Sepasang gading raksasa yang menjulang ke atas siap menyambut kita di pintu gerbang pintu masuk Museum Manusia Purba Sangiran ini. Museum Manusia Purba Sangiran merupakan sebuah museum yang memiliki koleksi fosil manusia purba yang lengkap, baik di Asia bahkan di dunia. Museum yang memiliki moto
the homeland of java man ini memberikan sajian informasi yang sangat lengkap mengenai kehidupan manusia purba, mulai dari habitat tempat mereka tinggal, pola kehidupan pada masa itu, binatang yang hidup pada jaman purba, hingga peralatan yang digunakan pada masa berburu dan meramu. Museum ini juga memaparkan proses terjadinya bentang alam dari masa Pliosen Akhir hingga akhir Pliestosen Tengah atau sekitar 2 juta tahun yang lalu.
Museum Manusia Purba Sangiran sendiri terletak di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kawasan Kubah Sangiran sendiri terletak di kawasan Depresi Solo, memiliki luas sekitar 56 kilometer persegi di kaki Gunung Lawu, di sekitar lembah Sungai Bengawan Solo. Secara administratif, Museum Manusia Purba Sangiran ini berada di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Memiliki jarak tempuh sekitar 40 km dari arah Kota Sragen, atau sekitar 17 km dari arah Kota Solo. Museum Manusia Purba Sangiran sendiri memiliki koleksi fosil lebih dari 13.809 fosil, di mana sekitar 2.934 di antaranya dipamerkan di ruang pameran museum, dan sebagian lainnya masih disimpan di dalam gudang penyimpanan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Sebagian fosil-fosil manusia purba Sangiran ini disimpan di Museum Geologi Bandung dan juga Museum Palaenthropologi Yogyakarta. Tak heran jika koleksi fosil pada jaman purba yang sebanyak ini menjadikan Museum Manusia Purba Sangiran merupakan salah satu museum manusia terlengkap di Asia bahkan di dunia. Keunikan dan kelengkapan koleksi di museum ini menjadikan Museum Manusia Purba Sangiran dinobatkan menjadi salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sebagai
World Heritage List (nomor 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21) pada tahun 1996.
Kawasan Sangiran sendiri memiliki keistimewaan. Menurut para ahli geologi, dahulu wilayah Sangiran merupakan kawasan lautan yang cukup luas. Namun, karena proses geologi dan juga akibat dari letusan beberapa gunung seperti Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, kawasan Sangiran akhirnya berubah menjadi daratan. Hal ini mengakibatkan Sangiran memiliki lapisan tanah yang berbeda dengan kawasan-kawasan di sekitarnya. Secara ilmiah dapat dijelaskan dengan ditemukannya fosil-fosil binatang laut yang berada di lapisan tanah paling bawah yang menandakan bahwa dahulu kawasan ini memang berupa lautan. Tak heran jika Sangiran menjadi salah satu situs yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang antropologi, arkeologi, bologi, palaentologi, geologi, dan juga dalam bidang kepariwisataan. Keberadaan Sangiran sebagai salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba tidak bisa dilepaskan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli paleoantropologi yang bernama Gustav Heinrich von Koenigswald pada tahun 1934. Penemuan pertama adalah fosil manusia purba berjenis
Pithecanthropus Erectus atau biasa disebut dengan manusia Jawa.
Museum Manusia Purba Sangiran ini memiliki arsitektur bangunan yang cukup modern dan sentuhan gaya tradisional pada beberapa sudut bangunannya. Museum ini memiliki beberapa fasilitas, antara lain adalah ruang pameran (ruang
display), ruang laboratorium untuk melakukan kegiatan konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan, ruang pertemuan, ruang display bawah tanah, ruang audio visual, serta ruang penyimpanan. Ruang pameran sendiri terdiri dari tiga ruangan, yaitu ruang pamer kekayaan Sangiran, ruang pamer langkah-langkah kemanusiaan, dan ruang pamer masa keemasan
Homo Erectus.
Secara umum, Museum Manusia Purba Sangiran memiliki koleksi fosil seperti fosil manusa purba yang terdiri dari berbagai jenis seperi
Australopithecus Africanus, Pithecanthropus Mojokertensis, Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Neanderthal Eropa, Homo Neanderthal Asia serta
Homo Sapiens. Data yang menarik adalah mengenai manusia purba jenis
Homo Erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran ini berjumlah sekitar lebih dari 100 individu. Angka ini mewakili sekitar 65% dari seluruh fosil manusia purba jenis
Homo Erectus yang ditemukan di Indonesia atau sekitar 50% dari total fosil manusia purba sejenis di dunia. Tak heran jika kawasan Sangiran sangatlah penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, baik dalam kancah nasional maupun internasional. Selain koleksi fosil manusia purba, museum ini juga memiliki koleksi fosil-fosil binatang yang hidup pada jaman purba baik hewan verteberata hingga cangkang molusca. Beberapa fosil hewan verteberata antara lain adalah fosil gajah purba, harimau, babi, badak, sapi, banteng, rusa serta domba. Ada pula fosil binatang air seperti buaya, ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, kuda nil, dan juga kura-kura serta berbagai macam molusca. Selain itu ada pula beberapa batuan yang ditemukan seperti batuan meteorit/taktit, kalesdon, diatome, agate, dan ametis.
Salah satu koleksi Museum Manusia Purba Sangiran yang membuat saya berdecak kagum adalah alat-alat yang digunakan oleh manusia purba pada jaman berburu dan meramu. Koleksi alat-alat tersebut berupa serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu, dan juga kapak perimbas-penetak. Kenapa saya tertarik dan kagum? Alat-alat untuk berburu dan meramu pada masa manusia purba ini mengingatkan saya pada pelajaran sejarah sewaktu masih duduk di sekolah dasar dulu, dan kini ketika saya duduk di bangku kuliah barulah saya melihat benda tersebut secara langsung.
Hingga saat ini Museum Manusia Purba Sangiran masih terus melakukan tahap pembangunan. Rencana ke depan, Museum Manusia Purba Sangiran ini akan mengintegrasikan bagian display museum dengan kawasan lapangan tempat dilakukannya penelitian serta pencarian fosil-fosil manusia purba, sehingga untuk ke depan setiap pengunjung yang selesai mengelilingi museum dapat melanjutkan perjalanan menuju lapangan untuk melihat secara langsung bagaimana proses pencarian fosil-fosil manusia purba ini. Berbeda dengan rata-rata museum yang ada di Indonesia yang memiliki kesan menyeramkan bahkan juga membosankan, Museum Manusia Purba Sangiran ini memiliki sarana dan prasarana yang sangat lengkap dan juga modern. Display pada museum dibuat secara interaktif dengan memanfaatkan teknologi masa kini sehingga tidak menimbulkan kesan membosankan dan juga menyeramkan.
Walau lokasinya cukup terpencil, namun museum yang satu ini cukup ramai oleh kunjungan wisatawan, baik turis domestik maupun turis asing. Bahkan, ada beberapa kawan dari luar negeri yang berasal dari komunitas seperti
couchsurfing maupun mahasiswa asing yang belajar di Indonesia merelakan waktu mereka jauh-jauh untuk berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran untuk melihat langsung penemuan fosil manusia purba yang sangat bersejarah ini. Tidak diragukan lagi jika keberadaan Situs Sangiran ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang mempelajari kehidupan manusia pada jaman pra sejarah karena situs ini memiliki koleksi yang sangat lengkap, mulai dari fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusa pada jaman pra sejarah, fosil-fosil flora dan fauna, hingga gambaran stratifikasinya. Situs Sangiran memang sebuah warisan sejarah, baik bagi Indonesia maupun bagi dunia.
Bangunan Menara PandangEitss. . . selesai menjelajahi koleksi Museum Manusia Purba Sangiran jangan lupa untuk sejenak mampir di menara pandang yang lokasinya tidak jauh dari museum. Dari menara pandang ini kita dapat melihat pemandangan alam yang membentang di sekitar museum, mulai dari pemandangan persawahan, deretan hutan dan perbukitan, serta bagian dari bangunan museum yang sekilas mirip seperti tumpeng. Di bagian depan menara pandang ini terdapat bangunan berbentuk joglo khas rumah adat Jawa Tengah. Tempat ini merupakan Wisma Sangiran yang biasanya digunakan oleh para peneliti yang membutuhkan tempat penginapan. Pilihan kamar pun cukup beragam, mulai dari
duluxe room hingga
standart room. Bagi Anda yang tertarik untuk menginap, penginapan yang berada persis di depan menara pandang ini dapat Anda jadikan pilihan untuk menginap.
keterangan :
Jam kunjung museum :
hari Selasa - Minggu pukul 08.00 - 16.00 WIB
hari Senin libur/tutup
hari Jumat istirahat mulai pukul 11.30 - 12.30 WIB
Harga Tiket :
wisatawan domestik : Rp 5.000,00 / orang
wisatawan mancanegara : Rp 11.500,00 / orang
pemutaran film : Rp 60.000,00 / rombongan
(data bulan Desember 2012 - Januari 2013)
Fasilitas :
selain ruang display untuk memamerkan koleksi, Museum Manusia Purba Sangiran sudah dilengkapi beberapa failitas seperti toilet umum, mushola, kios makanan, serta kios cindera mata.
cara menuju Museum Manusia Purba Sangiran :
- Jika Anda menggunakan kendaraan umum, dari Kota Solo cari saja bus tujuan ke Purwodadi, lalu turun di pertigaan Kalijambe, lanjut menggunakan jasa ojek motor untuk sampai ke lokasi museum.
- Pintu gerbang kedua adalah melalui Kota Sragen, karena jalur ini merupakan jalur yang paling mudah untuk dapat sampai ke lokasi. Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil/motor. Jika menggunakan kendaraan umum, cari saja angkutan menuju daerah Gemolong, dilanjutkan dengan bus kecil tujuan ke Solo, turun di pertigaan Kalijambe, lanjut menggunakan jasa ojek motor.