Jalur konblok yang berkelok dengan kontur menanjak membuat saya sedikit was-was ketika melewatinya. "Tolong siap-siap turun dari boncengan ya, kalau motor ini tidak kuat di tanjakan terakhir nanti", pinta saya kepada seorang kawan yang membonceng di belakang.
Motor yang saya kendarai akhirnya kuat melewati tanjakan demi tanjakan jalan menuju Bukit Parangendog. Beberapa kali ke bukit ini, hampir saja motor yang saya kendarai tidak kuat melewati tanjakan terakhir dengan kemiringan yang cukup curam. Dari pengalaman tersebut saya selalu berpesan kepada kawan yang membonceng saya untuk siap-tiap turun dari boncengan, kalau-kalau motor yang saya kendarai tidak sanggup melewati tanjakan terakhir tersebut.
Bukit Parangendog terasa lebih ramai dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Mungkin sudah banyak orang yang mengenal keberadaan bukit ini dari media sosial yang semakin digemari kalangan anak muda jaman sekarang. Bukit Parangendog merupakan sebuah bukit kecil yang berada di atas Pantai Parangtritis yang terkenal dengan legenda Ratu Pantai Selatan. Bukit kecil ini memiliki pemandangan yang indah. Kita dapat melihat hamparan pesisir pantai selatan, hutan-hutan dan perbukitan, serta hamparan persawahan dari atas ketinggian. Bukit Parangendog juga menjadi salah satu lokasi menikmati pemandangan matahari tenggelam di kala senja tiba.
Selain menawarkan keindaham alam, Bukit Parangendog juga memiliki atraksi yang menarik untuk disaksikan. Setiap akhir pekan, terutama hari Sabtu dan Minggu kita dapat menikmati atraksi para penggemar olaharaga paralayang yang sedang latihan. Mereka biasa lepas landas dari Bukit Parangendog dan mendarat di sekitar Pantai Parangtritis. Siang itu nampak beberapa mobil offroad yang membawa rombongan. Rombongan tersebut terlihat menggendong tas ransel yang berukuran besar lengkap dengan perintilan alat-alat outdoor. Rombongan tersebut berjalan menuju landasan helipad kemudian beranjak ke balik bukit untuk bersiap menerbangkan paralayang.
Udara siang itu cukup bagus, cuaca cerah berawan dengan laju angin yang tidak terlalu kencang. Tak berapa lama terlihat beberapa penikmat olahraga paralayang ini sudah lepas landas. Parasut berwarna-warni pun menghiasi langit di atas Bukit Parangendog. Mereka berkeliling ke sana ke mari bak burung yang sedang terbang bebas di angkasa. Seru juga melihat penikmat olahraga paralayang ini menunjukkan aksi mereka. Atraksi olahraga paralayang biasa dapat kita saksikan dalam acara Jogja Air Show yang menjadi salah satu event tahunan di Jogja yang menampilkan perhelatan akbar olahraga kedirgantaraan.
Saya sempat berbincang dengan salah seorang operator paralayang. Tidak hanya para atlet saja yang bisa mencoba olahraga ini, masyarakat awam pun dapat menikmati atrasi terbang menikmati pemandangan dari ketinggian. Dengan membayar tarif sekitar Rp 300.000,00 per-orang, kita dapat merasakan sensasi terbang di atas ketinggian menggunakan parasut dengan didampingi oleh instruktur yang sudah berpengalaman. Tawaran yang cukup menarik bukan untuk merasakan pengalaman terbang menikmati alam bebas dari ketinggian bak burung-burung yang beterbangan?
Motor yang saya kendarai akhirnya kuat melewati tanjakan demi tanjakan jalan menuju Bukit Parangendog. Beberapa kali ke bukit ini, hampir saja motor yang saya kendarai tidak kuat melewati tanjakan terakhir dengan kemiringan yang cukup curam. Dari pengalaman tersebut saya selalu berpesan kepada kawan yang membonceng saya untuk siap-tiap turun dari boncengan, kalau-kalau motor yang saya kendarai tidak sanggup melewati tanjakan terakhir tersebut.
Bukit Parangendog terasa lebih ramai dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Mungkin sudah banyak orang yang mengenal keberadaan bukit ini dari media sosial yang semakin digemari kalangan anak muda jaman sekarang. Bukit Parangendog merupakan sebuah bukit kecil yang berada di atas Pantai Parangtritis yang terkenal dengan legenda Ratu Pantai Selatan. Bukit kecil ini memiliki pemandangan yang indah. Kita dapat melihat hamparan pesisir pantai selatan, hutan-hutan dan perbukitan, serta hamparan persawahan dari atas ketinggian. Bukit Parangendog juga menjadi salah satu lokasi menikmati pemandangan matahari tenggelam di kala senja tiba.
Selain menawarkan keindaham alam, Bukit Parangendog juga memiliki atraksi yang menarik untuk disaksikan. Setiap akhir pekan, terutama hari Sabtu dan Minggu kita dapat menikmati atraksi para penggemar olaharaga paralayang yang sedang latihan. Mereka biasa lepas landas dari Bukit Parangendog dan mendarat di sekitar Pantai Parangtritis. Siang itu nampak beberapa mobil offroad yang membawa rombongan. Rombongan tersebut terlihat menggendong tas ransel yang berukuran besar lengkap dengan perintilan alat-alat outdoor. Rombongan tersebut berjalan menuju landasan helipad kemudian beranjak ke balik bukit untuk bersiap menerbangkan paralayang.
Udara siang itu cukup bagus, cuaca cerah berawan dengan laju angin yang tidak terlalu kencang. Tak berapa lama terlihat beberapa penikmat olahraga paralayang ini sudah lepas landas. Parasut berwarna-warni pun menghiasi langit di atas Bukit Parangendog. Mereka berkeliling ke sana ke mari bak burung yang sedang terbang bebas di angkasa. Seru juga melihat penikmat olahraga paralayang ini menunjukkan aksi mereka. Atraksi olahraga paralayang biasa dapat kita saksikan dalam acara Jogja Air Show yang menjadi salah satu event tahunan di Jogja yang menampilkan perhelatan akbar olahraga kedirgantaraan.
Saya sempat berbincang dengan salah seorang operator paralayang. Tidak hanya para atlet saja yang bisa mencoba olahraga ini, masyarakat awam pun dapat menikmati atrasi terbang menikmati pemandangan dari ketinggian. Dengan membayar tarif sekitar Rp 300.000,00 per-orang, kita dapat merasakan sensasi terbang di atas ketinggian menggunakan parasut dengan didampingi oleh instruktur yang sudah berpengalaman. Tawaran yang cukup menarik bukan untuk merasakan pengalaman terbang menikmati alam bebas dari ketinggian bak burung-burung yang beterbangan?