Senin, 27 Mei 2013

Pantai Pok Tunggal - Dulu Tenang, Kini Ramai Wisatawan

Awal keberadaan pantai ini sempat gencar dibicarakan di sosial media pada penghujung tahun 2012 yang lalu. Sebuah pantai yang masih sepi karena belum banyak orang yang mengetahui. Pantai Pok Tunggal,  sebuah pantai pasir putih khas pesisir selatan Gunung Kidul dengan ikon sebuah tanaman yang mirip seperti tanaman bonsai yang dibentuk sedemikian rupa namun berukuran cukup besar seperti layaknya pohon-pohon yang tumbuh normal.


Jalan menuju Pantai Pok Tunggal memang sedikit berliku dengan jalan setapak bebatuan yang belum dibangun secara permanen. Ah tidak, saya memilih untuk lewat jalur lain, yaitu dengan melalui jalur susur pantai. Kendaraan saya parkirkan di Pantai Pulang Syawal, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Pantai Goa Watu Lawang. Dari pantai tersebut saya lanjut berjalan kaki menyusuri tepian pantai, melewati bongkahan batu karang, hingga akhirnya menuju Pantai Pok Tunggal. Saya tidak menyarankan melewati jalur ini, hanya orang-orang yang sedikit "nekat" saja silahkan melalui jalur tersebut. Medan yang dilalui cukup menguras tenaga dan sedikit menguji mental, karena kita harus melewati jalur bebatuan karang yang cukup terjal dengan hempasan ombak laut selatan yang sesekali mengganas. Jalur ini cocok bagi Anda yang gemar akan sensasi berpetualang di alam bebas.



Selama kurang lebih 30 menit menyusuri tebing dan hempasan ombak, tibalah kita di hamparan pasir Pantai Pok Tunggal, pantai yang dulunya masih relatif sepi, namun sekarang sudah cukup ramai dengan kedatangan wisatawan. Ini bukan kali pertama saya datang ke Pantai Pok Tunggal. Pertama kali saya menyambangi pantai ini sekitar bulan September 2012, ketika sedang mengikuti tes travel writer di salah satu portal pariwisata. Dulu, ketika itu Pantai Pok Tunggal masih terasa sepi, belum terlalu banyak warung-warung yang dibangun seperti sekarang ini. Pengunjung yang datang pun tidak terlalu ramai. Suasananya masih hening, cocok bagi yang sedang ingin menyendiri menikmati keindahan alam yang terhampar di berbagai sisi, mulai dari hamparan pasir pantai hingga bukit-bukit yang menjulang tinggi.


Kedatangan kedua saya sekitar bulan Februari 2013. Sudut barat Pantai Pok Tunggal yang dulunya masih sepi dan dipenuhi semak belukar kini berubah menjadi bangunan warung-warung sederhana yang dikelola oleh penduduk setempat. Instalasi pipa-pipa air pun makin banyak terlihat. Pipa-pipa iniah yang menyalurkan air bersih yang berasal dari sumber mata air tawar yang terdapat di dekat pantai. Mata air yang berasal dari aliran sungai bawah tanah khas daerah karst. Mata air inilah yang dulunya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan air tawar, namun kini lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata, salah satunya adalah untuk mengaliri toilet umum yang ada. Ah, Pok Tunggal, nasibmu kini, makin banyak orang yang datang kemari, semoga kau tak merasakan lagi sepi.


Salah satu ikon Pantai Pok Tunggal adalah keberadaan pohon duras yang sekilas mirip seperti tanaman bonsai, namun berukuran besar. Pohon yang konon katanya langka ini dahulu benar-benar dijaga oleh penduduk setempat. Pohon tersebut tidak boleh dipanjat, bahkan menggelantungkan barang di batangnya saja pun dilarang. Menurut penuturan penduduk setempat hal tersebut demi menjaga kelestarian si pohon duras. Jika patahakan membutuhkan waktu yang lama untuk pertumbuhannya, belum lagi pohon ini katanya termasuk pohon langka. Tapi apa yang saya lihat sekarang sedikit memprihatinkan. Banyak wisatawan yang menggelantungkan barang bawaan mereka seenaknya di batang pohon duras tersebut. Jika pohon duras tersebut dapat berbicara, pastilah dia sudah menangis dengan beban yang dia bawa.


Jika dilihat sekarang, Pantai Pok Tunggal memang mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Setidaknya fasilitas pariwisata yang ada sekarang lebih memadai seperti warung-warung makan sederhana yang berjajar di sepanjang tepi pantai maupun fasilitas toilet umum dan mushola. Payung parasol yang berjajar pun siap disewakan untuk menemani Anda menikmati pantai tanpa takut harus kepanasan.


Jika Anda sedang beruntung, Anda akan menemukan penduduk yang berjualan buah srikaya. Buah yang berbetuk bulat berwarna hijau kekuningan dengan kulit yang bermata banyak. Daging buahnya berwarna putih dengan biji yang cukup banyak dengan rasa buah yang manis. Buah srikaya memang tumbuh subur di wilayah Gunung Kidul yang memiliki kontur tandus. Tak hanya di Pantai Pok Tunggal, buah ini dapat kita temui di beberapa lokasi yang tersebar di kawasan Gunung Kidul ini.


Waktu seolah berputar begitu cepat. Tidak terlalu lama memang saya menginjakkan kaki di Pantai Pok Tunggal ini. Saya harus bergegas untuk kembali menuju Pantai Goa Watu Lawang sebelum matahari kembali ke peraduan. Ah, mari kembali mendaki bukit melewati bongkahan batu karang serta menikmati hempasan ombak yang sesekali terlihat mengganas menerjang batu karang yang kokoh menghadang !

Rabu, 22 Mei 2013

Pulang Tanpa Kenangan

Menata kembali folder-folder foto yang berserakan, seolah menggugah kembali kenangan-kenangan masa silam yang terkadang terlupakan. Every pictures give us a story !

Ah, folder-folder itu mengingatkanku akan kegemaranku memainkan shutter kameraku. Walaupun sampai sekarang hasilnya pun masih tetap "sampah". Yah, "sampah" data yang bergiga-giga kapasitasnya. Aku mulai mengenang kembali masa-masa itu, di mana aku mulai menggemari mengutak-atik kamera untuk mendapatkan gambar yang aku inginkan. Datar, tanpa makna, dan memang "tidak dapat berbicara". Terkadang aku merasa sebagai seorang tukang foto yang hebat karena sanjungan dan pujian yang terlontar dari sosial media, di mana beberapa foto aku pasang di lini massa tersebut.Tak banyak, hanya beberapa yang memberikan komentarnya memang. Pujian yang sempat membuatku besar kepala dan menjadikan diriku seorang yang (sok) hebat dalam berkarya.

Folder-folder berserakan, yang seolah mengajakku mengingat kembali akan hobi jalan-jalan yang aku geluti, setelah mendapatkan kamera ini. Pikiranku seolah seperti digelitik, mengingat kembali apa esensi dari "jalan-jalan" yang aku jalani. Bukankah kita jalan-jalan untuk melepas penat? Bukan jalan-jalan yang menambah beban ketika kita selesai melakukan perjalanan tersebut. Beban yang saya maksud adalah beban untuk harus mendapatkan foto sebagus yang mampu kita hasilkan, beban ketika kita harus membuat sebuah catatan untuk menceritakan kisah perjalanan yang baru saja kita lakukan.

Berangkat pun sudah ada beban, pulang pun tanpa membawa sebuah kesan. Beban untuk mendapatkan foto yang layak untuk dipublikasikan, beban untuk mendapatkan informasi guna membuat ulasan dalam sebuah tulisan, dan beban untuk kapan segera menyelesaikan pekerjaan. Hambar, tak ada kenikmatan, tak ada perasaan penarasan, tidak ada rasa puas, dan pada akhirnya pulang tanoa memberikan kesan yang membekas ke dalam hati dan pikiran.

Apa esensi dari sebuah perjalanan? Untuk keluar sejenak dari rutinitas keseharian? Atau hanya sekedar ajang untuk pamer jika kita pernah berkunjung ke sebuah tempat yang menjadi impian setiap orang? Bukankah esensi dari sebuah perjalanan itu mengenai kualitas dari perjalanan tersebut? Bukan hanya kuantitas semata kan?

Jujur, aku mulai tidak menikmati setiap perjalanan-perjalanan yang aku lakukan akhir-akhir ini. Aku terlalu sibuk memikirkan bagimana caranya untuk mendapatkan foto-foto bagus (menurutku). Mencoba menangkap setiap kisah yang ingin aku dapat, sehingga lupa untuk menikmati perjalanan yang aku lakukan tersebut. Dan akhirnya perjalanan memang akan terasa hambar, tidak ada proses pembelajaran yang kita rasakan, yang ada hasilnya hanya foto yang bergiga-giga namun tak ada makna.

Perjalanan itu proses, nikmati proses yang ada, jangan memikirkan hasil akhir harus bagaimana, foto bagus anggap saja sebagai bonus ! Dengan menikmati proses kita akan lebih merasakan dan menghargai esensi dari perjalanan itu sendiri. Perjalanan untuk melegagan rohani yang sedang "haus". Nikmati proses, foto dengan momen bagus biasanya akan kita dapat ketika kita mulai menikmati proses yang kita jalankan.

Taman Sari, Maret 2013
Kraton Ratu Boko, Maret 2013
Tanjung Papuma, Jember, November 2012
Tak semua hal yang terlihat indah oleh mata, dapat divisualisasikan baik oleh lensa kamera ! Mungkin dia hanya dapat "dinikmati" langsung oleh mata saja !

Senin, 20 Mei 2013

Pantai Timang - Cerita Tentang Pemburu Lobster, Gondola Kayu, dan Pulau Karang

Menjelajahi pantai-pantai yang masih tersembunyi di antara deretan pesisir selatan Gunung Kidul memberikan cerita tersendiri di dalam sebuah kisah perjalanan yang kita lalui.

Menemukan pantai ini memang sedikit dibutuhkan kejelian dan perjuangan, karena minimnya petunjuk serta akses jalan yang belum terlalu baik untuk menuju ke sana. Pantai Timang, mungkin keberadaannya belum terlalu terkenal seperti pantai-pantai lain yang ada di deretan pesisir selatan Gunung Kidul. Pantai yang terkenal dengan lobster dan gondola kayu ini menyajikan petualangan tersendiri sembari menikmati keindahan lokasi.


Jika flash back sejenak, pertama kali saya mengenal keberadaan Pantai Timang dari sebuah acara televisi swasta nasional. Acara "Para Pemburu" yang ditayangkan oleh Trans TV setiap hari Minggu sore. Acara yang sempat tayang dari pertengahan tahun 2010 hingga awal Februari 2011 ini menyajikan sebuah tayangan tentang perjuangan sosok-sosok tangguh di dalam mencari nafkah demi menyambung hidup. Sebuah tayangan yang menggambarkan sebuah kesenjangan kehidupan. Sebuah gambaran betapa beratnya perjuangan untuk mendapatkan sesuatu, namun tidak sebanding antara risiko yang diambil dengan nilai rupiah yang mereka terima. Tayangan yang menyajikan realitas kehidupan sehari-hari yang mungkin saja jarang kita amati.


Jalan Cor Blok Hingga Jalan Setapak Bebatuan
Pantai Timang memang belum sepenuhnya digunakan sebagai salah satu tujuan wisata. Menurut pandangan saya, pantai ini lebih tepat sebagai wisata minat khusus, terutama bagi mereka yang menyukai tantangan dan petualangan. Jalur menuju pantai ini belum sepenuhnya dalam kondisi baik. Jalan menuju pantai ini memang memiliki medan yang cukup beragam, mulai dari jalanan cor blok yang membelah perkampungan, disambung dengan jalan setapak bebatuan dengan pemandangan hutan serta hamparan ladang, kemudian lanjut dengan jalur cor blok hingga sampailah kita di lokasi Pantai Timang.



Melintasi jalanan cor blok dipadukan dengan jalan setapak bebatuan dengan medan naik turun memang memberikan pengalaman yang mengasyikkan. Dibutuhkan stamina, keseimbangan serta konsentrasi yang lebih ketika mengendarai motor untuk menuju pantai ini. Ya, sebagai informasi saja, untuk menuju lokasi Pantai Timang memang lebih disarankan menggunakan motor karena jalan yang cukup sempit. Kalaupun menggunakan mobil, lebih baik menggunakan mobil dengan bodi yang tinggi, tidak dianjurkan menggunakan mobil jenis sedan maupun city car karena akan merepotkan Anda melintasi jalur yang ada.


Walaupun jalanan sedikit menantang, namun sepadan dengan pemandangan yang didapatkan. Satu lokasi yang menjadi favorit saya adalah ketika kita dapat melihat hamparan persawahan dengan latar belakang laut selatan yang nampak biru sebelum turunan jalan. Ah, sayang, apa yang terlihat oleh mata terkadang tidak dapat tervisualisasikan dengan baik dengan kamera.

Kejutan di Balik Rimbunnya Pandan Laut
Usai menikmati medan jalan yang naik turun dengan kondisi yang beragam, sampailah saya di sebuah gubug sederhana milik masyarakat setempat. Gubug ini menjadi tempat beristirahat bagi petani yang memiliki ladang dan sawah di sekitar pantai, pun juga digunakan bagi nelayan yang akan bersiap memasang perangkap lobster. Saya pun meminta izin kepada ibu-ibu yang sedang beristirahat di gubug untuk menitipkan motor saya.


Sedikit menaiki bukit, menuju semak-semak pepohonan pandan laut yang tumbuh subur. Haruslah berhati-hati karena jika duri pandan laut itu menusuk kulit akan terasa gatal dan sedikit perih. Di balik semak pandan laut tersebut terdapat apa yang orang-orang sebut dengan Pantai Timang. Sedikit janggal memang jika dinalar, pantai biasanya identik dengan hamparan pasir yang sesekali tersapu oleh ombak, namun berbeda dengan di Pantai Timang, kita bukan berada di hamparan pasir melainkan berdiri di atas sebuah tebing karang yang kokoh diterjang ombak.

Sesekali terdengar suara ombak yang lantang menghempas tebing karang dengan ganasnya, hingga terkadang air laut ikut tumpah ke atas tebing karang. Di seberangnya terlihat sebuah pulau kecil, yang diberi nama Pulau Panjang. Di sanalah biasanya para pemburu lobster mencari buruannya dengan peralatan yang tergolong sederhana dan apa adanya.

Cerita Gondola Kayu yang Menjadi Image Pantai Timang
Pesona Pantai Timang memang tidak bisa dilepaskan dengan kereta gantung yang terbuat dari kayu yang menghubungkan ke Pulau Panjang. Kereta yang disebut oleh penduduk sekitar dengan sebutan gondola, merupakan sebuah instalasi kereta gantung yang terbuat dari alat-alat yang sangat sederhana. Hanya menggunakan bahan-bahan seperti batang kayu, katrol dari velg bekas sepeda dan tali tambang, dibuatlah sebuah rangkaian kereta gantung yang sedemikian rupa.


Kereta gondola inilah yang digunakan penduduk setempat untuk menyeberang ke Pulau Panjang guna menebarkan perangkap untuk menangkap lobster buruan. Pulau Panjang memang terdapat batu karang habitat para lobster. Lobster memang menjadi salah satu sumber mata pencaharian hidup penduduk di sekitar Pantai Timang, selain dari sektor pertanian.

Bagi Anda yang memiliki nyali yang cukup besar dan menyeberang ke Pulau Panjang, Anda pun dapat mencoba permainan gondola kayu ini. Cukup membayar Rp 100.000,00 per-orang untuk rute pulang pergi. Permainan gondola kayu ini biasanya disediakan oleh nelayan ketika weekend ataupun hari libur. Ya, hasil dari permainan gondola kayu ini memang digunakan sebagai tambahan penghasilan bagi nelayan lobster di Pantai Timang.

Nyali yang dimiliki nelayan di Pantai Timang memang harus diacungi oleh dua jempol. Keberanian dan nyali mereka menyeberang pantai selatan ditemani dengan suara deburan ombak yang ganas di bawah sana, goyangan kereta gantung karena hempasan angin, tajamnya bebatuan karang di bawah sana, ah entahlah kengerian apa lagi yang seolah tak mereka hiraukan demi mendapatkan lobster buruan demi menyambung kehidupan.


Sayang, ketika saya berkunjung ke Pantai Timang tak terlihat seorang pun nelayan yang hendak menyeberang ke Pulau Panjang. Hanya terlihat seorang nelayan yang sedang memasang umpan di tebing Pantai Timang ini saja. Nyalinya pun cukup besar, karena beliau dengan tenang berdiri di pinggir batu karang yang langsung menghadap ke laut. Saya sendiri cukup gemetar ketika berdiri di sana, setiap melihat derasnya ombak di bawah sana seolah ada suara yang memanggil "ayo terjun, ayo terjun !", hahahaha !

Tak Hanya Gondola, Hamparan Pasir Putihnya juga Mempesona
Wisata Pantai Timang memang lebih terkenal dengan pulau karang serta gondola kayu untuk menyeberang ke Pulau Panjang. Jujur perhatian saya dari pinggir jalan sebelum sampai di pinggir gubug adalah pemandangan hamparan ladang penduduk dengan latar belakang pasir putih yang sesekali diterjang ombak. Cantik, sekaligus agak janggal, di lahan pesisir seperti ini ternyata dapat tumbuh dengan subur tanaman pertanian.


Garis pantainya memang tak terlalu panjang, dibalut dengan hamparan pasir putih dan ombak pantai selatan yang sedikit tenang. Pasir putihnya cukup lembut, namun terasa sangat menyengat kulit di kala siang dengan matahari yang terik. Selain hamparan pasir putih, beberapa pecahan batu karang terlihat teronggok tersebar di sepanjang pantai. Dari pantai ini kita juga dapat melihat Pulau Panjang, yang sekilas seperti seekor kura-kura yang sedang berenang menuju tepi pantai.


Berpetualang ke Pantai Timang memang dibutuhkan stamina dan mental yang cukup mengingat medan jalan yang dilalui boleh dikatakan sedikit lebih menguras tenaga dibandingkan mengunjungi pantai lainnya. Tapi petualangan yang didapat sebanding dengan perjuangan yang kita lakukan. Punya nyali berlebih? Coba saja permainan gondola kayu yang ada di pantai ini untuk tahu bagaimana rasanya terombang-ambing di atas laut dengan kereta kayu khas Pantai Timang.

Kamis, 16 Mei 2013

PANTAI TAPAK GAJAH : SEJUTA PESONA DIBALIK SEPINYA PANTAI

Tapak Gajah adalah sebuah nama lokasi yang berada di Kota Sabang, secara detail saya pribadi kurang tahu kenapa daerah ini dikenal dengan nama tapak gajah. Nah kali ini saya ingin berbagi pesona pantai yang ada disini. Pantai Tapak Gajah adalah sebuah pantai yang mungkin belum terekspos secara baik. Kurangnya promosi dan penyediaan sarana dan prasana lain menyebabkan pantai ini kurang diminati. Pantai ini berada dibelakang Mushalla Jurong Keramat Gampong Ie Meulee. Tidak jauh dari Pantai ini ada sebuah Penginapan dan juga terduduk sebuah Benteng Peninggalan Jepang yang pernah saya ulas dalam postingan saya sebelumnya.

Nah kebetulan kemaren saya tidak sempat foto banyak tentang Pantai ini, berikut penampakan pantai dan benteng jepang yang ada dilokasi Pantai. Bagi yang penasaran silahkan berkunjung langsung ke lokasi.



Rabu, 15 Mei 2013

Tips Menjalin, Menjaga serta Mempertahankan Kekompakan dalam Sebuah Komunitas

Tips Menjalin, Menjaga dan Mempertahankan Kekompakan di Dalam Komunitas

Kekompakan dalam sebuah Komunitas tentunya sangatlah penting , agar komunitas tersebut tetap terjaga keutuhannya. Ada beberapa Tips yang bisa kita terapkan dalam Sebuah Komunitas untuk Menjalin, Menjaga dan Mempertahankan Kekompakan terutama untuk Telapak Sumut yaitu :

1. Pengertian
Dalam sebuah komunitas diperlukan pengertian. Tanpa adanya pengertian antar anggota maka komunitas itu tidak akan solid dan yang ada hanya ada pertikaian di dalamnya. Di dalam komunitas kita harus tahu apa watak/Karakter tiap anggota jadi  kita harus menghormati mereka.

2. Jika Kamu Seorang Leader (Pemimpin)
Menurut saya sih, tidak ada leader-leaderan,  karena kita maju bersama dalam komunitas. Tapi kadang kala ada yang bilang tanpa leader komunitas tidak bisa jalan, dan komunitas harus ada leader. Maka, Jika kamu seorang Leader kamu harus bijak terhadap anggota dan jangan egois. jika masukan dari anggota positif, harus dipertimbangkan dan dijalankan. Seorang leader juga harus mengetahui baik dan buruknya dalam suatu komunitas, mengetahui karakter anggota, berpikiran satu langkah lebih cepat dari yang lain, tanggung jawab komunitas harus sepenuhnya di jalankan. Demikian juga jika kalian bukan leader harus menghormati keputusan dari leader.

3. Ketahui kelemahan dan kelebihan antar anggota.
Hal ini penting guna menentukan penugasan dan pembagian komunitas. Idealnya masing-masing anggota  saling melengkapi satu dengan yang lain sehingga terbentuk keharmonisan dalam melakukan tugas. Sebagai team leader Anda harus yang lebih mengetahui kelebihan dan kelemahan anggota sehingga tugas-tugas diserahkan kepada yang ahlinya. Namun, agar pembagian tugas lebih adil dan merata – tidak menumpuk pada satu orang, usahakan Anda melakukan mix and match sehingga anak buah yang kurang begitu ahli dibidang tersebut bisa ikut membantu dan belajar dari yang lebih ahli.

4. Alokasikan waktu berkumpul bersama komunitas atau grup Anda.
Inti dari sebuah komunitas adalah kebersamaan. Maka, seringlah berkumpul bersama anggota komunitas, bukan sekedar untuk brainstorming masalah pekerjaan, mendiskusikan rencana serta rencana ke depan atau hal formal lainnya, melainkan hal-hal yang bersifat personal. komunitas Anda harus tahu dengan siapa mereka bekerja, tujuannya untuk menciptakan chemistry, membangun kepercayaan, serta mengenal kepribadian masing-masing individu. Semakin saling mengenal, semakin tercipta sebuah ikatan yang erat antara mereka.

5. Ciptakan suasana keterbukaan dan bangun komunikasi yang efektif.
Kesalahpahaman sering menjadi penyebab ketidakkompakan sebuah komunitas. Keluhan, ketidakpuasan, serta ide-ide yang tidak tersampaikan merupakan bom waktu yang setiap saat bisa meruntuhkan sebuah komunitas. Maka, buatlah kesepakatan dengan komunitas Anda untuk selalu membicarakan masalah apapun di dalam komunitas. Sediakan diri Anda untuk menjadi penengah dan pendengar saat mereka membutuhkan Anda sebagai teman ‘curhat’. Be approachable, sebab terkadang anak buah merasa segan bercerita pada Anda dan memilih pemimpin komunitas  lain yang lebih simpatik untuk menumpahkan keluh kesah.

6. Buatlah peraturan bersama yang mengikat semua anggota komunitas.
Untuk meminimalisir gesekan, buatlah kesepakatan tidak tertulis untuk selalu menjaga konduktivitas kerja dalam komunitas. Misalnya, jika ada anggota yang saling berselisih harus langsung diselesaikan secara internal, dilarang saling membicarakan di belakang, atau dilarang bercerita masalah internal. Peraturan ini penting agar masing-masing anggota berkomitmen dan bertanggung jawab dalam menjaga keutuhan komunitasnya.

7. Lakukan aktivitas yang dapat memotivasi dan meningkatkan kerjasama grup.
Salah satu caranya adalah melakukan outbond/outing yang bertujuan untuk melatih kekompakan. Hal ini merupakan stimulus yang bagus, sebab dalam game tersebut terdapat latihan problem solving, kepercayaan, kekompakan, kemandirian, dan tanggung jawab yang sangat berguna untuk diterapkan dalam dunia kerja.

8. Ingat-Ingat awal terbentuknya Komunitas.
Mencari komunitas yang cocok dengan kita tidaklah mudah, harus adaptasi yang tidak memerlukan waktu yang sebentar , merintis dari awal yang tentunya sungguh-sungguh menguras tenaga dan otak. maka ingat2lah ketika awal kamu membuat sebuah komunitas.

9. Jangan Egois dan Sombong
Inilah yang paling sering terjadi dalam komunitas yaitu Egois!!! Merasa dirinya paling hebat, paling pandai, punya segalanya maka bertindak semena-mena dalam komunitas, padahal belum tentu orang yang begini lebih baik dari anggota yang lain, koreksi diri mungkin langkah yang lebih baik. Dan kalau udah Sukses jangan sombong, tetep rendah hati dan bersahaja.

10. Konflik Dulu, Baru Asyik
Sayur tanpa garam kurang enak,demikian dalam komunitas kalo kita belum ada masalah dengan anggota lain pasti ada yang kurang,maka dari itu kita harus konflik dulu biar cadas!! Tapi bukan berarti kita sengaja konflik dengan anggota lain. Dengan demikian kita akan mengetahui sifat anggota lain, jika ada masalah kita cari solusinya, hal tersebut malah menjadi pelajaran yang baik dalam komunitas. Langkah selanjutnya yaitu harus berdamai, “peace man ^_^V”, kemudian kita saling menghargai satu sama lain, dan bangun komunitas menjadi lebih baik.

Ini lah beberapa Tips yang bisa kita terapkan dalam Menjalin, Menjaga serta Mempertahankan Kekompakan dalam Sebuah Komunitas. Semoga Tips ini bermanfaat Buat kita semua.^_^.
Dan jika ada yang mau menambahkan Tips yang baik dan membangun, silahkan tinggalkan pesannya di komentar ya sobat..:)

Salam Lestari..!!

Sumber 1 : http://boland-capzlock.blogspot.com/2011/07/cara-menjaga-kekompakan-pada-komunitas.html
Sumber 2 : http://paracikbun.wordpress.com/2012/11/05/tips-kekompakan/

Senin, 13 Mei 2013

Ada suasana 4 musim di Indonesia

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Namun di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia kita bisa merasakan suasana seperti di negara 4 musim.

Musim Salju 


Salju biasa terjadi pada negeri beriklim subtropis dan sedang. Namun, ada juga daerah tropis yang bersalju, salah satunya di Grasberg, Papua. Hujan salju di Grasberg menjadi unik karena berada di Indonesia yang merupakan negara tropis. Puncak dari pegunungan Grasberg berada pada ketinggian 4.285 mdpl sehingga suhu di daerah itu bisa mencapai 2 derajat Celcius dan terkadang bisa turun salju.

Musim Panas Gurun



Sebagai negara dengan iklim tropik tentu tidak aneh bila kita dapat merasakan musim panas di Indonesia. Namun hal yang aneh bila di Indonesia bisa dirasakan musim panas seperti halnya di daerah gurun. Kita bisa merasakan suasana gurun atau padang pasir di kawasan Gumuk pasir Parangkusumo, Yogyakarta. Sama seperti gurun pasir di Timur Tengah dan Afrika, suhu di kawasan Gumuk pasir Parangkusumo berubah-ubah. Saat siang hari panas di tempat ini sangat terik, tapi malam hari udara akan berubah menjadi sangat dingin.

Musim Gugur


Banyak pohon dan tumbuhan menggugurkan daun secara perlahan saat musim gugur tiba yang biasa terjadi di negara 4 musim. Pada musim gugur, daun yang biasanya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan merah kecoklatan sebelum rontok. Di Indonesia suasana pohon yang menggugurkan daunnya bisa ditemukan di hutan jati misalnya hutan jati di daerah Jawa Timur dan daerah lainnya. Pada saat puncak musim kemarau, pohon jati menggugurkan daunnya sehingga pohon terlihat jarang daunnya bahkan tampak tanpa daun, tinggal cabang dan ranting-ranting kering.

Musim Hujan


Musim hujan sudah tidak aneh terjadi di Indonesia tapi ada wilayah di Indonesia yang hampir selalu hujan. Kota Bogor yang termasuk ke dalam Provinsi Jawa Barat  ini adalah salah satu kota kabupaten yang memiliki kadar curah hujan yang tinggi. Kota ini terletak di ketinggian 190 sampai 330 meter dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk. Suhu rata-ratanya setiap bulan hanya 26 derajat Celcius. Kelembaban udaranya pun kurang lebih 70% saja. Kondisi inilah yang membuat curah hujan di Bogor sangat tinggi. Karena hal itu, kota Bogor disebut sebagai Kota Hujan. Kalau sedang musim hujan, kota ini benar-benar basah. Bisa-bisa seharian kota ini diguyur hujan tanpa henti.

Ternyata di negara Indonesia ini kita bisa juga merasakan salju, musim gugur dan suasana di gurun pasir. Memang suasananya tidak sangat mirip di negara 4 musim. Namun daerah-daerah unik ini bisa kita kunjungi untuk berwisata dan menikmati keadaan alamnya.

Nikmatnya Ayam Goreng Kampung ala Mbah Cemplung

Terkadang kita harus rela menjelajah hingga tempat-tempat yang sedikit terpencil demi terpenuhinya hasrat akan sebuah rasa. Terkadang kita juga harus rela, menempuh perjalanan yang cukup jauh demi terpenuhinya rasa penasaran akan sebuah cita rasa kuliner yang melegenda. Berawal dari sebuah ketidak sengajaan ketika sedang tersasar mencari warung pecel Mbah Warno "Kutang", saya menemukan warung makan yang menyajikan menu ayam goreng yang cukup melegenda karena kelezatan sajian masakannya.


"Ayam Goreng Jawa Mbah Cemplung", begitu banner sederhana yang terpasang di pinggir jalan. Walaupun memiliki konsep warung makan rumahan dan terletak cukup mblusuk di wilayah pedesaan, namun jangan salah, tempat makan yang satu ini selalu ramai didatangi oleh para pengunjung yang rata-rata menggunakan kendaraan roda empat. Jika Anda datang di jam-jam padat pengunjung, bisa-bisa Anda harus waiting list  menunggu tempat duduk yang kosong, syukur-syukur tidak kehabisan menu ayam yang disajikan.
Memasuki bagian dalam warung, kita akan disambut dengan deretan meja-meja panjang dengan kursi yang ditata sedemikan rupa. Ada dua pilihan tempat, mau duduk di kursi atau memilih lesehan. Jika diamati, interior warung ayam goreng Mbah Cemplung ini sangat sederhana, bahkan cenderung terlihat masih setengah jadi. Lantai mester yang belum dikeramik semakin menambah suasana khas rumah ndeso ala Jawa. Tanpa berpikir panjang pun saya segera memesan satu buah dada ayam lengkap dengan nasi dan lalapan, serta tak lupa segelas es teh manis untuk melepas dahaga.


Saking ramainya pengunjung, kita pun harus sedikit bersabar menunggu pesanan datang tersaji di atas meja makan. Sekitar 15 menit kemudian pesanan saya pun datang. Sepotong dada ayam goreng dengan ukuran besar tersaji lengkap dengan lalapan yang terdiri dari rebusan daun keningkir, potongan mentimun, dan juga daun kemangi segar. Ayam goreng Mbah Cemplung ini memang sudah sangat menarik dari segi tampilan. Ayam digoreng hingga warna kuning kecokelatan, tidak terlalu garing memang, namun matangnya merata. Ketika disuwir dagingnya sangat empuk, dan memiliki cita rasa yang cukup gurih ketika dikunyah. Bumbunya pun meresap sempurna hingga ke dalam daging.


Kenikmatan ayam goreng Mbah Cemplung ini semakin bertambah dengan sajian menu sambal yang dihidangkan. Ada dua pilihan sambal, yaitu sambal matang dan juga sambal mentah. Taste dari sambal mentah ini lebih pedas dibandingkan dengan sambal matang yang disajikan. Ayam goreng ini semakin nikmat disantap dengan nasi putih yang masih mengepul hangat, dicocol dengan sambal serta ditambah dengan segarnya lalapan yang dihidangkan. Tidak sia-sia rasanya jauh-jauh menuju ke warung ayam goreng Jawa Mbah Cemplung ini demi mencicipi sajian ayam gorengnya yang nikmat.

Selain bumbu-bumbu racikan yang sudah digunakan secara turun-temurun serta cara memasak yang khusus, rahasia kenikmatan ayam goreng Mbah Cemplung juga terletak pada pemilihan ayamnya sendiri. Ayam yang digunakan biasanya adalah jenis ayam kampung liar, yaitu ayam kampung yang dilepas di pekarangan. 

Warung ayam goreng Mbah Cemplung ini mulai buka dari pukul 08.00 sampai maksimal pukul 17.00 WIB. Bahkan kadang sebelum jam tutup pun ayam goreng yang disajikan sudah terjual habis. Untuk harga memang sedikit lebih mahal. Untuk satu porsi dada ayam lengkap dengan nasi, lalapan, dan es teh manis, kita harus merogoh kocek sebesar Rp 26.000,00. Namun, harga yang harus kita bayarkan sebanding dengan rasa yang kita peroleh. Penasaran ingin mencobanya? Monggo blusukan ke daerah Sendang Semanggi, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta untuk menikmati gurihnya ayam goreng jawa Mbah Cemplung ini :)

keterangan :
  • rute yang dilalui untuk menuju warung ayam goreng jawa Mbah Cemplung ini sama seperti rute menuju warung pecel Mbah Warno "Kutang"
  • jam-jam padat pengunjung biasanya mulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB
  • CP warung ayam goreng Mbah Cemplung 085743056292 / 0274 926 1977

Kamis, 09 Mei 2013

Menyantap Pecel Ndeso Racikan Mbah Warno Kutang

Tidak lengkap rasanya bila sudah lama tinggal di Jogja tidak berburu kuliner khas yang cukup melegenda. Bahkan jika harus berburu kuliner khas hingga ke pelosok-pelosok daerah demi terpenuhinya hasrat akan sebuah cita rasa. Perjalanan rasa kali ini membawa saya menyusuri salah satu sudut perkampungan di kawasan Bantul. Berada di antara daerah sentra gerabah Kasongan menuju daerah Gunung Sempu yang terkenal dengan area pemakamannya, terdapat sebuah warung pecel legendaris milik Mbah Warno "Kutang".


Dibutuhkan sedikit kejelian untuk menemukan warung sederhana milik Mbah Warno "Kutang". Papan nama warung yang sangat kecil dan sudah usang cukup menyulitkan saya untuk menemukan warung tersebut. Tak adanya tanda-tanda keberadaan warung membuat saya harus mengitari jalan beberapa kali, kesasar ke beberapa lokasi, hingga akhirnya saya menemukan warung sederhana tersebut berkat bantuan "GPS manual" alias bertanya ke sana ke mari dengan orang-orang yang saya temui.


Memasuki area warung, kita akan disambut dengan beberapa perabot khas jawa yang sangat sederhana dan terlihat apa adanya. Deretan kursi-kursi kayu panjang ditata menghadap meja, sebuah dipan bambu yang dilambari dengan tikar, serta tak lupa sebuah kendi yang ditaruh di atas meja seolah menyambut tamu yang datang. Tanpa pikir panjang, saya pun memesan satu porsi nasi pecel lengkap dengan lauk pauk yang tersedia, serta tak lupa segelas es teh manis sebagai pelepas dahaga.

asisten mbah Warno
Sambil meracik pesanan saya, Mbah Warno dan asistennya dengan ramah mengajak saya mengobrol seraya mencairkan suasana. Beliau-beliau ini memang sangat ramah, sesekali gurauan pun keluar dari keduanya, membuat suasana warung ini terlihat akrab. Tak lama kemudian satu piring nasi pecel lengkap dengan lauk-pauk seperti tahu tempe bacem, belut goreng, serta mangut lele yang tersaji di piring yang berbeda pun siap terhidang di meja.


Menu pertama yang saya cicipi adalah pecel racikan Mbah Warno yang cukup ramai diperbincangkan di jagat perkulineran Jogja, khususnya di dunia maya. Bumbu kacang pada sambel pecelnya memang nikmat, berpadu dengan rebusan sayuran seperti bayam, kacang panjang, dan kecambah membuat racikan pecel buatan Mbah Warno ini memang memikat. Jika sedang musim, biasanya pecel Mbah Warno ini ditambah dengan rebusan kembang turi. Racikan sambel pecel Mbah Warno ini memang memiliki ciri khas, baik dari tekstur maupun rasa. Tekstur kacang pada sambel pecel ini masih terasa, berpadu dengan sedikit rasa pedas yang semakin membangkitkan selera. Memang, dari segi racikan bahannya, pecel Mbah Warno ini terlihat sangat sederhana. Walaupun nampak sederhana, namun sama sekali tidak mengurangi kenikmatannya.

sajian pecel, belut goreng, dan gorengan
Dari sekian lauk-pauk yang dihidangkan, belut goreng dan mangut lele lah yang menggoda saya untuk mencicipinya. Belut yang bagi sebagian orang merupakan hewan yang menggelikan disulap oleh Mbah Warno menjadi sebuah hidangan yang menggugah selera. Jika dilihat sekilas, cara memasak belut ala Mbah Warno ini digepuk (dipukul) hingga berbentuk sedikit pipih, diberikan bumbu-bumbu, kemudian digoreng garing dengan balutan tepung. Entah bumbu apa saja yang dimasukkan, tapi rasa bawang dan ketumbar cukup terasa mendominasi rasa si belut. Belut goreng Mbah Warno memiliki tekstur yang renyah dan ndaging serta bumbu yang terasa gurih, walau ada beberapa yang terasa sedikit alot saking besarnya. Hidangan belut goreng Mbah Warno ini menjadi salah satu hidang favorit bagi saya.


Puas menikmati sajian nasi pecel lengkap dengan lauk belut goreng, mata saya pun tertuju pada sajian mangut lele yang dihidangkan di atas piring. Dua ekor lele yang disiram dengan kuah berwarna cokelat kekuningan pun siap disantap. Hidangan lele ini ditusuk dengan sebatang bambu, kemudian digoreng, lalu disiram dengan kuah. Di dalam kuah tersebut terdapat campuran irisan tempe yang mengingatkan saya pada salah satu sayur ndeso yang biasa saya cicipi di kampung halaman. Rasa lelenya gurih, namun kuahnya condong ke rasa asin. Well, maaf sih, saya kurang menyukai rasa asin, jadi bagi saya mangut lele di warung ini masih kurang nendang di lidah.

Soal harga, sajian makanan di warung Mbah Warno ini cukup terjangkau. Untuk nasi pecel dijual Rp 3.000,00 per-porsi, satu piring belut goreng berisi lima potong belut dijual dengan harga Rp 10.000,00 pun demikian dengan sepiring mangut lele yang terdiri dari dua ekor lele dibandrol dengan harga Rp 10.000,00. Ups, tenang, saya tidak menghabiskan semua menu yang dihidangkan kok, saya cuma makan nasi pecel dengan sepotong tahu bacem dan dua potong belut goreng serta satu ekor mangut lele plus es teh manis hanya dibandrol dengan harga Rp 15.000,00 saja. Cukup terjangkau menurut saya, sebanding dengan rasa dan suasana warungnya.

sosok Mbah Warno, sang pemilik warung
Selain rasa, ada cerita menarik di balik pemberian embel-embel sebutan nama bagi Mbah Warno. Mbah Warno "Kutang", demikian si empu warung makan ini disebut. Kutang merupakan sebutan untuk bra atau beha dalam bahasa Jawa. Ya, hal ini memang tidak bisa dilepaskan dari kebiasaan Mbah Warno yang gemar mengenakan pakaian yang biasa disebut kaus kutang, semacam pakaian dalaman sebelum mengenakan kebaya bagi wanita-wanita Jawa di jaman dahulu. Bahkan, karena kebiasaan Mbah Warno inilah membuat sebuah portal pariwisata Jogja membuat branding artikel "pecel baywatch" untuk warung Mbah Warno "Kutang" ini.

Walau mungkin banyak penjual pecel yang dapat kita temui di mana saja, namun pecel di warung Mbah Warno ini memang memiliki "sesuatu" yang membuat orang rela berburu hingga ke pelosok untuk dapat menikmati pecel racikan beliau. Suasana warung ala ndeso, keramahan si Mbah Warno dan asistennya, serta rasa pecel yang memikat, membuat warung pecel milik Mbah Warno "Kutang" ini memang memiliki keistimewaan tersendiri bagi siapa pun yang pernah mampir mencicipi racikan pecelnya.

keterangan :
Walau terkesan mblusuk, namun warung Mbah Warno "Kutang" ini cukup mudah ditemukan. Dari arah Jogja langsung saja menuju Jalan Bantul, tepatnya menuju daerah Kasongan yang terkenal dengan kerajinan gerabahnya. Dari gerbang Kasongan, masuk lurus saja sampai menyeberangi jembatan, lurus lagi hingga menemukan pertigaan yang ada bangunan tugu di tengahnya. Dari pertigaan tersebut belok ke kanan, lurus hingga mentok menemukan pertigaan, lalu belok ke kiri hingga menemukan masjid di kiri jalan. Dari masjid lurus sedikit hingga menemukan pertigaan, lalu belok ke kanan lurus ikuti jalan. Warung Mbah Warno ini terletak tidak jauh setelah gapura Sembungan, tepatnya berada di sebelah kiri jalan. Bila masih bingung, monggo bertanya saja kepada penduduk setempat :)

Minggu, 05 Mei 2013

PANTAI KASIH : PANTAI CANTIK DAN TERSEMBUNYI YANG KIAN TAK TERAWAT

Bicara tentang Sabang adalah bicara tentang laut yang sudah otomatis akan banyak pantainya. Salah satu pantai yang layak Anda kunjungi. Lokasi Pantai Kasih ini sangat mudah dijangkau karena masih berada di seputaran kota. Bila Anda berkunjung ke Sabang dan menginap diseputaran Kota Atas (salah satu Gampong di Kota Sabang), lokasi pantai ini dapat Anda jangkau dengan berjalan kaki. Disepanjang pesisir pantai ini terdapat beberapa pantai yang berdekatan seperti Pantai Tapak Gajah, Pantai Paradiso, dan Sabang Fair

Saat ini, Pantai Kasih makin hari makin terlihat sepi dari pengunjung, hal ini bisa dikarenakan fasilitas yang kurang lengkap dibanding pantai lain serta gencarnya promosi pantai-pantai lain yang ada di Kota Sabang. Tidak banyak yang dapat saya ceritakan karena niatan hari ini mau mandi disini terpaksa saya urungkan karena anak-anak tidak mau mandi. Jadi saya hanya dapat membagi beberapa foto berikut. Mudah-mudahan foto ini dapat menggugah selera Anda untuk mengunjungi Pantai Kasih ini.

 

TAMAN WISATA KULINER : PENGOYANG LIDAH PENCINTA KULINER SABANG

Hmm, bicara soal makan memang tidak ada habisnya. Berburu makanan favorit dan tempat kuliner baru seakan menjadi pelengkap bagi pencinta kuliner. Kota Sabang sebagai satu-satunya pulau wisata di Ujung Barat Indonesia (soalnya memang cuma disini ujung nya he he he) juga tidak luput dari incaran pencinta kuliner. Beragam kuliner khas diburu oleh wisatawan baik wisatawan domestik maupun manca negara.

Kali ini Blog Sabang Island tidak membahas menu kulinernya, namun saya ingin berbagi info tempat kuliner baru yang dibangun oleh Pemerintah Kota Sabang guna mendukung pariwisata. salah satu tempat adalah Taman Wisata Kuliner. di taman ini selain Anda dapat memesan kuliner yang Anda inginkan, Anda juga dapat menikmati pemandangan teluk sabang dengan pulau klah yang terpampang didepan mata.

Bila Anda ingin menikmati santapan kuliner. Anda harus datang diatas jam 5 sore karena makanan baru mulai dijual pada saat ini sampai tengah malam. Namun bila Anda ingin sekedar berfoto ria, silahkan datang lebih awal atau pagi hari dengan cuaca yang cerah. Untuk sekedar foto-foto Anda tidak dibebankan biaya alias GRATIS.

Berikut beberapa penampakan foto Taman Wisata Kuliner yang saya foto pada saat siang hari.