Senin, 31 Desember 2012

HUNIAN HOTEL DI SABANG PENUH

Mesjid Babussalam Kota Sabang

Malam ini seharusnya bisa jalan-jalan sambil melihat dan mengamati pola tingkah warga dan wisatawan yang banyak berdatangan ke Kota Sabang,namun kondisi hujan gerimis jadi ya terpaksa di rumah saja. Akhir pekan plus Akhir tahun begini, kunjungan wisatawan ke kota sabang cukup meningkat. 

Beberapa Hotel/Losmen dan Bunggalow di sepanjang pantai wisata mulai dari Pantai Iboh, Pantai Gapang, Pusat Kota, Pantai Kasih, Pantai Sumur Tiga, Pantai Anoi Itam dan beberapa tempat lainnya habis dibooking, kondisi ini menyebabkan banyak wisatawan terpaksa numpang di rumah warga atau saudaranya. Bahkan seperti yang sempat penulis pantau tahun lalu, banyak wisatawan luar daerah khususnya yang muda-muda (cowok) terpaksa menginap di emperan Mesjid terutama Mesjid Agung Babussalam yang letaknya cukup mudah diakses.

Es Dawet Telasih - Es Dawet Legendaris ala Pasar Gede Solo

Pasar Gede, sebuah pasar tradisional di salah satu sudut kota Solo yang cukup terkenal. Selain menyediakan barang kebutuhan harian, pasar ini juga menyimpan berbagai pilihan kuliner yang fenomenal.



Udara yang panas menyengat menyelimuti Kota Solo siang itu. Dahaga pun menyergap tenggorokan menuntut untuk segera dituntaskan. Pasar Gede, merupakan salah satu pasar tradisional yang menjadi landmark Kota Solo memiliki beberapa kuliner legendaris yang patut Anda jadikan agenda wisata untuk memanjakan lidah. Salah satu kuliner khas dan cukup legendaris di Pasar Gede adalah dawet telasih, minuman tradisional yang cocok untuk menuntaskan dahaga di tengah teriknya
sinar matahari yang menyengat.


Es dawet telasih ala Pasar Gede ini memiliki racikan yang terdiri dari bahan-bahan seperti ketan hitam, bubur sumsum, dawet, telasih, diberi campuran santan lalu disiram dengan sirup yang berasal dari bahan gula cair ditambah dengan pecahan es batu. Untuk tambahan, Anda dapat meminta campuran tape ketan pada campuran es dawet telasih yang Anda pesan untuk menambah aroma sekaligus rasa. Campuran bahan-bahan tersebut kemudian diletakkan di dalam sebuah mangkuk porselin kecil. Bagaimana soal rasa? Perpaduan rasa manis dari gula cair serta gurih dari bubur sumsum dan santan sangat pas terasa di mulut.   Rasa manisnya tidak terlalu mendominasi seperti pada es dawet kebanyakan yang pernah saya rasakan. Tambahan es batu memberikan sensasi yang menyegarkan di mulut sekaligus menuntaskan dahaga.

Hal yang membedakan es dawet ala Pasar Gede dengan es dawet yang biasa dijual yang berasal dari daerah Banjarnegara adalah pada campuran telasih dan juga bahan gula yang digunakan. Es dawet telasih menggunakan campuran bahan biji telasih atau ada pula yang menyebutnya selasih, memiliki bentuk sekilas seperti telur katak. Perbedaan kedua adalah sirup gula yang digunakan. Jika dawet ayu yang berasal dari Banjarnegara menggunakan gula jawa sebagai bahan pemanisnya, berbeda dengan dawet telasih yang menggunakan campuran sirup gula cair sebagai pemberi rasa manis pada racikan.

Di Pasar Gede sendiri terdapat beberapa pedagang yang menjual es dawet telasih ini. Salah satu kios yang terkenal adalah es dawet telasih Bu Dermi. Es dawet Bu Dermi ini merupakan salah satu warung es dawet yang legendaris di Pasar Gede. Tempat ini sudah mulai berjualan es dawet telasih sejak tahun 1930-an dan hingga kini pengelolaannya sudah diwariskan kepada keturunannya. Satu mangkuk es dawet telasih dengan komposisi komplit di tempat ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 per-mangkuknya. Jangan heran jika pada jam-jam tertentu tempat ini rampai dikunjungi oleh para pembeli dan Anda harus rela berdiri untuk dapat menikmati sajian es dawet telasih di sini.


Warung berikutnya adalah warung es dawet telasih milik Bu Haji Siswo. Dari sisi tempat, warung ini lebih mudah dicari karena letaknya tidak jauh dari pintu masuk pasar, tinggal lurus saja, nanti Anda akan menemukan warungnya berada di deretan lapak pedagang bagian kanan. Dari segi harga, es dawet telasih di tempat ini dibandrol dengan harga yang lebih murah, yaitu Rp 3.000,00 per-mangkuknya untuk sajian es dawet telasih komplit dengan tape ketan. Dari segi rasa menurut saya kedua warung ini menyajikan es dawet telasih dengan rasa yang hampir sama, sama-sama enak ketika meluncur ke dalam mulut. Jika saya disuruh memilih warung mana yang lebih enak, saya lebih memilih warung milik Bu Haji Siswo ini. Mengapa? Karena menurut saya dari segi pelayanan si ibu penjual di sini lebih ramah dibandingkan dengan tempat yang satunya. Menurut saya, kriteria sebuah tempat makan yang enak itu selain dari sajian menu masakan, juga poin yang tak kalah penting adalah keramaham si penjual sehingga membuat si pembeli merasa nyaman dan betah ketika menyambangi tempatnya. Menurut saya penjual es dawet telasih milik Bu Haji Siswo ini orangnya murah senyum dan ramah kepada semua pengunjung. Bahkan si ibu tidak pelit membagi ilmu tentang racikan es dawet telasih kepada saya dan juga selalu menjawab setiap pertanyaan saya dengan senyumnya yang khas. Setiap orang memang punya penilaian masing-masing mengenai sebuah tempat makan bukan?


Yap, bagi Anda yang sedang menyambangi Kota Solo tak ada salahnya mampir ke Pasar Gede untuk berburu es dawet telasih ini. Jangan khawatir dengan image pasar tradisional yang memiliki kesan kotor dan kumuh, Pasar Gede sudah direvitalisasi dan cukup bersih kok  untuk dijelajahi. Selain mencicipi es dawet telasih, tentu Anda juga dapat berburu kuliner yang beraneka ragam dan tentu saja dengan harga yang murah meriah !

Minggu, 30 Desember 2012

Pantai Goa Watu Lawang - Pantai dengan Celah Bebatuan yang Memanjang

Menemukan hamparan pantai berpasir putih di antara bukit karang yang menjulang bagai menemukan sebuah surga yang tersembunyi di antara hiruk-pikuk pengunjung. Pantai Goa Watu Lawang, menyajikan pemandangan pantai yang sepi dengan nuansa yang asri.



Puas menyusuri keindahan Pantai Indrayanti, saya pun beranjak untuk meninggalkan lokasi. Sebelum menuju parkiran motor, saya tertarik melihat sebuah papan plang yang bertuliskan "Pantai Watu Lawang, 500 meter". Saya pun kemudian memutuskan menyusuri jalan setapak bebatuan yang berada di sebelah timur Pantai Indrayanti ini. Sepanjang jalan setapak ini kita akan
disuguhi pemandangan pohon cemara laut, kolam penangkaran dan pemeliharaan ikan, deretan rumah dinas kelautan, serta lahan pertanian milik penduduk setempat. Suara deburan ombak pesisir selatan selalu setia menemani sepanjang perjalanan menuju Pantai Goa Watu Lawang ini.


Setelah berjalan kaki sekitar 7 menit dari Pantai Indrayanti, sampailah kita di lokasi Pantai Goa Watu Lawang ini. Kesan sekilas mengenai pantai ini adalah sebuah pantai kecil di antara celah bebatuan karang yang kokoh berdiri. Namun coba susuri saja bukit yang ada di sebelah kiri Anda, sebuah hamparan pantai dengan pasir putih yang cukup luas siap memanjakan mata seolah membayar lunas lelah perjalanan. Pantai Goa Watu Lawang masih relatif sepi dari wisatawan. Banyak wisatawan yang memilih menghabiskan waktu mereka di Pantai Indrayanti. Pantai ini masih tergolong masih baru dan belum banyak orang yang mengetahui keberadaannya. Walaupun tergolong masih obyek yang baru, namun pantai ini sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti sebuah warung makan sederhana yang dikelola oleh penduduk setempat dan juga fasilitas toilet umum yang terlihat baru saja dibangun.


Pantai Goa Watu Lawang menurut saya memiliki keistimewaan tersendiri. Pantai ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian barat dan bagian timur yang terpisah oleh bebatuan karang yang membentuk seperti mulut gua yang langsung menghadap ke laut. Konon menurut mitos yang berkembang di masyarakat setempat, mulut goa inilah yang dijadikan sebagai petilasan Prabu Brawijaya VI. Menurut cerita dan mitos yang saya dengar dari penuturan seorang kawan, ada sebuah ritual khusus yang dilakukan agar mulut goa yang tertutup oleh pasir dan ombak tersebut dapat terbuka. Setelah mulut gua terbuka, maka si calon petapa tersebut masuk ke dalam goa. Setelah sang petapa masuk ke dalam goa, mulut goa tersebut akan kembali lagi tertutup oleh pasir dan deburan ombak. Versi lain pemberian nama Goa Watu Lawang adalah terkait dengan kontur bebatuan karang yang berhimpitan membentuk celah memanjang seperti sebuah pintu yang terletak dekat dengan mulut goa.



Karena masih tergolong sepi oleh kunjungan wisatawan, pantai ini memang memiliki nuansa selayaknya pantai milik pribadi. Pantai Goa Watu Lawang di sisi timur memiliki pantai yang cukup luas dengan hamparan pasir putih yang sangat lembut. Menurut saya hal ini menjadi keistimewaan sekaligus pembeda antara Pantai Goa Watu Lawang dengan pantai-pantai lain di pesisir Gunung Kidul. Rata-rata pantai di pesisir Gunung Kidul memang memiliki pantai dengan pasir putih namun pasirnya cukup kasar. Karena menawarkan suasana sepi dan masih nampak alami, pantai ini menjadi salah satu tujuan untuk berkemah menikmati suasana alam bebas. Ketika saya datang ke pantai ini terlihat rombongan pecinta alam dan juga mahasiswa baru yang melakukan makrab di pantai ini.



Tak ada salahnya memang jika Anda sejenak menyempatkan waktu luang mengkesplorasi keindahan Pantai Goa Watu Lawang ini setelah Anda puas menyusuri keindahan Pantai Indrayanti pesisir selatan daerah Gunung Kidul. Selain memberikan pemandangan pantai dengan pasir putih dan ombak yang jernih, Anda pun dapat puas menikmati suasana pantai yang seolah terkesan menyendiri ini. 

Sabtu, 29 Desember 2012

BROMO !

Tulisan ini murni adalah pengalaman penulis ketika mengunjungi Gunung Bromo, salah satu destinasi yang wajib dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Berhubung banyak yang menanyakan bagaimana cara menuju Bromo, di mana tempat menginapnya, bagaimana cara untuk berkeliling Bromo, bagaimana sewa jeep dan sebagainya, maka penulis akan kembali membuat ulasan mengenai perjalanan menuju Bromo !



Perjalanan menuju Gunung Bromo adalah pengalaman pertama saya solo traveling alias bepergian seorang diri tanpa teman yang mendampingi. Saya akan kembali me-review perjalanan saya menuju Bromo dengan starting point Yogyakarta.

Menuju Kota Probolinggo
Akses menuju Gunung Bromo yang paling mudah adalah dari Kota Probolinggo. Ada beberapa pilihan menuju Kota Probolinggo dari Jogja. Saya akan memberikan sedikit penjelasan dengan kendaraan apa saja untuk dapat sampai di kota ini.
  1. Alternatif pertama adalah menggunakan bus. Anda dapat memilih naik bus tujuan Yogyakarta - Banyuwangi. Bus-bus yang melayani trayek ini antara lain adalah bus Akas Asri dan Mila Sejahtera dengan kelas standar ekonomi AC, seat tempat duduk 2-3. Pemberangkatan terakhir dari terminal Giwangan, Jogja sekitar pukul 17.30 WIB. Harga tiket Jogja-Probolinggo sekitar Rp 60.000,00-an. Jika Anda memilih pemberangkatan pada sore hari sekitar pukul 17.00 dari Jogja, maka Anda akan sampai di Kota Probolinggo pagi-pagi buta sekitar pukul 02.45 dini hari.
  2. Alternatif kedua adalah menggunakan bus dengan jalur estafet, yaitu dengan rute Jogja-Surabaya-Probolinggo. Dari Jogja cari saja bus tujuan Surabaya. Bus yang melayani trayek ini antara lain adalah bus Patas Eka dengan tiket Rp 68.000,00 (data Desember 2012). Bus ini relatif ada setiap saat, dan terakhir pemberangkatan sekitar pukul 23.30 malam. Pilihan lain adalah menggunakan bus AC ekonomi seperti Mira atau Sumber Group (Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu) dengan tarif sekitar Rp 38.000,00. Pemberangkatan bus ini hampir ada selama 24 jam. Perjalanan Jogja - Surabaya memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan. Dari Surabaya silahkan lanjut bus menuju Probolinggo. Cari saja bus dengan trayek Surabaya - Jember - Banyuwangi. Tiket bus patas dibandrol dengan harga Rp 23.000,00 dengan waktu tempuh selama 2 jam perjalanan.
  3. Alternatif ketiga adalah menggunakan jasa kereta Ekonomi Sri Tanjung. Berangkat dari Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta sekitar pukul 07.30 pagi, dengan harga tiket sekitar Rp 30.000,00 untuk rute Jogja-Probolinggo.
Perjalanan Probolinggo - Bromo
Setelah Anda sampai di Terminal Probolinggo, perjalanan selanjutnya adalah menuju ke daerah Bromo. Ada dua pilihan cara untuk menuju Bromo, yaitu menggunakan jasa ojek motor dengan tarif sewa sekitar Rp 150.000,00 atau menggunakan kendaraan umum, semacam angkot, di mana orang sekitar menyebutnya dengan "bison". Bison merupakan kendaraan semacam Izuzu Elf dengan muatan sekitar 10-12 orang. Anda dapat menemui bison ini di luar terminal. Jadi jika dari dalam terminal, Anda keluar saja menuju jalan raya kemudian belok ke arah kiri. Di sana sudah tampak bison yang berjajar menanti penumpang. 

Sudah bukan rahasia umum lagi jika Terminal Probolinggo ini merupakan salah satu terminal yang tidak jujur, terutama kepada wisatawan yang hendak menuju Bromo. Tarif normal bison dari Probolinggo menuju Bromo adalah Rp 25.000,00, namun jika sedang apes, maka pemilik bison tak akan segan-segan untuk menodong Anda menyewa kendaraan mereka dengan patokan harga sekitar Rp 300.000,00 untuk sekali jalan. Kalau sedang pergi bersama-sama, mungkin Anda harus merogoh kocek sekitar Rp 50.000,00 sampai Rp 70.000,00 per-orang, kalau sendirian? wassalam ! Ketika saya menuju Bromo saya kena bandrol sekitar Rp 150.000,00 dengan terlebih dahulu menunggu di bison selama 3 jam ! Please beware dengan praktik kecurangan para sopir bison di sini !

Penginapan
Bromo memiliki banyak pilihan penginapan sesuai dengan budget yang Anda miliki. Bromo menyediakan hotel berbintang hingga homestay bagi para backpacker. Untuk pilihan penginapan, saya memilih Yog Homestay yang terletak di daerah Cemoro Lawang. Cemoro Lawang merupakan rute terakhir bison di kawasan Bromo ini. Menurut saya lokasi Yog Homestay ini sangat strategis, tinggal berjalan kaki sebentar saja Anda akan melihat pemandangan Gunung Batok, Gunung Bromo, dan lautan pasir dari atas bukit. Selain itu, penginapan ini juga cukup dengan warung makan.

Untuk pilihan kamar di homestay ini menyediakan dua pilihan, yaitu kamar tidur dengan kamar mandi luar dibandrol dengan harga Rp 100.000,00 per hari. Anda dapat memilih kamar dengan dua buah kasur atau satu buah kasur. Semua kamar sudah dilengkapi dengan fasilitas selimut tebal untuk menghalau hawa dingin. Pilihan kedua adalah kamar tidur dengan kamar mandi dalam, dibandrol dengan harga Rp 150.000,00 per hari. Semua kamar maksimal ceck out sekitar pukul 13.00 WIB. Semua fasilitas, baik kamar tidur dan kamar mandi dalam keadaan yang cukup bersih dan tertata rapi. 

Bagi Anda yang ingin menikmati suasana alam bebas, mendirikan tenda dapat Anda jadikan sebagai pilihan untuk bermalam. Ada beberapa spot untuk mendirikan tenda, salah satunya dekat dengan Hotel Lava View Bromo.


Pilihan Kendaraan Menuju Penanjakan Sunrise View dan Pendakian Bromo
Ada beberapa pilihan kendaraan untuk menuju penanjakan. Spot ini merupakan salah satu lokasi wajib ketika mengunjungi Bromo. Dari sinilah kehidupan benar-benar dimulai. Spot penanjakan adalah sebutan lokasi untuk melihat matahari terbit atau sunrise view. Kendaraan pribadi seperti mobil memang tidak diizinkan untuk melaju di area padang pasir dan penanjakan Bromo. Jika dizinkan pastilah akan mematikan pendapatan penduduk setempat yang menggantungkan profesi mereka untuk membuka jasa persewaan kendaraan. Ya, community based tourism di wilayah ini sudah cukup maju dan memiliki paguyuban yang cukup kuat.

Pilihan pertama adalah dengan menyewa jeep atau biasa disebut hardtop. Biaya yang dipatok sekitar Rp 100.000,00 per-orang untuk rute penanjakan sunrise view dan pendakian Bromo. Jika menyewa satu mobil, biaya yang diaptok sekitar Rp 350.000,00 sampai dengan Rp 450.000,00. Untuk rute tambahan menuju Bukit Teletubbies (padang savana) ada biaya tambahan lagi, tergantung nego Anda dengan sang sopir.

Pilihan kedua adalah dengan menyewa ojek motor. Hal ini lebih efisien bagi Anda yang pergi sendirian ataupun yang ingin lebih menikmati perjalanan. Selain mengantarkan Anda, si tukang ojek dapat dijadikan sebagai guide sekaligus teman perjalanan. Bagi saya, perjalanan menyusuri Bromo menggunakan jasa tukang ojek lebih menyenangkan karena kita dapat membangun komunikasi yang lebih intens serta dapat menggali informasi yang mendalam. Dari si tukang ojek pula saya tahu bahwa di sekitar area Pasir Berbisik terdapat sebuah batu yang disebut watu singo karena bentuk batu tersebut mirip seperti singa jantan yang sedang duduk berselanjar. Tarif ojek untuk rute penanjakan dan pendakian adalah Rp 100.000,00, sedangkan jika tambah spot Bukit Teletubbies, maka Anda harus membayar Rp 150.000,00.


Sewa Kuda Menuju Tangga Pendakian
Kalau yang ini sifatnya optional ! Anda dapat menyewa kuda dari parkiran kendaraan menuju tangga pendakian Bromo. Harga sewa kuda berkisar Rp 60.000,00 sampai dengan Rp 100.000,00 untuk rute pulang-pergi. Semua tergantung pintar-pintarnya Anda menawar. Bagi Anda yang memutuskan untuk berjalan kaki jangan lupa untuk membawa masker karena debu dan pasir yang beterbangan cukup mengganggu pernafasan. 

Kembali Ke Probolinggo
Puas menikmati keindahan kawasan Gunung Bromo saatnya untuk kembali ke Probolinggo. Untuk kembali menuju ke Probolinggo saya kembali memilih menggunakan jasa bison. Tarif yang dipatok sudah tarif normal dan fix yaitu Rp 25.000,00 tanpa ada lonjakan harga dan tawar-menawar lagi. Biasanya pada malam hari akan ada kernet bison yang datang ke homestay untuk menawarkan jasa mereka menjemput Anda keesokan harinya untuk kembali ke Probolinggo.

Ya, itulah sekilas mengenai review itinerary saya menuju Bromo. Silahkan kalkulasikan sendiri biaya perjalanan sesuai dengan kebutuhan Anda. Saya hanya memberikan sedikit gambaran rincian perjalanan saya berpetualang ke Bromo. Semoga informasi yang saya berikan bermanfaat, happy traveling :)


Selasa, 25 Desember 2012

SABANG LAUTAN SPANDUK : ULANG TAHUN BRI YANG MERIAH

Sebenarnya ini foto hasil jepretan kamera hape saya saat perayaan ulang tahun BRI yang ke 117 di Kota Sabang. Jalan Perdagangan sebagai jalan pusat pertokoan dan niaga di Kota Sabang dipenuhi oleh Spanduk ucapan selamat ulang tahun. Mungkin bertanya kenapa di foto suasana kota nampak sepi? ya karena ini saya jepret/foto saat jam istirahat siang (jam 13.00 wib). Mungkin belum banyak orang yang tahu, kalau siang mulai jam 12an sampai dengan 16an pertokoan di Sabang ditutup. Kata orang ini adalah kebiasaan yang telah berlangsung saat Sabang dulu masih Jaya.

Ulang Tahun BRI yang ke 117 di Kota Sabang
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI (http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia)

TIPS LIBURAN AKHIR TAHUN BERSAMA KELUARGA

Liburan Akhir Tahun Bersama Keluarga
Berencana berlibur akhir tahun ini ? Liburan sudah di depan mata. Pastinya banyak di antara kita yang sudah memiliki rencana untuk pergi bersama keluarga, teman dekat maupun yang romantis bersama pasangan. Liburan akhir tahun sayangnya memiliki tantangannya sendiri, salah satunya adalah harga yang relatif mahal mengingat sedang memasuki high-season.

Agar liburan Anda lancar, jangan lupa menyimak tips & trik seputar liburan keluarga, pengaturan bujet hingga aspek kesehatan dan kecantikan. Satu hal yang paling penting adalah, jangan sampai Anda berhutang untuk memaksakan liburan tetap terealisasikan. Ada baiknya jika liburan sudah disapkan bujetnya dari jauh hari, bahkan membeli tiketnya dari setahun sebelumnya, dimana harganya masih promo.

Biaya tidak dipungkiri menjadi hal utama yang harus dikalkulasikan dengan baik. Itulah sebabnya kami meminta pakar keuangan, Aidil Akbar untuk berbagi perspektifnya tentang persiapan bujet liburan keluarga. Perhatikanlah kisi-kisinya tentang 9 hal saat menyusun bujet dan liburan, hingga apa saja yang sebaiknya dilakukan dengan uang Anda saat sudah menjalani liburan tersebut.

Jangan lupa untuk menjaga kesehatan Anda selama berlibur. Apalah artinya jika Anda terserang penyakit dan harus menghabiskan hari-hari hanya beristirahat di kamar hotel. Selain biaya dokter yang akan menguras kantong, Anda juga menyia-nyiakan momen berharga. Jadi sebaiknya, jagalah kesehatan dengan banyak minum air dan hindari 5 penyakit yang paling sering muncul saat liburan.

Sumber : wolipop.detik.com

Senin, 24 Desember 2012

Pantai Indrayanti - Pantai dengan Fasilitas Cottage dan Resto yang Tertata Rapi

Selain menawarkan pemandangan pantai dengan pasir putih yang menawan, Pantai Indrayanti juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang semakin menambah semarak liburan Anda bersama teman maupun keluarga.



Wisata berkedok observasi, ya begitulah perjalanan saya bersama dengan seorang kawan kali ini menyusuri pesisir selatan Gunung Kidul yang cukup tersohor dengan keindahan pantai pasir putihnya. Tujuan kami adalah ingin menyambangi Pantai Indrayanti yang terletak di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Perjalanan dari kota Jogja menuju lokasi ini memakan waktu sekitar dua jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Sepeda motor pun
menjadi pilihan teman berkendara kami. Sepanjang perjalanan menuju pantai ini kita akan disuguhi pemandangan deretan pegunungan kapur diselingi pepohonan jati dengan dedaunan yang nampak meranggas diterjang musim kemarau. Jalanan menuju lokasi sudah beraspal halus dengan beberapa rute yang sedikit menanjak namun tidak terlalu jahanam.


Pantai Indrayanti, salah satu pantai yang sangat terkenal di antara gugusan pantai yang membentang di sepanjang pesisir selatan wilayah Gunung Kidul. Pantai ini menjadi salah satu tujuan favorit para wisatawan yang bertandang ke daerah ini. Tak ayal memang jika pengunjung pantai ini lumayan membludak dibandingkan dengan pantai-pantai lain yang ada di sekitarnya. Selain pemandangan pantai berpasir putih, air laut yang jernih dengan ombak yang tenang, pantai ini sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memanjakan setiap pengunjung yang datang. Pemandangan gazebu-gazebu dengan atap alang-alang siap menyambut kedatangan kita ketika memasuki kawasan pantai ini. Gazebo-gazebo ini berfungsi sebagai resto bagi pengunjung yang ingin bersantai menikmati pemandangan pantai sambil menikmati hidangan yang disediakan oleh pengelola tempat wisata ini. Beragam hidangan mulai dari nasi goreng sampai dengan sea food pun tersaji di restoran dengan nuansa tepi pantai ini.


Untuk icip-icip kali ini saya dan teman saya memesan satu porsi calamari lengkap dengan nasi, sambal dan lalapan. Satu porsi calamari dibandrol dengan harga Rp 50.000,00-an. Soal rasa, saya rasa resto di sini harus lebih banyak melakukan inovasi pada menu masakan yang mereka sajikan. Menurut saya, taste dari calamari yang saya pesan kali ini memiliki rasa yang standar, tidak ada sesuatu yang istimewa dari sisi rasa. Atau mungkin saja sensasi menyantap sea food langsung dengan pemandangan laut lepas menjadi andalan restoran di Pantai Indrayanti ini? Toh dalam dunia perkulineran juga lumrah jika pengelola lebih "menjual" suasana kepada pengunjungnya sehingga mereka merasa nyaman dan betah untuk menghabiskan waktu meikmati suasana.


Selain fasilitas restoran, Pantai Indrayanti juga dilengkapi dengan penginapan dengan tema back to nature. Konsep bangunan penginapan yang ditawarkan oleh pengelola pantai ini adalah penginapan dengan gaya rumah panggung dan juga bangunan gubung yang menyerupai rumah hanoi milik suku di Papua. Penginapan yang disediakan semua mempunyai view menghadap langsung ke pantai. Cottage dengan suasana back to nature dipadu dengan pemandangan pantai cantik yang membentang di depan mata, siap memanjakan siapa saja yang ingin menghabiskan malam menikmati syahdunya suasana Pantai Indrayanti di malam hari.


Penamaan Pantai Indrayanti sendiri pada awalnya menuai kontroversi. Oleh penduduk setempat, pantai ini terkenal dengan sebutan Pantai Pulang Syawal. Namun, setelah pengelolaan diserahkan kepada pihak swasta, pantai ini lebih dikenal dengan sebutan Pantai Indrayanti. Nama Indrayanti sendiri merupakan nama salah satu pengelola pantai ini dan nama ini terpampang di pintu masuk pantai sehingga masyarakat luas lebih familiar dengan sebutan Pantai Indrayanti dibandingkan dengan sebutan Pantai Pulang Syawal. Pantai Indrayanti merupakan satu-satunya pantai di pesisir Gunung Kidul yang pengelolaanya diserahkan kepada pihak swasta. Pantai ini menerapkan sebuah kebijakan khusus yaitu pemberian denda kepada pengunjung yang membuang sampah sembarangan, sehingga kebersihan pantai ini senantiasa terjaga. Papan peringatan pun sudah terpasang di sekitar pantai. Kebijakan pelarangan pembuangan sampah secara sembarangan ini juga disertai dengan penyediaan fasilitas tempat sampah yang memadai, sehingga pengunjung tidak lagi membuang sampah mereka secara sembarangan yang dapat mengakibatkan berkurangnya keindahan pemandangan di sepanjang pantai. Ya, sebuah kebijakan yang harus diacungi dengan dua jempol sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dari pihak pengelola serta sarana penyadaran dan pembelajaran kepada pengunjung agar tidak membuang sampah secara sembarangan.



Selesai menikmati hidangan yang tersaji, saya pun beranjak menuju bagian timur dari pantai ini. Hamparan pasir di sisi pantai ini memiliki kontur yang lebih landai dengan tenda-tenda parasol berwarna-warni berjajar sepanjang pantai. Tenda-tenda parasol ini dikelola oleh penduduk setempat dan disewakan kepada pengunjung yang berminat menggunakannya. Bagi Anda yang berminat melihat keindahan Pantai Indrayanti dari atas tebing, Anda pun bisa mendaki bukit karang yang menjulang di bagian timur pantai ini. Selain pemandangan pantai berpasir putih dengan air laut yang jernih, di sisi timur pantai Indrayanti ini kita dapat melihat batuan karang yang diselimuti tumbuhan ganggang berwarna hijau. Sungguh sebuah pemandangan yang manis untuk mengakhiri perjalanan menyusuri Pantai Indrayanti ini.



keterangan :
Range harga penginapan di Pantai Indrayanti ini berkisar dari harga Rp 300.000,00 sampai dengan Rp 600.000,00 per-malam
fasilitas toilet umum cukup memadai
tarif toilet umum : Rp 2.000,00
tarif parkir kendaraan :
motor : Rp 2.000,00
mobil  : Rp 5.000,00
tarif sewa tenda parasol Rp 20.000,00 untuk jangka waktu sewa sepuasnya

Kamis, 20 Desember 2012

SABANG JAZZ FESTIVAL DIHARAPKAN MENARIK MINAT TURIS

Sabang Jazz Festival 2012
Jakarta - Untuk pertama kalinya, 'Sabang Jazz Festival' akan digelar di Sabang Fair, Pulau Weh, Aceh, Sabtu (22/12/2012). Sejumlah musisi Tanah Air dan manca negara pun siap meramaikan acara tersebut. Acara itu akan diramaikan oleh Andien bersama Nikita Dompas Band. Grup musik legendaris Karakatau yang didirikan oleh Dwiki Dharmawan dan Pra B Dharma juga ikut berpartisipasi.

Grup musik Krakatau akan berkolaborasi bersama penyanyi Steve Thornton (Malaysia), Ron Reeves (Australia) dan Rafly dari Aceh. Kemudian drummer muda Ibnu Rafi, gitaris Agam Hamzah, serta Farabi All Stars featuring Iwan Abdie dan Ita Purnamasari. Penyanyi senior Fariz RM pun turut ambil bagian dalam acara yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia & Pemerintah Kota Sabang itu. Penyanyi Naseem Nahid juga akan menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa mediterania.

Direktur 'Sabang Jazz Festival' Dwiki Dharmawan mengaku senang bisa menghadirkan ajang tersebut. Ia pun berharap acara itu bisa mengangkat pariwisata di daerah itu. "Sabang indah sekali, tapi belum terlalu dipromosikan. Mudah-mudahan acara ini bisa meningkatkan kedatangan turis lokal dan manca negara. Ini akan jadi menarik sekali," ungkapnya saat jumpa pers di D'Consulate Resto, Jakarta, Senin (17/12/2012.

Wakil menteri Kemenparekraf RI Sapta Nirwandar mengaku mendukung acara itu lantaran dinilai positif. Ia pun optimis acara tersebut akan meriah karena gratis alias tidak dipungut biaya. "Musik Jazz sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai musik etnik nusantara. Ini cocok jadi program unggulan mempromosikan pariwisata, sekaligus sarana meningkatkan industri ekonomi kreatif bidang musik," tandasnya.

3 KAPAL YACHT ASING MERAPAT KE SABANG

SABANG - Disinyalir menghindari cuaca buruk yang melanda perairan Sabang, tiga perahu yacht dari sejumlah negara asing mulai merapat di Teluk Sabang.

Kepala Syahbandar Sabang Subianto mengatakan, tiga unit perahu tersebut masuk ke wilayah perairan Sabang menggunakan izin wisata, namun belum ada satupun dari mereka yang mengeluarkan kode emergensi atau darurat.

"Meraka sudah melapor ke kita dengan izin wisata jadi bukan karena cuaca buruk walaupun memang benar cuaca saat ini kurang mendukung namun kita tidak menerima laporan emergensi dari mereka," tukasnya, hari ini.

Disebutkan dengan banyaknya event pariwisata di Sabang jelang perayaan natal dan tahun baru diperkirakan justru menarik minat mereka untuk merayakan tahun di Sabang.

"Kunjungan wisata di Sabang memang terus meningkat baik dari darat maupun laut mengingat Sabang adalah daerah tujuan wisata," kata Subianto.

Rabu, 19 Desember 2012

Toko Oen - Rumah Makan Nostalgia ala Tuan dan Nyonya Belanda

Malang, selain memiliki keindahan tata kotanya yang menawan, ternyata masih menyimpan sebuah toko dengan nuansa atmosfer kolonial Belanda yang kental. Memasuki toko ini serasa diajak menuju masa lalu mengenang Kota Malang tempo dulu.



"Welkom in Malang, Toko Oen Die Sinds 1930 Ann De Gasten Gezelligheid Geeft", begitulah isi dari spanduk yang tertera ketika kita memasuki sebuah bangunan tua di sudut Jalan Jend. Basuki Rakhmad, salah satu jalan protokol di Kota Malang. Spanduk dalam Bahasa Belanda ini memiliki arti "Selamat Datang di Malang, Toko Oen sejak tahun 1930 telah memberikan suasana nyaman". Ya, Toko Oen
, salah satu tempat yang wajib Anda kunjungi ketika bertandang di Kota Malang. Toko Oen, merupakan sebuah tempat makan yang menyajikan menu masakan Indo-Holand dengan nuansa tempo dulu yang hingga kini masih dipertahankan ornamen dan dekorasinya sejak berdiri sekitar tahun 1930. Memasuki toko ini, pikiran kita serasa diajak untuk menikmati suasana masa lampau, menikmati suasana tempat berkumpul ala tuan dan nyonya Belanda menghabiskan waktunya bersama.


Sejarah Singkat Toko Oen Malang
Toko Oen memiliki sejarah yang cukup panjang dalam perjalanannya. Toko Oen berdiri pertama kali di kota Yogyakarta pada tahun 1922 oleh seorang Tionghoa peranakan Belanda yang bernama Liem Goe Nio.  Karena memiliki masakan yang cukup terkenal, kemudian Toko Oen membuka cabang di beberapa kota di Indonesia, seperti di Semarang, Jakarta, dan juga Malang. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, Toko Oen di Yogyakarta dan Jakarta akhirnya tutup, hanya tinggal toko di Malang dan Semarang saja yang masih buka. Toko di Semarang diambil alih oleh cucu Liem yaitu Yenny Megaputri. Pada tahun 1997, Toko Oen membuka cabang di Delf, Belanda, kemudian pada tahun 2000 membuka cabang kembali di kota Den Haag. Pada perkembangan selanjutnya, Toko Oen di Kota Malang dijual kepada seorang pengusaha yang bernama Dany Mugiato.


Bagaimana Suasana Tempat ini?
Klasik, itulah kesan pertama yang saya dapatkan memasuki bangunan di Toko Oen ini. Sebuah ruangan dengan gaya arsitektur bangunan Belanda yang khas dengan langit-langit bangunan yang cukup tinggi, pilar-pilar bangunan  cat berwarna putih yang mendominasi, pintu serta jendela kaca dengan bentuk yang lebar. Bangunan dengan konsep seperti ini memudahkan pergerakan surkulasi udara ke dalam ruangan serta masuknya cahaya dari luar sehingga menjadikan suasana di dalam ruangan cukup sejuk dan memiliki pencahayaan yang cukup. Deretan kursi rotan dengan postur rendah ditata rapi mengelilingi meja bundar dengan dekorasi lukisan suasana Malang tempo dulu semakin menambah kesan klasik suasana bangunan ini.



Satu hal yang paling saya suka dari Toko Oen ini adalah keberadaan kursi rotan dengan postur rendah yang sangat nyaman untuk diduduki. Dijamin, Anda akan betah untuk duduk berlama-lama menikmati suasana tempat ini, bercengkrama dengan teman atau keluarga sambil mencicipi menu-menu makanan yang disajikan. Menurut penuturan salah satu staf, penataan dekorasi ruangan di toko ini konon tak pernah diubah-ubah sejak berdiri pada tahun 1930. Ornamen dan dekorasi ruangan hingga kini masih dipertahankan menyeruapi suasana pada jaman Kolonialisme Belanda di masa lalu.


Apa Saja Menu di Toko Oen ini?
Dari segala menu yang disediakan di Toko Oen ini, menu es krim memang menjadi favorit di tempat ini. Misi utama kedatangan saya ke Malang kali ini adalah menuntaskan rasa penasaran saya dengan cita rasa es krim beserta suasana yang ditawarkan di Toko Oen ini. Es krim di Toko Oen ini memiliki 27 resep pilihan dan semuanya buatan sendiri alias home made, tanpa menggunakan bahan pengawet di dalam proses pembuatannya. Untuk icip-icip kali ini saya memesan es krim favorit di tempat ini, yaitu Oen's Special dan Tutti Frutti. Untuk es krim Oen's Special terdiri dari tiga scoop es krim ditemani dekorasi wafer cokelat, astor, whipped cream, dan buah ceri sebagai pemanis tampilan. Soal rasa memang es krim di sini tergolong biasa dibandingkan dengan es krim-es krim pada jaman kini yang terasa susu dan krim-nya. Es krim jadul memiliki tekstur yang lebih kasar, sekilas mirip dengan es lilin teksturnya ketika masuk ke dalam mulut, namun lebih halus dan rasa susunya lebih terasa. Manisnya pas, tidak terlalu manis sekali dan tidak menimbulkan rasa eneg di mulut. Oen's Special dibandrol dengan harga Rp 35.000,00 per-porsinya.


Next menu, Tutti Frutti ice cream ! Es krim berbentuk seperempat lingkaran ini memiliki cita rasa buah di bagian tengahnya dan dilapisi dengan cokelat di bagian luarnya. Menurut saya, es krim ini lebih terasa lumer ketika masuk ke dalam mulut. Cokelatnya tidak menimbulkan rasa eneg, manisnya juga terasa pas. Satu porsi Tutti Frutti dibandrol dengan harga Rp 21.000,00 (data bulan November 2012).


Selain menu es krim, Toko Oen juga terkenal dengan menu makanan Indo-Holand-nya. Beberapa menu yang sering di pesan oleh pengunjung antara lain adalah nasi goreng dan steak lidah. Kelezatan steak lidah di tempat ini konon cukup tersohor sehingga cukup banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara datang kemari untuk mencicipi. Selain menu-menu tadi, Toko Oen juga menyediakan beragam kue cake dan  tart dengan resep jaman kuno, beragam camilan seperti aneka kue-kue kering, sus, lemper, risoles, dan sebagainya yang dapat Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh. Aneka macam kue kering dan camilan ini ditata rapi di toples-toples besar kuno yang diletakkan di bagian depan toko dekat pintu masuk


Apalagi Keunikan Toko Oen ini?
Selain menyajikan nuansa tempoe doeloe yang kental baik dari segi interior maupun eksteriornya, toko ini juga menyimpan keunikan tersendiri yang semakin melengkapi nuansa Kolonial Belanda yang disajikan. Kita dapat melihat dari tampilan pelayan yang berjaga di toko ini. Pelayanan laki-laki biasanya menggunakan baju dan celana safari putih dengan peci di kepala, sedangkan pelayan perempuan mengenakan gaun putih selutut. Pakaian model tersebut merupakan pakaian yang tren pada era tahun 1930-an. Satu lagi keunikan pelayanan di Toko Oen ini adalah beberapa pelayan ternyata cukup fasih berbahasa Belanda, sehingga tak heran banyak tamu dari turis asing yang sebagian besar berasal dari negeri Belanda yang berkunjung ke tempat ini untuk sekedar bernostalgia mengenang masa lalu mereka.

Jika dilihat dari segi harga untuk ukuran es krim yang dipesan memang tergolong cukup mahal. Menurut saya, Toko Oen tidak hanya menjual makanan namun juga suasana tempat yang mungkin sulit kita temui di tempat makan yang lain. Toko Oen memang memiliki atmosfer tersendiri yang membuat siapa pun betah untuk berlama-lama menikmati suasana toko jadul ini. Jika Anda mengunjungi Kota Malang, tidak afdol rasanya jika tidak menyempatkan untuk mampir ke tempat yang satu ini !

Keterangan :
alamat Toko Oen Malang
Jalan Jend. Basuki Rakhmad 5 Malang
telp (0341) 364052

Toko Oen Malang buka setiap hari mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 21.30 WIB.
Harga yang tertera di dalam daftar menu belum termasuk pajak sebesar 10%

Sabtu, 15 Desember 2012

Candi Badut - Perpaduan Gaya Arsitektural Candi Jawa Tengah dan Jawa Timur

Melihat bangunan yang terbuat dari batuan andesit tersebut, pikiran serasa melayang membayangkan kejayaan di masa kerajaan. Candi, sebuah bukti kejayaan sekaligus bukti tingginya peradaban seni arsitektural dari masa lampau dari sebuah kerajaan.



Menemukan bangunan candi di Malang merupakan sebuah kejutan. Saya sebelumnya memang belum mengetahui tentang keberadaan bangunan candi di kota ini. Kebetulan melintas di kawasan perumahan Bukit Tidar, saya melihat tulisan "menuju ke Candi Badut", kemudian saya meminta teman saya untuk mampir ke bangunan tersebut. Secara administratif, Candi Badut terletak di Dusun Badut, Desa Karang Widoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Untuk berkunjung ke candi ini cukup melapor saja kepada petugas jaga yang berjaga di post penjagaan. Bedanya masuk ke area candi di daerah Jogja/Jawa Tengah dengan candi di Malang ini adalah kita tidak perlu membayar iyuran sepeser pun. Berbeda dengan candi-candi di Jogja maupun di Jawa Tengah
yang ada retribusi, baik yang resmi dari pemerintah maupun retribusi yang bersifat "suka rela".


Candi Badut memiliki satu buah bangunan induk candi. Candi ini masih dalam kondisi yang cukup terawat, namun sayang bagian atap candi sudah tidak ada. Mungkin saja sudah dalam kondisi yang rusak, atau mungkin dalam proses rekonstruksi. Di bagian candi utama terdapat sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan ini terdapat lingga dan yoni, lambang dari kesuburuan yang merupakan ciri khas dari bangunan candi dengan corak agam Hindu. Pemberian nama "badut" oleh penemunya yaitu Dr. Brandes dan Dr. VDK Bosch sendiri terkait dengan nama "liswa" yang tertulis dan prasasti Dinoyo. Prasasti ini memiliki angka tahun 862 saka atau 760 Masehi. Prasasti ini menceritakan daulu ada seorang raja yang bijaksana yang bernama Dewasinga. Di bawah naungan pemerintahannya, memancarlah api Putrikecwara yang menerangi sekelilingnya. Dewasinga ini memiliki anak yang bernama Raja Gajayana. Pembuatan prasasti ini juga bertepatan dengan diresmikannya Arca Agastya yang baru yang terbuat dari batu hitam yang sangat indah sebagai pengganti arca lama yang terbuat dari kayu cendana dan sudah lapuk. Di dalam prasasti Dinoyo ini pula disebutkan bahwa Raja Gajayana membuat sebuah bangunan suci yang sangat indah untuk Agastya dengan maksud untuk membinasakan penyakit. Nama "liswa" sendiri merupakan nama lain dari Raja Gajayana. Di dalam kamus bahasa Sansekerta, liswa memiliki arti yaitu anak kemidi atau tukang tari, di mana dalam bahasa jawa disebut badut (sumber : tulisan yang terpasang di papan informasi).



Perpaduan gaya arsitektural candi khas Jawa Tengah terlihat dari bagian kaki candi yang rata tidak diberi hiasan serta bagian bilik pintu yang  berpenampil. Pada bagian sisi badan candi memiliki relung-relung tempat menyimpan arca. Ciri khas dari candi dengan corak agama Hindu adalah adanya arca Ganesha, arca Durga, dan arca Agastya. Perpaduan ciri khas antara candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur ini dikaitkan dengan tahun pembuatan prasasti Dinoyo dan dikaitkan dengan pindahnya pusat kerajaan dari Dinasti Sanjaya yang bergeser ke arah timur karena terdesak oleh raja dari Dinasti Syailendra. Di bagian depan candi utama diperkirakan ada bangunan candi perwara (candi pengiring), terlihat dari bekas konstruksi bangunan. Di sekiataran candi utama terdapat reruntuhan batu bekas dari bangunan candi yang ditata sedemikian rupa. Di antara tumpukan batu tersebut terlihat arca Nandi (arca berbentuk sapi) dalam keadaan yang cukup memprihantinkan.



Saya memperhatikan beberapa batuan yang terangkai di sudut candi ini. Beberapa batuan memiliki pola seperti ukiran yang indah. Saya kurang tau apakah candi tersebut memang memiliki ukiran pada dinding bebatuannya, ataukah memang terbentuk secara alami. Satu hal yang cukup disayangkan adalah adanya tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab mengukirkan nama mereka di bebatuan candi. Ini dapat kita lihat di bagian dinding pada ruang utama candi. Saya sendiri juga masih belum paham dengan sejarah penamaan candi ini. Apa hubungannya tukang tari dengan sebutan "badut", yang jelas belum bisa masuk di dalam logika saya. Dari sumber lain yang saya baca, nama badut sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu bha-dyut yang berarti sorot bintang Canopus atau sorot Agastya.


Terlepas dari pemberian nama Badut pada candi ini, menurut saya candi ini recomended untuk dikunjungi. Selain kondisi candinya yang hampir 80% dalam keadaan utuh, kita pun dapat menikmati keindahan taman sederhana yang dibangun mengelilingi kompleks candi.

keterangan :
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke candi ini, Anda dapat menggunakan angkot dengan rute AT dan turun di pangkalan Perum Tidar, lalu melanjutkan perjalanan dengan ojek maupun jalan kaki. Lokasi candi ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, jadi jangan ragu untuk bertanya kepada penduduk sekitar jika tidak ingin kesasar.

Jam buka mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00 sore.

Selasa, 11 Desember 2012

Aglioo - The Real Wood Oven Italian Pizza


Siapa sih yang tak kenal dengan pizza? Makanan khas Italia yang terdiri dari bahan dasar roti dengan racikan berbagai macam taburan sayuran, daging, dan keju ini barangkali sudah menjadi menu yang cukup familiar untuk sebagian masyarakat di perkotaan. Ngomong-ngomong soal Italian pizza di Jogja pada khususnya, ada salah satu gerai yang menjadi favorit saya untuk menyantap menu yang satu ini. Yap, Aglioo Pizza and Pasta yang berlokasi di Jalan Prawirotaman nomor 29 Jogja. Daerah Prawirotaman merupakan
salah satu spot dengan julukan "kampung bule" karena lokasi ini memang menjadi lokasi favorit para bule dengan gaya backpacker, tak heran jika di Prawirotaman banyak terdapat cafe dan resto. Lokasi Aglioo Pizza and Pasta cukup mudah ditemui. Resto ini berada tepat di depan Hotel Grand Rosela, dan dekat dengan Via Via Cafe yang terkenal itu. Satu kekeurangan tempat ini adalah kurang tersedianya tempat parkir kendaraan yang memadai, maklum lah namanya juga berada di tengah-tengah kampung bule yang rata-rata berjalan kaki. Bagi Anda yang membawa kendaraan roda dua cukup memarkirkan kendaraan di depan resto, jika Anda memakai kendaraan roda empat tak ada salahnya untuk memohon izin kepada satpam hotel yang berjaga. 



Bagaimana Konsep Tempatnya?  
Aglioo Pizza and Pasta sendiri merupakan sebuah resto kecil yang cukup nyaman, ruangan berkonsep semi outdoor dan memiliki dapur dengan tema open kitchen. Ya, konsep dapur terbuka ini sering saya temui di resto-resto yang berjajar di kawasan Prawirotaman. Dapur dengan konsep ini memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk melihat langsung proses si koki memasak makanan yang kita pesan. Konsep open kitchen juga mengindikasikan bahwa resto tersebut memiliki tingkat kebersihan yang terjaga dan bahan-bahan yang terjamin kesegarannya. Kenapa saya memberi judul the real wood oven italian pizza? Semua mata yang datang ke Aglioo pandangannya akan tertuju pada tumpukan kayu bakar yang ditata rapi di dekat pintu masuk. Di dekat tumpukan kayu bakar tersebut juga ditata bawang putih dengan jumlah yang cukup banyak. Saya tidak tahu sih konsep penataan bawang putih, namun jika kayu bakar dapat kita tebak bahwa proses pembakaran pizza benar-benar masih menggunakan cara yang tradisional.

Apa saja sih menu di Aglioo ini?
Sesuai konsepnya,  menu pizza dan pasta merupakan menu andalan di Aglioo ini. Selain menu pizza dan pasta, kita dapat memilih menu-menu lain yang disediakan seperti sup, salad, steak, dan masakan italian food lainnya. Untuk icip-icip kali ini saya memesan menu Aglioo pizza. Agak random sih  memilih menunya, saya cuma menebak kalau menu diberi nama sesuai dengan tempat pasti itu adalah menu spesial dari si tempat itu.


Setelah menunggu proses memasak sekitar 10-15 menit datanglah menu Aglioo pizza yang saya pesan. Ukuran pizzanya sekitar medium, cocok untuk disantap dua sampai dengan tiga orang. Melihat tampilannya menu pizza yang satu ini cukup menggoda. Kesan pertama yang saya lihat adalah pizza ini cukup warna-warni, perpaduan toping dari bahan-bahan seperti paprika merah, paprika hijau, jagung manis, irisan bawang bombai, irisan tomat, daging ayam, smoke beef, kemudian diberi taburan lada dan parutan mozarella cheese yang melted, terakhir sebagai pemanis tampilan diberi guyuran olive oil sehingga tampilannya semakin mengkilap. For your information, semua masakan di Aglioo ini sama sekali tanpa menggunakan MSG. Hal ini sudah terpampang di papan di dekat dapur dan juga di bagian daftar menu. Aglioo ini memiliki motto always prepared fresh, No MSG, healthy and high quality food !

Bagaimana dengan rasanya? Gurih dari toping daging dan keju yang meleleh bercampur dengan rasa manis dari jagung terasa pas di mulut. Roti sebagai dasaran pizza juga dipanggang matang, tidak terlalu garing, namun tetap terasa renyah. Taburan daging ayam dan smoke beef-nya cukup banyak, sebanding dengan harga dari menu pizza ini. Satu porsi Aglioo pizza dihargai Rp 42.000,00 sudah termasuk pajak (data Desember 2012). Menurut saya rasa, suasana tempat, dan harga yang ditawarkan cukup sebanding.

Selain menu Italian pizza, Aglioo juga menyediakan menu pasta yang recomended. Beberapa pilihan menu pasta disajikan di tempat makan ini seperti bolognese, carbonara, gamberi, polo pesto, curry, ala aglioo, tuna, salmone. Untuk pilihan pasta sendiri, Anda bisa pilih spaghetti, penne, fettucine. Kali ini pilihan jatuh kepada carbonara pasta yang terdiri dari smoke beef, cheese, and egg in creamy sauce, dipadukan dengan potongan garlic bread yang terbuat dari roti gandum. Pasta di Aglioo cara masaknya sangat pas. Orang Italia bilang pastanya Al Dente, yaitu pastanya sudah matang tapi tidak terlalu lembek dan juga tidak terlalu keras. Tekstur pasta masih terasa saat kita kunyah. Bagaimana rasanya? Creamy to the max ! Tiap kunyahan pasta yang masuk mulut sangat terasa creamy dari sauce-nya. Bagi Anda yang tidak terbiasa dengan masakan yang bercita rasa creamy, sebaiknya memakannya perlahan-lahan untuk menghindari efek eneg. Satu porsi carbonara pasta dibandrol dengan harga Rp 35.000,00 (data bulan Desember 2012). Satu porsi pasta di Aglioo dijamim bakal bikin perut Anda kewalahan.

Selain menu pizza dan pasta, Aglioo juga menyediakan beberapa menu seperti untuk  side dish, Anda dapat memilih menu garlic bread, onion ring, french fries, wedges potato. Menu pembuka Anda dapat memesan beraneka macam salad dan zuppa soup. Untuk main course sendiri, Anda dapat memesan chicken steak, chicken cordon bleu, chicken braised, duck leg ala aglioo, duck breakst, tuna steak, australian tenderloin steak. Ada juga menu lasagna sebagai alternatif menu makan. Untuk menu desert, Aglioo menyediakan beberapa menu pilihan seperti creme brullee, brownie sunday, banana split, ice cream sundae, dan cioccolato lava. Range harga menu di Aglioo cukup terjangkau, mulai dari Rp 14.000,00 untuk menu side dish, dan menu yang paling mahal dibandrol dengan harga Rp 100.000,00 untuk main course. Untuk harga pizza dibandrol dengan range harga mulai dari Rp 35.000,00 sampai dengan Rp 45.000,00 per-porsinya. Untuk harga pasta sendiri mulai dari Rp 34.000,00 sampai dengan Rp 38.000,00 per-porsi.

Bagaimana dengan menu minumannya?
Untuk pilihan menu minuman, Aglioo menyediakan berbagai pilihan minuman, mulai dari mineral water, aneka juice, herbal drink, teh, kopi, hingga bir. Untuk range harga sendiri mulai dari Rp 6.000,00 sampai dengan Rp 38.000,00. Saya sendiri memilih memesan mineral water karena jus di tempat ini terlalu encer.

Keterangan :
Aglioo Pizza mulai buka pada pukul 11.00 pagi sampai dengan pukul 23.00 malam. Untuk last order dilayani sampai dengan pukul 22.30 malam.
Pembayaran hanya dilayani dengan uang cash, tidak menerima pembayaran melalui kartu debit maupun credit.

Pecel Pincuk ala Malang Untuk Menu Sarapan

Menyambangi sebuah kota tidak lengkap rasanya jika tidak menyambangi kuliner khasnya. Kota Malang, selain terkenal dengan pemandangan alamnya, kota ini juga menjadi salah satu tujuan untuk memanjakan lidah.


Kota Malang selain terkenal dengan pemandangan alam dan tata kotanya yang cukup menawan, juga menyimpan kekayaan kuliner khas yang siap memanjakan lidah Anda. Ada berbagai menu masakan di kota ini yang siap untuk Anda jelajahi. Salah satu menu yang menjadi ciri khas kota ini adalah bakso Malang atau dalam bahasa lokal setempat disebut dengan bakwan Malang. Tapi kali ini saya tidak akan membahas menu yang legendaris tersebut. Saya akan membahas mengenai nasi pecel ala Malang yang menjadi salah satu menu favorit untuk sarapan.

Lazimnya orang Indonesia, khususnya orang Jawa,
belum dikatakan makan jika belum menyantap nasi sebagai hidangannya. Begitu pula dengan menu sarapan, belum dikatakan sarapan jika belum memakan hidangan yang berat (baca : nasi). Salah satu menu favorit untuk sarapan di Malang adalah hidangan nasi pecel yang disajikan di atas pincuk. Pincuk adalah tempat makan yang terbuat dari daun pisang kemudian ditusuk dengan biting atau lidi pada salah satu sisinya. Sama halnya seperti pecel-pecel yang dijual di berbagai tempat, pecel pincuk ala Malang ini memiliki komposisi seperti aneka sayuran seperti bayam, kacang panjang, dan tauge yang direbus kemudian disiram dengan sambal kacang. Komposisi yang sedikit membedakan pecel pincuk ala Malang dengan pecel-pecel di daerah Solo atau Jogja adalah campuran potongan mentimun dan daun kemangi serta remahan rempeyek kacang. Untuk pilihan lauk, bisa memilih telur dadar, tempe goreng, tahu goreng, bakwan, dan sebagainya. Pilihan lauk yang saya ambil adalah telur dadar dengan mendol, kalau di tempat saya mirip seperti lentho yang berbahan dasar parutan singkong dicampur dengan tempe dan cabai. Mendol juga berbahan dasar tempe yang sudah hampir busuk, diberi campuran bawang merah, bawang putih, cabai, kemudian diberi irisan daun bawang. Adonan ini kemudian dihaluskan dan dibentuk oval kemudian digoreng. Mendol memiliki bau dan cita rasa yang khas, gurih bercampur sedikit pedas.

Satu porsi pecel pincuk dengan lauk telur dadar dan mendol dihargai Rp 7.000,00 saja. Cukup terjangkau untuk seporsi pecel pincuk yang mengenyangkan. Bagaimana soal rasa? Menurut saya cukup enak dan cocok dilidah. Masakan ala Malang memiliki rasa yang tidak terlalu asin seperti masakan daerah Jawa Timur khusunya Surabaya dan sekitarnya. Bagi saya yang tinggal di Jogja dan terbiasa dengan masakan manis, rasa pecel pincuk ini memang kurang terlalu manis di bagian sambal kacangnya sehingga ada rasa yang sedikit terasa ngambang di lidah. But overall rasa pecel pincuk ini masih bisa ditolerir karena taste-nya tidak terlalu asin di lidah. Bagi Anda yang ingin menikmati pecel pincuk ala Malang, Anda dapat menemukannya di sepanjang jalan yang menjual menu sarapan. Untuk saran saja sih, sebaiknya Anda berkeliling di sekitaran kompleks kampus atau perumahan karena biasanya banyak yang menjual pecel pincuk di area-area ini.