Jika Bromo terkenal dengan Bukit Teletubbiesnya yang sejuk, lain halnya dengan Yogyakarta yang memiliki sebuah perkampungan yang dikenal dengan Dusun Teletubbies.
Ada sebuah perkampungan di pinggiran Jogja yang memiliki bangunan unik dan berbeda. Tidak seperti lazimnya rumah yang memiliki atap genteng dengan konstruksi batu bata, rumah di perkampungan ini memiliki bentuk setengah lingkaran dengan cat berwarna putih, sekilas mirip seperti rumah iglo milik penduduk Eskimo. Begitulah suasana rumah di Dusun Ngelepen, Desa Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, sebuah dusun yang terletak di antara jalur Prambanan - Piyungan.
Deretan rumah-rumah berbentuk setengah lingkaran, mirip seperti tempat tinggal para Teletubbies, tokoh film anak-anak yang gembul nan menggemaskan yang sempat tayang pada era awal tahun 2000-an. Keberadaan dusun Teletubbies ini tidak bisa dilepaskan oleh bencana gempa bumi yang meluluh-lantakkan Yogyakarta pada 27 Mei 2006 silam. Hampir seluruh bangunan rumah di Dusun Sengir ini hancur tak bersisa akibat dari dasyatnya gempa yang menerjang kawasan Jogja. Bahkan tanahnya pun sempat ambles sekitar enam meter sehingga sudah tidak layak huni lagi.
Pemerintah pun bekerja sama dengan World Association on Non-Governmental Organizations (WANGO) dan The Domes for The World Foundation (DFTW) memberikan bantuan hunian baru kepada penduduk Dusun Sengir yang rumahnya hancur diterjang gempa. Lembaga donor ini mengajukan syarat untuk membuat hunian dengan konsep rumah domes, bentuk rumah yang mungkin masih sangat asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Masyarakat Dusun Sengir pun direlokasi di Dusun Ngelepen dan diberi bantuan rumah dengan konsep domes ini. Hingga saat ini, terdapat sekitar 71 bangunan domes, tiga bangunan diantaranya digunakan sebagai bangunan umum seperti mushola, taman kanak-kanan, dan juga rumah bidan desa.
Walau terlihat sempit dari luar, namun rumah domes ini memiliki ruangan yang cukup luas. Rumah domes ini memiliki dua buah lantai di dalamnya. Konsep rumah domes diklaim memiliki ketahanan terhadap goncangan gempa. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian, yaitu rumah ini tidak tahan terhadap terjangan hawa tropis. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya dinding yang retak sehingga menimbulkan rembes pada saat musim penghujan.
Ada hal unik yang saya temui di kampung Teletubbies ini. Walaupun bangunan rumah mereka dibuat cukup modern dan ditata dengan seragam, namun kebiasaan masyarakat khas pedesaan masih melekat sampai sekarang. Dahulu rumah dan tanaman hias yang hidup di kampung ini terdiri dari pohon palem dan cemara, namun setelah berjalannya waktu, banyak masyarakat yang rata-rata sebagai petani kembali melakukan kebiasaan lama mereka. Di pekarangan rumah pun ditanami dengan tanaman pisang, pohon jagung, pohon jambu, kersen (talok) dan sebagainya. Tanaman seperti ini dirasa lebih menghasilkan dibandingkan dengan pohon palem maupun cemara yang dahulu sempat ditanam. Kebiasaan unik lain adalah warga yang menjemur gabah di pinggir jalan maupun di area pekarangan.
Walaupun bangunan rumah di perkampungan ini cukup modern, namun kearifan lokal serta kebiasaan masyarakat masih belum berubah, masih sama seperti sebelum terjadinya gempa yang menghancurkan rumah mereka. Keramahan dan kehangatan masyarakat dusun ini pun masih cukup kental terasa. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang ramah dan tanpa canggung mempersilahkan saya untuk masuk menengok keadaan di dalam rumah.
Karena keunikan bangunan yang dimiliki Dusun Ngelepen ini, dalam perkembangannya tempat ini menjadi desa wisata. Cukup banyak wisatawan yang berasal dari dusun sekitar yang datang berkunjung ke sini. Penduduk setempat pun ada yang berprofesi sebagai pedagang makanan dan camilan seiring dengan ramainya kunjungan. Ada pula yang menjual pernak-pernik seperti gantungan kunci berbentuk rumah dome sebagai buah tangan. Bagi Anda yang sedang berkunjung di sekitar Prambanan dan Ratu Boko, tak ada salahnya untuk mampir menikmati keunikan Dusun Teletubbies ini.
keterangan :
Ada sebuah perkampungan di pinggiran Jogja yang memiliki bangunan unik dan berbeda. Tidak seperti lazimnya rumah yang memiliki atap genteng dengan konstruksi batu bata, rumah di perkampungan ini memiliki bentuk setengah lingkaran dengan cat berwarna putih, sekilas mirip seperti rumah iglo milik penduduk Eskimo. Begitulah suasana rumah di Dusun Ngelepen, Desa Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, sebuah dusun yang terletak di antara jalur Prambanan - Piyungan.
Deretan rumah-rumah berbentuk setengah lingkaran, mirip seperti tempat tinggal para Teletubbies, tokoh film anak-anak yang gembul nan menggemaskan yang sempat tayang pada era awal tahun 2000-an. Keberadaan dusun Teletubbies ini tidak bisa dilepaskan oleh bencana gempa bumi yang meluluh-lantakkan Yogyakarta pada 27 Mei 2006 silam. Hampir seluruh bangunan rumah di Dusun Sengir ini hancur tak bersisa akibat dari dasyatnya gempa yang menerjang kawasan Jogja. Bahkan tanahnya pun sempat ambles sekitar enam meter sehingga sudah tidak layak huni lagi.
Pemerintah pun bekerja sama dengan World Association on Non-Governmental Organizations (WANGO) dan The Domes for The World Foundation (DFTW) memberikan bantuan hunian baru kepada penduduk Dusun Sengir yang rumahnya hancur diterjang gempa. Lembaga donor ini mengajukan syarat untuk membuat hunian dengan konsep rumah domes, bentuk rumah yang mungkin masih sangat asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Masyarakat Dusun Sengir pun direlokasi di Dusun Ngelepen dan diberi bantuan rumah dengan konsep domes ini. Hingga saat ini, terdapat sekitar 71 bangunan domes, tiga bangunan diantaranya digunakan sebagai bangunan umum seperti mushola, taman kanak-kanan, dan juga rumah bidan desa.
Walau terlihat sempit dari luar, namun rumah domes ini memiliki ruangan yang cukup luas. Rumah domes ini memiliki dua buah lantai di dalamnya. Konsep rumah domes diklaim memiliki ketahanan terhadap goncangan gempa. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian, yaitu rumah ini tidak tahan terhadap terjangan hawa tropis. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya dinding yang retak sehingga menimbulkan rembes pada saat musim penghujan.
Ada hal unik yang saya temui di kampung Teletubbies ini. Walaupun bangunan rumah mereka dibuat cukup modern dan ditata dengan seragam, namun kebiasaan masyarakat khas pedesaan masih melekat sampai sekarang. Dahulu rumah dan tanaman hias yang hidup di kampung ini terdiri dari pohon palem dan cemara, namun setelah berjalannya waktu, banyak masyarakat yang rata-rata sebagai petani kembali melakukan kebiasaan lama mereka. Di pekarangan rumah pun ditanami dengan tanaman pisang, pohon jagung, pohon jambu, kersen (talok) dan sebagainya. Tanaman seperti ini dirasa lebih menghasilkan dibandingkan dengan pohon palem maupun cemara yang dahulu sempat ditanam. Kebiasaan unik lain adalah warga yang menjemur gabah di pinggir jalan maupun di area pekarangan.
Walaupun bangunan rumah di perkampungan ini cukup modern, namun kearifan lokal serta kebiasaan masyarakat masih belum berubah, masih sama seperti sebelum terjadinya gempa yang menghancurkan rumah mereka. Keramahan dan kehangatan masyarakat dusun ini pun masih cukup kental terasa. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang ramah dan tanpa canggung mempersilahkan saya untuk masuk menengok keadaan di dalam rumah.
Karena keunikan bangunan yang dimiliki Dusun Ngelepen ini, dalam perkembangannya tempat ini menjadi desa wisata. Cukup banyak wisatawan yang berasal dari dusun sekitar yang datang berkunjung ke sini. Penduduk setempat pun ada yang berprofesi sebagai pedagang makanan dan camilan seiring dengan ramainya kunjungan. Ada pula yang menjual pernak-pernik seperti gantungan kunci berbentuk rumah dome sebagai buah tangan. Bagi Anda yang sedang berkunjung di sekitar Prambanan dan Ratu Boko, tak ada salahnya untuk mampir menikmati keunikan Dusun Teletubbies ini.
keterangan :
- rute yang diambil dari Prambanan langsung saja ambil jalan menuju Ratu Boko, namun lurus ke arah Piyungan, lokasi dari Prambanan sekitar 3 kilometer
- jika ragu lebih baik bertanya kepada penduduk setempat, mereka dengan ramah akan menunjukkan arah menuju Dusun Teletubbies ini
- tidak ada tarif retribusi khusus, cukup bayar seikhlasnya untuk pemasukan kas desa