekira pukul 10.30 WIB. Seluruh anggota Dewan diminta keluar dari gedung untuk mendengarkan pernyataan sikap dari massa dan KMPA.

Tak lama berselang, seluruh anggota Dewan dari Fraksi Partai Aceh termasuk pimpinan DPRK Pidie, Abdul Hamid, memenuhi permintaan massa.

Sebagai butir pertama, DPRK Pidie diminta mendukung dan bersedia menyatakan sikap resmi bahwa pelaksanaan Pilkada cacat hukum, karena akan berdampak rusaknya stabilitas politik, keamanan dan gagalnya perdamaian.

Ketua DPRK Pidie, Abdul Hamid, menandatangani tuntutan massa dan KMPA itu. DPRK Pidie mendukung aksi masyarakat yang meminta Pilkada Pidie ditunda sampai adanya payung hukum yang jelas, dan pelaksanaan Pilkada harus sesuai Undang-Undang nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan ketentuan lain yang berlaku.

Massa kemudian mendatangi Sekretariat Pemkab Pidie. Pemkab juga diminta hal nyaris sama, bahwa pelaksanaan Pilkada tidak rasional dan dipaksakan, karena masih ada perselisihan hukum dan politik, serta perlu menghentikan segala pembiayaan dana Pilkada sementara waktu.

Sekdakab Pidie M Iriawan dan sejumlah pejabat teras jajaran Pemkab Pidie mewakili Bupati Pidie Mirza Ismail yang masih berada di Jakarta dalam rangka dinas, menandatangani butir kedua tersebut.

Di tempat yang sama, seluruh komisioner KIP Pidie diminta hadir untuk menandatangani pernyataan sikap ketiga. Pihak KIP pun hadir, antara lain Ketua KIP Pidie Junaidi Ahmad, didampingi dua anggotanya M Diah Adam dan Mulyadi Makmuman.

KIP Pidie diminta mendukung dan bersedia menyatakan sikap resmi, bahwa menolak pelaksanaan Pilkada dan menghentikan semua tahapan Pilkada sementara waktu sampai tuntasnya penyelesaian konflik regulasi dan adanya kepastian hukum serta dukungan politik dari semua pihak.

Maka KIP Pidie menyatakan sikapnya, antara lain mendukung aspirasi masyarakat Pidie yang meminta Pilkada di Pidie ditunda hingga selesainya konflik regulasi sesuai hukum dan mekanisme yang ada.

KIP Pidie juga diminta melaksanakan Pilkada sesuai UUPA dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena UUPA merupakan aspirasi dan inspirasi masyarakat Aceh dan pada prinsipnya KIP Pidie berkomitmen untuk menyukseskan Pilkada sesuai UUPA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Usai Junaidi Ahmad membaca pernyataan sikap KIP Pidie, sekitar pukul 13.30 WIB, massa pun mengakhiri aksi damai yang ditutup dengan pembacaan doa dan kembali ke daerah asalnya masing-masing.(zuk)

Sumber : Harian Aceh

Selasa, 18 Oktober 2011

WADUK SERMO



Waduk Sermo, Adalah sebuah Waduk (Danau) yang berada di perbukitan “Bukit Menoreh”, tepatnya di Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo, sekitar 5 km di sebelah barat kota Wates Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak diresmikan pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto, waduk Sermo menjadi penyangga air bagi pertanian di bawahnya sekaligus objek menjadi obyek wisata lokal yang sangat menarik dan membanggakan bagi kulon Progo. Panorama alam yang disajikan waduk sermo sangat indah diselimuti hawa yang sejuk segar dan angin yang berhembus semribit menambah kenikmatan bersantai di pinggir Waduk Sermo.



Waduk Sermo sendiri menurut Pemkab Kulonprogo memiliki luas genangan kurang lebih 157 Ha dengan keadaan air yang jernih membiru serta bentuknya yang berkelok-kelok menyerupai jari tangan manusia dengan latar belakang perbukitan menoreh yang hijau.

Bagi para mancing mania, Khususnya yang ada di sekitar Jogjakarta, pasti sudah akrab dengan waduk yang satu  ini. Tak jarang mereka menginap atau bermalam di Waduk ini untuk menyalurkan hobi mereka. Waduk sermo menjadi alternatif tempat memancing bagi para mancing mania. Disini ada bermacam-macam jenis ikan air  tawar, antara lain: Wader, lele, Nila dan Sebagainya.

Selain pengunjung dari kalangan Macing mania, banyak juga pengunjung yang hanya sekedar ingin menikmati keindahan tempat wisata ini dengan berkeliling waduk menggunakan perahu. Bentuk waduk yang berkelok-kelok dan dikelilingi bukit-bukit merupakan keindahan tersendiri yang dapat dinikmati dengan menggunakan perahu motor.




Biayanya cukup murah, hanya Rp. 5.000,- per orang bagi dewasa, dan Rp. 3.000,- per orang untuk anak-anak. Anda akan dibawa berkeliling selama 20 menit, jika penumpang perahu sudah berjumlah minimal 5 orang. Kalaupun ingin borongan, pengunjung cukup membayar Rp. 100.000,- /jamnya.
   

Fungsi utama dari waduk ini yaitu sebagai penampung air yang disalurkan PDAM untuk air bersih, irigasi atau pengairan, serta pencegah banjir. Pemandangan yang elok nan asri  disertai view pegunungan menoreh yang menjulang hijau dengan hutan-hutannya serta sejuknya udara menjadi nilai jual wisata bagi waduk ini.



Sabtu, 15 Oktober 2011

PULAU KOMODO ( road to new7wonders)


A. Profil
Pulau Komodo terletak di sebuah selat antara Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Mencakup tiga pulau besar yaitu  Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil dengan wilayah darat seluas 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km².

Secara administratif kawasan ini terletak di dalam wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Taman Nasional yang ditetapkan sebagai kawasan pelestarian hutan oleh menteri Kehutanan dengan luas 132.572 Ha ini pada awalnya dibentuk dengan tujuan melestarikan spesies komodo atau kadal raksasa  yang unik dan langka.

Sebenarnya daya tarik Taman Nasional Komodo tidak semata-mata oleh kehadiran Komodo belaka. Namun juga didukung oleh Wisata bahari misalnya, memancing, snorkeling, diving, kano, bersampan. Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang bisa dilakukan adalah pengamatan satwa, hiking, dan camping. Mengunjungi Taman Nasional Komodo dan menikmati pemandangan alam yang sangat menawan.


Komodo yang dikenal dengan nama ilmiah Varanus komodoensis adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Oleh penduduk setempat, komodo kerap disebut Ora.

Di pulau ini, wisatawan dapat melihat langsung hewan komodo yang merupakan spesies kadal terbesar di dunia dengan rata-rata panjang tubuhnya. Komodo dipercaya sebagai sisa binatang purba Dinosaurus yang masih hidup. panjang komodo dapat mencapai 3 meter dengan berat bisa mencapai 140 kg.

Wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai aktivitas hewan langka ini, seperti perkawinan komodo yang terjadi antara bulan Mei hingga Agustus; komodo tengah menyantap rusa, kambing, babi dan menyaksikan komodo berjemur di sepanjang jalanan dan di cabang pepohonan pada pagi hari.

Untuk melindungi komodo dari kepunahan, maka pada tahun 1980 pemerintah menjadikan Pulau Komodo sebagai Taman Nasional Komodo. Enam tahun kemudian, yakni tahun 1986, taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. 



B.PULAU KOMODO go to new7Wonders

Setelah tepilih menjadi duta komodo di new7wonders, bapak Jusuf kalla langsung bergerak cepat dengan mengunjungi secara langsung pulau komodo, dan langsung mencari dukungan kepada semua pihak di Indonesia, termasuk pengusaha, seluruh rakyat Indonesia, bahkan Bapak presiden  Susilo Bambang Yudoyono pun ikut di ajak memenangkan pulau komodo menjadi new7wonders.


Jika pulau Komodo terpilih dalam new7wonders, maka dapat dipastikan Wisatawan lokal maupun mancanegara dengan sendirinya akan berkunjung ke pulau eksotik di Nusa Tenggara Timur itu.Terpilihnya Taman Nasional Pulau Komodosebagai New7Wonders secara otomatis akan  meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang hidup di sekitar pulau-pulau yang didiami hewan langka komodo.

Gerakan dukungan kepada pulau komodo mendapat respon dari banyak pihak, termasuk para operator seluler, dengan diluncurkannya sms premium murah.Yang dulunya Rp 1000,-/sms. 
Mulai tanggal 15 oktober kemarin, Biaya per sms hanya Rp 1,-. Dengan demikian tentu akan semakin banyak   masyarakat Indonesia yang akan ikut mendukung vote sms ini. Bahkan menurut pengalaman saya pribadi yang telah mengirimkan vote sms KOMODO, untuk operator siMerah, siKuning, dan siBiru biaya nya Rp 0,- alias gratis.

Saya hanya bisa berandai-andai, jika Bapak Presiden serius dan turut serta dalam mendukung pulau Komodo di ajang new7wonders, maka saya bisa memastikan pulau komodo akan menang dan masuk  dalam new7wonders tahun ini.
Sebagai Presiden, semua Instruksi maupun Himbauannya akan sangat berpengaruh dan di dengar oleh seluruh komponen bangsa. Sebenarnya Bapak Presiden cukup memberi himbauan kepada para menteri-menteri dan para menteri melanjutkannya kepada struktur di bawahnya.

Kita ambil contoh di kementrian Pendidikan. Presiden cukup memberi instruksi atau Himbauan kepada Menteri Pendidikan untuk ikut dalam Vote mendukung Komodo. Dari bapak menteri dilanjutkan ke Tingkat propinsi, kemudian dilanjutkan ke tingkat Kabupaten, dilanjutkan ke tingkat Kecamatan, dilanjutkan ke tingkat desa, Bahkan bila perlu para Siswapun di ajak untuk ikut Vote Komodo. Bahkan jika Asumsi di atas kita tambah dengan  kata-kata “Beserta staf dan Keluarganya”, Maka dari satu institusi saja, akan memperoleh dukungan dari Jutaan Voter di Indonesia.

Mari kita semua bersatu  dalam memenangkan pulau komodo menjadi new7wonders dengan mengetik KOMODO kirim atau ke 9818, atau bagi para netter bisa langsung ke sini.
Voting SMS, telepon, dan email ditutup 11 November mendatang

   

Kamis, 13 Oktober 2011

Atjeh Institute...Dokumen Sejarah dan Budaya Aceh Terlengkap Di Atjeh Institute, Belanda

Sejarah dan budaya Aceh banyak ditulis oleh kaum orientalis barat. Konon, dokumen sejarah dan budaya Aceh terlengkap tidak dimiliki Aceh, tapi ada di Belanda dalam Atjeh Institute.


Atjeh Institute dibangun pada 31 Juli 1914 atas prakarsa Prof Dr Cristian Snouck Hurgronje, yang kemudian ditetapkan dengan surat keputusan KB nomor 61 oleh pemerintah Kolonial Belanda.


Tulisan-tulisan tentang Aceh yang ditulis oleh ahli ketimuran, baik dari Belanda maupun penulis-penulis barat yang pernah membuat penelitian di Aceh, semuanya dihimpun di Atjeh Institute tersebut.

Prof Dr Aboe Bakar Atjeh dalam makalah tentang “Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah” yang disampaikan pada seminar kebudayaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) kedua tahun 1972, menyebutkan susunan pengurusan Atjeh Institute ketika itu, Ketua Prof Dr Cristian Snouck Hurgronje. Sekretaris Dr C Janssen dan Prof J V.Van Werde C J Haselman sebagai Bendahara.

Untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda kala itu dalam usaha menaklukan Aceh, maka berbagai adat dan budaya serta karakteristik masyarakat Aceh diteliti di Atjeh institute. Lalu dibukukan dengan menggunakan bahasa Belanda. Buku-buku yang terlengkap tentang sejarah dan budaya Aceh yang sampai saat ini terpelihara.

Kesungguhan pemerintah kolonial Belanda dalam mendalami dan meneliti karakteristik dan budaya Aceh, tercermin dari pembentukan Atjeh Institute tersebut. Bahkan, Snouck dikirim ke Mekkah untuk mendalami Islam agar lebih mudah berintegrasi dengan masyarakat Aceh dalam melakukan penelitiannya.

Ketika itu orang Aceh menerimanya dan menempatkannya setara ulama. Sebagaimana sejarah mencatat, dimana Snouck sering menjadi khatib dimesjid-mesjid ditempat dia melakukan penelitian. Sehingga Snouck dipanggil oleh orang Aceh saat itu dengan gelar “Teungku Puteh” yang dibermakna ulama dari barat. Padahal dia sebenarnya bukan muslim, melainkan orang yang punya banyak pengetahuan tentang agama islam.

Buah dari investigasi pura-pura Islam Snouck tersebut, maka lahirlah buku budaya Aceh. Ia melakukan penelitian langsung ke Aceh setelah sebelumnya mengumpulkan data-data dari pelawatan Aceh dan Cina yang pernah singgah di Aceh, baik masa Hindu maupun setelah kedatangan Islam. Seperti Dr G A J Hazuee, dan J Kreemer.

Semua biaya penelitian mereka ditanggung oleh Atjeh Institute. Dari penelitian mereka, lahir pulalah buku-buku tentang kebudayaan dan Sejarah zaman keemasan Aceh yaitu buku “Atjeh” yang ditulis oleh Kreemer dan buku “Encyopedie Van Ned Indie”.

Buku “Atjeh” yang ditulis oleh Kreemer merupakan yang terluas cakupannya tentang identitas dan budaya rakyat Aceh. Hal itu dilatari kepentingannya menulis buku tersebut yang lebih didominir rasa tanggung jawabnya sebagai pakar sejarah dari pada kepentingan politik pemerintah kolonial Belanda saat itu.

Sementara dari kalangan jurnalis, muncul H C Zentgraaf, redaktur Kepala surat kabar Java Bode. Mantan serdadu Belanda yang pernah ikut dalam perang Aceh, setelah pensiun dari militer dan bekerja sebagai wartawan perang. Ia menulis tentang kebrutalan serdadu Moersose bentukan Belanda dalam memerangi rakyat Aceh.

Rangkuman dari pengalamannya itulah yang kemudian dikumpulkan dealam buku “Atjeh”. Zentgraaf dengan gamblang menulis tentang karakteristik, keperkasaan serta ketangguhan rakyat Aceh dalam menghadapi serangan Belanda. Zentgraaf tidak segan-segan mencela bangsanya (Belanda-red) sendiri yang terlalu arogan.

Buku Zentgraaf tersebut dengan berani diterbitkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda masih menguasai nusantara, banyak kritikus menilai buku tersebut merupakan gondam yang memukul pemerintah Belanda kala itu.

Pada masa itu ada juga beberapa penulis lainnya, yang menulis tentang Aceh, diantaranya, Van Veer, Van Graaff, van Den Plass, Van Den Nomensen, semuanya dari Belanda. Kemudian Prof. Dr Griff dari Inggris, Marcopolo dari Spanyol, dan Prof Dr. Wit Shing dari Cina.

Soal dokumentasi budaya, rakyat Jawa lebih beruntung, atas prakarsa almarhum Prof Dr DA Husein Djajninggrat berhasil melobi pemerintah kolonoal Belanda untuk membangun Java Institute di Yogyakarta dengan Museum Sono Budoyo dan majalah Jowo. Sampai sekarang masih terpelihara dengan baik.

Begitu juga di Surakarta walau tidak begitu lengkap, masih mempunyai pusat kebudayaan yang mencerminkan karakteristik daerahnya. Pusat kebudayaan yang dikenal Radio Putoko itu terdapat di lokasi latihan dan manifestasi kebudayaan yang dinamai Taman Sriwidari.

Namun Aceh, karena keunikannya dan oleh Belanda Atjeh Institute tidak dibangun di Aceh, melainkan di negeri Belanda. Karena Belanda menilai sangat penting dokumentasi tentang Aceh ketimbang daerah lainnya di nusantara yang berhasil ditaklukkannya.
Diplomasi 1602

Ketertarikan Belanda Terhadap Aceh sudah dimulai sejak diplomat Aceh, Abdul Hamid mengunjungi Belanda, yang konon katanya merupakan diplomat pertama dari asia yang menjalin hubungan dengan Kerajaan Belanda waktu itu.

Abdul Hamid diutus oleh Sultan Alauddin Al Mukamil ke negeri kincir angin tersebut. Rombongan duta Aceh itu tiba pada Agustus 1602, tapi pada 9 Agustus Abdul Hamid meninggal di negeri Eropa itu dan dimakamkan diperkarangan gereja St Pieter di Middelburg, Zeeland.

Menurut Prof Osman Raliby dalam sebuah tulisan tentang Aceh, dunia orang Aceh berubah cepat karena pengaruh agama Islam. Hal itu kemudian ditambah dengan bersentuhannya Aceh dengan pedagang-pedagang internasional yang mencari rempah-rempah ke Aceh sejak abad ke 14.

Namun, sejak 18 Agustus 1511, Portugis yang menduduki Malaka menjadi ancaman bagi perdagangan rempah-rempah di Aceh. Raja Aceh yang sudah melakukan kontak dagang dengan kerajaan-kerajaan Islam di India, Persia, Mesir, Turki, dan Bandar-bandar dagang di Laut Merah, menyadari hal tersebut. Akan tetapi tetap menjaga hubungan dengan Portugis.

Persaingan dagang kemudian membuat hubungan itu renggang, karena Portugis berhasrat untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Selat Malaka. Karena itu pula Portugis berusaha menghentikan semua pengangkutan rempah-rempah dari pelabuhan Aceh.

Malah, pada tahun 1520 Laksamana dan Raja Muda Portugis di Goa, Dirgo Lopez De Sequeira mengancam dengan mengultimatum akan menyerang kapal-kapal yang melakukan kontak dagang dengan Aceh. Aceh dan Portugis pun menjadi musuh bubuyutan di selat Malaka.

Sembilan tahun kemudian (1529) Portugis ingin merebut pelabuhan Pidie dan Pase yang menjadi bandar perdagangan rempah-rempah. Namun usaha Portugis tersebut gagal. Raja Aceh berhasil menghalau Portugis untuk kembali ke Malaka. Malah pada Desember 1529, kapal-kapal Aceh muncul di depan Canannore di Pantai barat India, membantu armada Raja Kalicut yang bertempur melawan angkatan laut Portugis di Goa.

Selanjutnya, menurut Prof Dr H Aboebakar Atjeh, dalam tahun 1599–saat itu Aceh dipimpin Sultan Alauddin Riayatsyah yang dikenal dengan sebutan Sayid Al Mukammal (1588-1604)— Belanda datang ke Aceh merintis perdagangan rempah-rempah.

Orang pertama Belanda yang datang ke Aceh itu adalah dua bersaudara Cornelis de Houtman dan Frederik de Houtman. Keduanya diutus oleh Zeewsche reeder Balthazar de Moecheron, Belanda. Keduanya datang dengan dua kapal besar dan berlabuh di Pelabuhan Kerajaan Aceh.

Menyadari adanya misi dagang Belanda ke Aceh, Portugis yang sudah duluan menduduki Malaka menghasut Kerajaan Aceh untuk tidak menerima misi dagang Belanda itu. Pasalnya, Portugis tetap berkeinginan untuk memonopoli perdagangan renpah-rempah. Apalagi waktu itu Portugis bermusuhan dengan Belanda.

Raja Aceh pun terpengaruh, dua utusan dagang Belanda itu, Frederick de Houtman dan Cornelis de Houtman ditahan. Karena negoisasi ekonomi yang gagal maka Cornelis pun kemudian dibunuh. Sementara Frederick ditangkap dan ditawan. Kedua kapal Belanda itu pun berlayar kembali ke Middelburg, Belanda.

J Kreemer, seorang penulis Belanda dalam buku “Atjeh” menjelaskan, pada November 1600 Paulus van Caerden, teman sepelayaran dengan Pieter Both memerintahkan kembali dua buah kapal dari Brabantsche Compagnie untuk merintis hubungan dagang dengan Aceh.

Paulus van Caerden berhasil membuat suatu perjanjian dagang dengan Aceh, tapi karena saat itu Aceh masih terus dihasut oleh Portugis untuk tidak bekerja sama deangan Belanda. Muatan rempah-rempah dibongkar kembali dari kapal Belanda, mereka pun kembali ke Belanda tanpa hasil apa-apa.

Saat itulah Federick de Houtman berhasil lari dari tawanan orang Aceh dan naik ke kapal Van Caerden untuk melarikan diri. Tapi ia kemudian mengurungkan niatnya dan kembali menyerahkan diri kepada Sultan Aceh. Cerita tentang peristiwa tersebut terangkum dalam De Europeers in den Maleishen Archipel, dan Het handelsverdrag van V Caerden, dalam buku J.E Heeres: Corpus Diplomaticum. Sebuah catatan tentang diplomasi dagang Belanda ke Malaka.

Pun demikian, Belanda terus berusaha untuk merintis perdagangan rempah-rempah ke Aceh. Diminasi Portugis di Selat Malaka dalam perdagangan ingin direbut Belanda. Karena pedagang pedagang dari Belanda terus saja berdatangan ke Kerajaan Aceh untuk melakukan kontak dagang hubungan dagang antara Aceh dan Portugis jadi putus.
Hubungan Dagang

Hubungan dagang Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Belanda pun resmi terjalin pada tahun 1601. Ketika itu Raja Belanda, Print Maurist melalui utusannya ke Aceh yang merintis kembali urusan dagang, mengirim sepucuk surat serta hadiah-hadiah dari Kerajaan Belanda untuk Raja Aceh.

Pedagang-pedagang dari Belanda yang membawa surat dan hadiah tersebut datang dari misi dagang Gerard le Roy dan Laurens Bicker dengan beberapa buah kapal dari maskapai Zeeuw yang merupakan sebuah eskader dari Middelburg.

Utusan Raja Belanda itu ipun diterima dengan baik oleh Raja Aceh. Kepada mereka diberikan ijin mendirikan maskapai dagang untuk membeli rempah-rempah di Aceh. Sementara Frederick de Houtman dan teman-temanya yang ditahan oleh Sultan Aceh dibebaskan.

Ketika kapal Zeeuw berangkat dari Aceh membawa rempah-rempah ke Belanda, Sultan Aceh mengirim utusannya ke Belanda dengan menumpang kapal tersebut untuk menguatkan perjanjian persahabatan antara Aceh dan Belanda. Utrusan Aceh yang dikirim Sultan Alauddin Riayatsyah al Mukamil itu adalah, Abdul Hamid, duta besar Kerajaan Aceh, Laksamana Sri Muhammad, Mir Hasan, dan seorang bangsawan Aceh, serta penerjemah Leonard Werner.

Rombongan ini tiba di Belanda pada bulan Agustus 1602. kedatangan mereka disambut besar-besaran. Pada 9 Agustus Duta besar Aceh, Abdul Hamid meninggal di sana dan dimakamkan diperkarangan gereja St Pieter di Middelburg, Zeeland. Sejarah pertemuan duta Aceh dengan Raja Belanda, Print Maurist tersebut kemudian ditulis oleh Dr J J F Wap dalam buku “Het gezantschap van den sultan van Achin (1602) aan Print Maurits van Nassau en de Oud-Nederlandsche Republiek,” 1862. []

Penulis & Sumber : Iskandar Norman - Harian Aceh

TAMAN KYAI LANGGENG




Berlokasi sekitar 1 kilometer dari pusat kota Magelang, tepatnya ke arah selatan atau  sekitar 19 Kilometer dari Candi Borobudur. Taman Kyai Langgeng memiliki luas sekitar 28 hektar, Taman wisata ini memiliki ratusan koleksi tanaman langka yang bisa dimanfaatkan sebagai obyek penelitian. 
Kyai Langgeng adalah sebuah nama yang diambil dari nama salah seorang pejuang dibawah pimpinan Pangeran Diponegoro, Salah satu diantara Pahlawan Kemerdekaan Indonesia yang berjuang dengan gagah berani melawan penjajahan Belanda.


Dasar dijadikannya sebuah Taman dengan menggunakan nama Kyai Langgeng karena Beliau, dimakamkan di kawasan ini. Makam tersebut masih ada dan terawat hingga sekarang ini. Berkunjung ke Tempat Wisata lokal yang satu ini merupakan suatu keasyikan tersendiri. Selain taman yang ditata secara rapi, ternyata banyak sekali tawaran kenikmatan dengan keunikan-keunikan yang dimiliki dan fasilitas-fasilitas lain tersedia di dalamnya. Suatu pesona panorama alam yang sangat eksotis yang dapat mengisi "kekosongan jiwa" para penikmatnya.
Sebagai tempat wisata lokal andalan Kota Magelang, Selain memiliki koleksi hewan dan tanaman langka. Taman Kyai langgeng  juga merupakan perpaduan antara pariwisata dan pendidikan,terbukti dengan adanya perpustakaan yang bersih dan tertata rapi yang peresmiannya dibuka oleh menteri pendidikan bapak Prof. DR.Bambang Sudibyo. perpustakaan ini lebih akrab disebut “Desa Buku”. 

Desa Buku memiliki koleksi buku buku yang dapat dinikmati para pengunjung. Kehadiran Desa Buku diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan wisatawan sembari menikmati keindahan alam Taman Kyai Langgeng.


Taman Kyai Langgeng memiliki beberapa wahana permainan bagi para wisatawan yang menyukai tantangan dan petualangan. Dengan harga terjangkau, para pengunjung dapat menikmati permainan Flying Fox, Jetcoaster, arung jeram, kolam renang dan banyak lagi wahana permainan yang mengasyikan untuk keluarga. 
Bagi para wisatawan yang menginginkan wisata alam yang dengan nuansa berbeda, maka Taman kyai langgeng ini adalah pilihan yang pas bagi anda beserta keluarga, Karena di sini anda akan mendapatkan nilai lebih dari sekedar berwisata maupun refreshing saja.

Selasa, 11 Oktober 2011

PANTAI KARTINI



Obyek Wisata Pantai Kartini ini terletak sekitar 2,5 km ke arah barat dari Pendopo Kabupaten Jepara. Tepatnya di kelurahan Bulu kecamatan Jepara dan merupakan obyek wisata alam lokal kebanggan kabupaten Jepara yang telah menjadi dambaan wisatawan domestik.
Suasana di sekitar pantai yang cukup sejuk dan alami, Ombaknya yang tidak begitu besar, udaranya yang segar, hamparan pasir putihnya yang luas, dan terumbu karangnya yang cantik, merupakan daya tarik tersendiri bagi obyek wisata Pantai Kartini. Dengan kondisi pantai yang seperti ini, pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas seperti berenang, sepak bola, dan jalan-jalan atau hanya sekedar menikmati pemandangan alam, sehingga memberikan kesan tersendiri buat pengunjung, sehingga tempat ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga atau acara santai lainnya.
Ditempat ini pula para pengunjung dapat melepaskan lelah dengan duduk-duduk di bawah gazebo sambil menghirup udara segar bersama terpaan angin laut.
Pantai Kartini letaknya sangat mudah dijangkau karena letaknya yang sangat berdekatan dengan terminal kota Jepara, dari terminal pengunjung  dapat berjalan kaki atau naik becak menuju pantai kartini.

Berbagai sarana pendukung seperti dermaga, sebagian aquarium Kura-kura, motel, permainan air untuk anak-anak dan lain-lain telah tersedia untuk para pengunjung. Wahana hiburanlainnya yaitu kereta kelinci, mobil dan sepeda motor tenaga  ACCU untuk anak anak, dan juga berbagai macam souvenir khas kota Jepara. O iya di dalam pantai Kartini ada sebuah bangunan yang berbentuk kura-kura raksasa.
Tak jauh dari area wisata itu juga terdapat penginapan, Restoran, mini market, dan kerajinan tangan khas Jepara  dan terdapat pula deretan toko souvenir kerajinan laut yang dapat dijadikan buah tangan para wisatawan.



Apabila lapar kita dapat menikmati sedapnya ikan bakar yang banyak dijual disekitar lokasi pantai Kartini.

Kawasan dengan luas lahan 3,5 ha ini merupakan kawasan yang strategis, karena sebagai jalur transportasi laut menuju obyek wisata Taman laut Nasional Karimunjawa dan Pulau Panjang. Sekarang juga sudah tersedia sarana transportasi ke Karimunjawa dari dermaga Pantai Kartini yaitu KMP. MURIA dengan waktu tempuh sekitar 6 jam atau bisa juga menggunakan Kapal Cepat KARTINI I dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam.



Jumat, 07 Oktober 2011

GEMBIRA LOKA


Kebun binatang Gembiraloka beralamat di Jalan Kusumanegara, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kebun binatang ini berjarak sekitar empat kilometer dari Terminal Penumpang Yogyakarta (TPY) di Giwangan, Kota Yogyakarta. Atau, jika  dari pusat kota,  yakni berjarak sekitar enam  kilometer di timur kawasan Malioboro atau Keraton Yogyakarta.



Ide awal pembangunan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka berasal dari keinginan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1933 akan sebuah tempat hiburan, yang di kemudian hari dinamakan Kebun Rojo. Ide tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bantuan Ir. Karsten, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Ir. Karsten kemudian memilih lokasi disebelah barat sungai Winongo, karena dianggap sebagai tempat paling ideal untuk pembangunan Kebun Rojo tersebut. Namun akibat dampak Perang Dunia II dan juga pendudukan oleh Jepang, pembangunan Kebun Rojo terhenti.


Pada saat proses pemindahan ibukota negara dari Jogjakarta kembali ke Jakarta di tahun 1949 setelah selesainya Perang Dunia II, tercetus lagi sebuah ide untuk memberikan kenang-kenangan kepada masyarakat Jogjakarta berupa sebuah tempat hiburan dari pemerintah pusat yang dipelopori oleh Januismadi dan Hadi, SH. Ide tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat Yogyakarta, akan tetapi realisasinya masih belum dirasakan oleh masyarakat. Hingga di tahun 1953, dengan berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta (sesuai akta notaris RM. Wiranto No. 11 tanggal 10 September 1953) yang diketuai oleh Sri Paduka KGPAA Paku Alam VIII, maka pembangunan Kebun Rojo yang tertunda baru benar-benar dapat direalisasikan.


Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya 1959, KGPAA Paku Alam VIII menunjuk Tirtowinoto untuk melanjutkan pembangunan Gembira Loka. Dipilihnya Tirtowinoto karena yang bersangkutan dinilai memiliki kecintaan terhadap alam dan minat yang besar terhadap perkembangan Gembira Loka. Ternyata sumbangsih Tirtowinoto yang tidak sedikit, baik dalam hal pemikiran maupun material, terbukti mampu membawa kemajuan yang pesat bagi Gembira Loka. Puncaknya di tahun 1978, ketika koleksi satwa yang dimiliki semakin lengkap, sehingga pengunjung Gembira Loka mampu mencapai 1,5 juta orang.

Kebun Binatang Gembira Loka adalah satu - satunya kebun binatang di Yogyakarta. Dan telah menjadi obyek wisata lokal kebanggan Yogyakarta. Dengan letak tepat di tengah kota Yogyakarta membuat akses untuk ketempat rekreasi ini cukup mudah, disini juga terdapat kebun raya yang cukup teduh dan sejuk, tempat ini sangat ramai sekali pengunjung pada saat liburan sekolah tiba. 

Sayang sekali tempat ini masih agak berantakan setelah tragedi gempa pada tahun 2006 lalu. Akan tetapi kebun biatang Gembira loka telah mengalami perbaikan infrastruktur, Dan banyak di bangun wahana-wahana baru. Ada wahana mamalia, amphibi, ikan, dan insect, Ada pula wahana air seperti Becak Air,Banan boat, dan perahu.Ada pula wahana hewan terampil, Gajah Tunggang, Fliying Fox, Onta Tunggang dll.

Barisan kios-kios yang menjajakan suvenir, mainan anak-anak, makanan, serta minuman dapat pengunjung temui di sekitar area parkir. Kebun binatang ini juga memiliki area parkir yang  luas, untuk bus berukuran besar hingga sepeda motor. Selain hal-hal tersebut, kamar  kecil, taman bermain anak-anak, dan musholla juga menjadi fasilitas lain di objek wisata ini.
Jika anda berkunjung ke Yogyakarta, Sempatkanlah untuk singgah di tempat wisata yang satu ini. Untuk referensi lengkap silahkan kunjungi http://gembiralokazoo.com