Kamis, 17 Maret 2011

Café Batavia - Lapangan Fatahillah

Sore itu nangkring di daerah Lapangan Fatahila Kota Tua, mencicipi makanan khas jalanan yang enak, mulai dari pecel sayur sampai dengan rebusan kerang hijau. Berpindah dari satu tempatke tempat makan yang lain tapi tetap judulnya makan di emperan. Sesudah kenyang menjajaki manan khas emperan, baru lah terbelalak melihat tulisan cafe Batavia, Posisinya tepat berada di depan Museum Fatahillah.Ehm... sepertinya cafe ini bisa menjadi pilihan yang asyik buat killing time, tapi pikir-pikir dulu, apakah isi kantong masih cukup dan apakah perut ini masih muat buat melahap makanan serta menyeruput minuman lagi? hitung-hitung tadi sudah cicip sana cicip sini ala makanan emperan. Sepertinya lain waktu harus mencicipi makanan dan minuman di Cafe Bativia ini, untuk sementara foto-foto dulu toh sepertinya lebih asyik agak malaman ke cafe batavia ini karena suasananya klasik sehingga memberikan kesan romantis. 
sambil menunggu waktu yang tepat untuk bertandang ke Cafe Batavia aq juga melihat-lihat dan membaca review dari beberapa teman-teman blogger keliatannya sangat asyik-asyik serta tak jarang yang menuliskan bahwa Cafe ini kurang direkomendasikan buat orang -orang lokal atau orang Indonesia karena makanan sama minumannya kurang cocok sama lidah orang lokal. Menu Indonesia-nya pun kurang lebih hanya Bebek Goreng, Udang Goreng, Telur Asin, Soto Ayam, Sop Buntut dan Bandrek saja. Tapi kalo saya mah yang penting judulnya makanan dan minuman pasti kelahap karena dalam kamus saya tidak ada rasa makanan yang enak maupun gak enak yang ada mau atau gak mau bukan enak atau gak enak hehehe masalah mahal dan gak nya tergantung kepuasan hati tapi rata-rata yaa ada harga pasti ada rupa, berupa rasa maupun suasana.

tulisan dan foto-foto di Blog banyak yang menggambarkan bahwa Cafe Batavia tempatnya asik dan agak klasik ala ala kolonial Belanda. Menurut informasi, Cafe Batavia ini menempati bangunan bergaya kolonial Belanda yang sudah berusia 200 an tahun sehingga menjadikan Cafe Batavia merupakan bangunan tertua kedua setelah Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) yang terletak tepat diseberangnya. Interiornya diisi oleh pernak-pernik dari abad 19 dan berkolaborasi dengan sedikit sentuhan modern. Di beberapa bagian dinding cafe terpajang foto-foto para tokoh dari zaman kolonial Belanda hingga foto proklamator Sukarno, juga berbagai foto seniman, artis, dan musisi.
Di lantai bawah, kita disuguhkan oleh nuansa cafe dan lounge yang  kental dengan nuansa kolonia. Selain itu ada panggung kecil yang biasanya diisi oleh sajian live music oleh para pemusik handal. Berhadapan dengan panggung, kita bisa menikmati suasana bar di masa lalu. Winston churchill, nama mantan Perdana Menteri Inggris ini dipakai untuk menamai bar di lantai satu ini. Bar ini pernah dinobatkan menjadi “The World’s Best Bar” oleh Newsweek International di tahun 1996. Menuju lantai dua kita akan menaiki tangga besar yang terbuat dari kayu jati dan dinding yang dipenuhi foto-foto para tokoh, artis, dan musisi dari berbagai negara yang tersusun secara apik dan terjaga.
Di lantai atas kita akan menemukan nuansa yang berbeda. Ruangan di lantai dua ini bernuansa restoran yang masih bergaya masa lalu alias “tempo doeloe”. Sambil menikmati hidangan, kia juga bisa menyaksikan pemandangan suasana taman Fatahillah lewat deretan jendela besar.


Wuuuih gak nyangka, ternyata di antara lalu lalang dan hiruk pikuknya kota metropolitan Jakarta yang modern, Ibu Kota Jakarta masih menyimpan nuansa-nuansa kolonia di sudut-sudut kota diantaranya di kawasan Kota Tua. Tidak hanya Museum Fatahillah yang merupakan satu-satunya destinasi wisata yang berdekatan dengan Cafe Batavia, Kawasan Cafe Batavia dan Kota Tua ini mempunyai beberapamuseum dan bangunan-bangunan bersejarah, hitung-hitung habis makan kekenyangan, jadi gak ada salahnya dibuat jalan-jalan mengelilingi Kota Tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar