Kamis, 28 Maret 2013

Hargo Dumilah - Perjalanan Menuju 3265 MDPL yang Penuh Hikmah (Part III)

Tanjakan demi tanjakan sepanjang jalan setapak pun kami lalui disertai dengan hujan gerimis dan jatuhnya senja yang setia menemani. Udara dingin yang menyelimuti seolah tidak terlalu kami hiraukan sama sekali. Hingga pada akhirnya senja pun berganti dengan gelapnya malam yang kini menemani. Kami putuskan untuk mendirikan tenda di pos kedua. Sembari mengistirahatkan badan untuk kemudian melanjutkan perjalanan pada keesokan harinya. Hangatnya mie rebus, kopi hitam, dan beberapa cemilan seolah semakin melengkapi obrolan hangat dalam pendakian gunung kali ini. Hari pun semakin larut, kami pun mulai terlelap tidur di dalam tenda yang beralaskan sleeping bag yang kami bawa.


Kamis, 31 Januari 2013
Suara gemuruh dan bau belerang yang sedikit menyengat yang berasal dari aktivitas sumur vulkanik pegunungan pun membangunkan saya dari tidur singkat semalam. Udara pegunungan yang segar, suasana hening diselingi dengan kicuan burung liar seolah menyambut pagi saya ketika keluar dari dalam tenda. Sesekali terlihat buurung-burung liar yang berlarian melompat-lompat di atas rerumputan seolah-olah mengajak untuk berkenalan. Selesai mengisi perut dan merapikan tenda, kami pun kembali melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan setapak untuk mencapai puncak.

Perjalanan menuju pos puncak kali ini memakan waktu seharian, dari pagi hingga sore menjelang. Maklum, sebagian dari kami merupakan pendaki pemula, dan waktu pendakian bukanlah target utama. Jalan yang semula cukup datar kemudian berganti dengan jalan setapak yang cukup terjal. Beberapa kali saya harus berhenti untuk mengatur nafas sebelum menaiki jalanan terjal tersebut. Di dalam setiap tempat peristirahatan, saya melihat pemandangan alam yang cantik dengan latar perbukitan yang menjulang. Awan-awan putih yang berjalan perlahan seolah berada di bawah kaki kita. Sayang, saya tak sempat mengabadikan karena terlalu sibuk mengatur nafas yang sedikit tersengal. Langkah demi langkah pun kami lalui hingga pada akhirnya tiba di pos ketiga. Di pos ini pun kami bertemu dengan rombongan pendaki dan tak lupa kami pun bertegur sapa, serasa seperti keluarga.

Selepas pos ketiga kami menemukan sebuah mata air yang sangat jernih. Kami pun berhenti untuk mengambil air yang sudah mulai habis untuk perbekalan selama perjalanan nanti. Jujur, perjalanan menuju pos keempat merupakan perjalanan yang paling berat menurut saya, apalagi jika sudah melalui daerah Pasar Setan, tempat yang konon ketika malam sering terdengar suara kegaduhan. Lokasi Pasar Setan ini berupa jalan setapak kecil yang penuh dengan bebatuan dengan tanjakan-tanjakan yang cukup curam serta diapit oleh jurang di salah satu sisinya. Cuaca di kawasan ini juga cukup labil, kadang cerah, namun tiba-tiba kabut tebal turun seketika. Untuk menghemat waktu beberapa teman saya memilih melewati jalur short cut dengan kemiringan yang cukup curam. Hal ini semakin menguras tenaga kami dalam perjalanan pendakian ini.



Rasa lelah dengan medan yang curam seolah hilang setelah kami melihat sebuah gubug sederhana, gubug yang dijadikan sebagai pos peristirahatan yang diberi nama pos keempat. Di sini kami merasa kegirangan karena menemukan sebuah padang rumput dengan tanah yang cukup lapang. Di bagian ini juga terdapat monumen peringatan pendaki yang menjadi korban dan meregang nyawa di Gunung Lawu ini. Satu hal yang saya petik dari tugu monumen tersebut, kita harus selalu waspada dan berhati-hati selama melakukan pendakian. Dari pos empat perjalanan pun kami lanjutkan menuju Hargo Dalem, sebuah warung makan sederhana sekaligus sebagai tempat peristirahatan para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi Gunung Lawu ini.


Tak terasa senja pun hampir tiba ketika kami tiba di Hargo Dalem. Sebuah gubug sederhana seolah menyambut kedatangan kami yang ingin segera merebahkan kaki. Ah, akhirnya kami juga di warung makan sederhana miliki Mbok Yem ini. Kami pun segera masuk ke dalam warung untuk meletakkan barang sambil memesan nasi pecel untuk memberi jatah makan perut kami yang semenjak tadi sudah tidak dapat diajak kompromi.

Jumat, 22 Maret 2013

Mengexplore Desa Penen, Peria ria, dan Desa Cinta Rakyat

Telapak Sumut
Salam Petualang... 

Telapak Sumut kembali lagi melakukan perjalanan menjelajah alam yang ada di Sumatera Utara. Adapun  Trip jelajah pada Minggu, 24 Maret 2013 adalah sebagai berikut :

Lokasi              : Desa Penen, Peria Ria, dan Desa Cinta Rakyat
Waktu              : Jam 07.00 Wib (ontime)
Dana                : 10.000 /orang.
Tujuan              : Mencari Tau tentang Situs Alam, Budaya, dan Sejarah di ketiga Desa tersebut
Contact Person : Abay (083197992764)
Titik Kumpul     : Rumah Abay (Jl. Deli Tua Komp. Ardagusema no.57)

Peralatan/Perlengkapan :
  • Pakaian Ganti
  • Headlamp/Senter
  • Ponco/Mantel
  • Obat-Obatan
  • dsb

Tunggu apa lagi, Segera bergabung yang pasti gak bakalan nyesel bagi rekan-rekan yang ikut serta didalamnya.

Come join us....

dan Nantikan kisah perjalanannya DISINI

Lestari !!!

Jumat, 15 Maret 2013

Heritage Cafe - Hidangan Mewah dengan Harga Relatif Murah

Variasi menu dengan bahan dasar tempe, saya selalu teringat dengan Heritage Cafe !


Perjalanan menjelajahi kuliner unik saya kali ini kembali ingin mereview beberapa menu yang ada di Heritage Cafe. Dalam tulisan saya sebelumnya, saya mereview beberapa menu yang tergolong sebagai cemilan, bukan main course dari cafe ini. Heritage Cafe merupakan sebuah cafe mungil yang berada di Jalan Surokarsan 24, tepatnya di sebelah selatan Lembaga Permasyarakatan Wirogunan. Menempati sebuah rumah yang mungil dengan gaya bangunan tempo dulu, membuat Heritage Cafe ini memiliki atmosfer jadul yang elegan. Cafe ini memang tidak terlalu besar, meja dan kursi tamu ditata di bagian teras depan sehingga memberikan nuansa semi outdoor  yang menyenangkan. Jika Anda ingin suasana yang lebih privat, Anda dapat memilih ruangan yang berada di bagian dalam bangunan. 


Berawal dari bahan dasar tempe dapat dibuat berbagai macam hidangan mewah dengan harga yang relatif murah. Dari sekian main course yang terpasang di daftar menu, pilihan saya tertuju pada menu tempe cordon bleu dan juga steak tempe. Unik memang, karena kedua menu ini lazimnya menggunakan ayam sebagai bahan utama dalam masakan. Dibutuhkan sedikit kesabaran untuk menunggu pesanan menu ini datang tersaji di atas meja makan. Menu pertama yang saya cicipi adalah tempe cordon bleu yang tersaji manis di atas piring bulat berwarna putih. Menu tempe cordon bleu ini terdiri dari tempe yang digoreng dengan tepung panir, disiram dengan saus khusus, dipadukan dengan mashed potatoes, brokoli dan wortel yang di-steam. Rasa dari si tempe ini cukup gurih, terasa renyah dengan balutan tepung panir. Mashed potatoes-nya juga cukup terasa gurih dan sedikit creamy dari campuran susu. Brokoli dan wortelnya dimasak dengan medium well-cooked sehingga tekstur dari sayur segar masih terasa "renyah" saat berada di dalam lidah. Rasa gurih dari siraman saus (yang kemungkinan berasal dari mashed potatoes) yang diencerkan, akan lebih imbang jika dicampur dengan saus sambal. Rasa gurih bercampur pedas menjadikan menu tempe cordon bleu ini memiliki rasa yang pas. Seporsi tempe cordon bleu ini dihargai Rp 12.000,00 saja, cukup terjangkau bukan?


Menu selanjutnya yang saya pesan adalah steak tempe. Ya, menu ini adalah menu yang menjadi andalan dari Heritage Cafe. And in my opinion this is the best menu which presented by this cafe ! Steak tempe  terdiri dari campuran tempe yang disajikan dengan french fries, serta brokoli dan wortel yang di-steam. Menu ini terasa istimewa karena campuran steak sauce yang disiramkan di atas tempe memiliki rasa yang sangat juara. Campuran french fries cukup banyak dengan tekstur yang cukup renyah dan rasa yang gurih. Steak sauce-nya memiliki campuran rasa manis dan juga rasa spicy dari merica. Sayur yang di-steam memang sengaja tidak dimasak terlalu matang sehingga masih memiliki tekstur yang renyah seperti sayuran yang masih segar. Tempe yang disajikan memiliki tektur yang sedikit keras namun cukup renyah saat dikunyah. Satu porsi steak tempe ini dihargai Rp 11.500,00 saja. Yak, berawal dari bahan yang murah dapat disulap menjadi hidangan mewah.  



Untuk minuman, saya memilih untuk memesan ice rosela tea double. Minuman ini disajikan di dalam teko kecil berbentuk bulat yang unik. Tak ada rasa yang istimewa memang, namun memiliki sisi unik di dalam penyajian.  Ice rosela tea double ini dihargai Rp 5.500,00 saja, porsi yang cukup besar memang pas bagi saya yang gampang merasa haus. Heritage Cafe memang boleh dikatakan sebagai salah satu cafe yang menyediakan menu-menu makanan yang cocok bagi Anda yang termasuk kaum vegetarian. Beragam menu kreasi dari bahan dasar tempe dapat Anda temui di sini. Cafe yang memiliki nuansa lighting yang sedikit remang-remang ini memang cocok dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul sambil menikmati hidangan. Ada pula fasilitas free-wifi yang sangat membantu Anda untuk mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan sambil berinternet ria. Cafe yang buka mulai pukul 16.00 sampai dengan 23.00 ini cocok dijadikan sebagai salah satu alternatif tempat untuk bersantap malam sambil melepas penat dari rutinitas harian Anda.

Kamis, 14 Maret 2013

Hargo Dumilah - Perjalanan Menuju 3265 MDPL yang Penuh Hikmah (Part II)

Goncangan dari kendaraan yang melaju cukup kencang tiba-tiba saja membangunkan saya dari tidur singkat siang itu. Jalanan yang semula datar kini mulai naik-turun dengan kelokan-kelokan yang cukup tajam di beberapa sudut jalan. Sejuknya hawa lereng pegunungan kini sudah mulai terasa. Pemandangan sawah-sawah dengan kontur terasiring mulai terlihat di kanan-kiri jalan. Ah, akhirnya sudah memasuki kawasan lereng Gunung Lawu juga. Siang itu mata saya cukup tercengang dengan pemandangan anak sekolah yang naik angkot berdiri di bagian belakang. Badan mereka memeluk bagian kaca belakang mobil bak spyderman  yang merangkak di sebuah gedung yang tinggi. Miris juga melihat keadaan mereka yang harus berjuang sedemikian rupa untuk dapat pulang-pergi ke sekolah. Minimnya akses kendaraan umum memaksa mereka harus berjuang sedemikian rupa untuk dapat terangkut oleh angkot, entahlah, apakah mereka tidak terlalu memperdulikan nyawa mereka, yang penting segera sampai di rumah tercinta barangkali.

Pandangan mata saya kemudian disibukkan dengan pemandangan perbukitan yang cantik di sepanjang jalan. Tak berapa lama kemudian bus yang saya tumpangi pun memasuki terminal Tawangmangu. Terminal ini berada tepat di depan pasar Tawangmangu. Walaupun masih berupa pasar tradisional, namun pasar ini sudah mengalami revitalisasi sehingga nyaman untuk dikunjungi. Pasar ini terkenal dengan dagangan hasil bumi yang beraneka ragam dan juga masih sangat segar. Anda dapat berburu barang-barang hasil pertanian seperti sayur mayur, buah-buahan, aneka macam olahan keripik sebagai buah tangan. Saya jadi ingat, dulu setiap kali ke Tawangmangu bersama keluarga, oleh-oleh yang tak boleh terlewat ketika menyambangi pasar ini adalah pisang, jeruk Tawangmangu yang memiliki rasa kecut segar, ketela ungu, dan juga keripik ketela. Selain hasil bumi, pasar ini juga menyediakan kuliner dengan harga yang murah meriah, serta tempat yang cukup bersih.


Walau siang itu perut kami sudah kelabakan minta jatah, namun kami memilih untuk segera meneruskan perjalanan agar tidak terlalu sore tiba di pos awal pendakian. Turun dari bus, kami sudah ditawari oleh bapak-bapak sopir angkot yang mangkal di dekat pasar. Angkot di daerah Tawangmangu berupa Mitsubishi Colt karena memiliki bodi yang lumayan besar dan kekuatan mesin yang tahan untuk medan naik turun. Ah, Tawangmangu sekarang hawanya tidak sedingin dulu. Tujuan kami selanjutnya adalah pos pendakian di   Cemoro Kandang untuk titik awal pendakian. Siang itu lalu lintas cukup lengang, begitu pula dengan penumpang di angkot. Sepanjang jalan mata akan dimanjakan dengan pemandangan vila-vila yang bertebaran. Satu hal yang saya ingat selalu mengenai bangunan rumah di daerah Tawangmangu ini adalah atap rumah yang dibangun cukup pendek, hal ini berguna agar ruangan menjadi lebih hangat.

Tiga puluh menit perjalanan dengan menggunakan angkot pun berlalu, tibalah kami di pos awal pendakian di Cemoro Lawang. Jalur ini sengaja dipilih oleh teman saya karena jalur ini memiliki pemandangan yang cukup cantik selama pendakian nanti. Selesai berbenah, barang-barang kami titipkan di pos awal pendakian, saatnya untuk mengisi perut yang sedari tadi sudah meminta jatah. Warung makan yang berjajar di pinggir jalan pun kami jadikan pilihan untuk mengisi perut yang sudah kelaparan. Banyak pilihan menu yang disediakan di warung-warung yang berjajar ini. Menu andalan di sini tentu saja adalah sate kelinci. Namun, saya dan teman-teman memilih menu yang lebih sederhana untuk mengisi perut. Pecel dan rawon pun menjadi menu pilihan kami siang itu. Satu tips untuk makan di warung yang berjajar di sepanjang jalan ini, lebih baik tanyakan dulu harga dari menu yang Anda pesan karena rata-rata warung di sini tidak mencantumkan harga makanan. Namun tenang, harga makanan di warung-warung ini masih cukup bersahabat dengan kantong. Nasi pecel misalnya, dijual dengan harga Rp 5.000,00 saja per-porsinya. Masakannya pun cukup enak, ditambah dengan pemandangan perbukitan di belakang warung siap menemani santap siang di warung-warung kaki lima ini.

Melihat Keindahan Danau Toba di Puncak Gunung Sipiso-Piso

Melihat Keindahan Danau Toba di Puncak Gunung Sipiso-Piso
Gunung Sipiso-Piso  Merupakan lanjutan perjalanan kami selanjutnya setelah semalam kami telah berhasil mendaki Gunung Sinabung. Silahkan Lihat perjalanan tim Telapak Sumut ke Gunung Sinabung DISINI. Gunung Sipiso-Piso berlokasi di Jalan Merek-Saribudolok, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunung ini mempunyai keunikan sendiri di bandingkan gunung lainnya. Pepohonan yang hanya tumbuh di bagian puncaknya saja. Hari ke dua, Senja pun telah berlalu, tidak terasa hari pun sudah menjadi gelap. Kendaraan kami masih melaju melewati sudut demi sudut kemacetan yang panjang . sekitar jam 21.00 wib sampailah kami di pintu gerbang masuk Air Terjun Sipiso-Piso.

Sudah tidak ada lagi penjaga, kami pun langsung saja masuk tanpa ada lapor dari warung-warung yang kami lewati. Tiba-tiba datang dari kejauhan 2 orang pria menjumpai kami, kenapa tidak ada laporan? Abay menjawab pertanyaan bapak itu, tadi kami lihat itu tempat bapak sudah tutup. Setelah itu kami pun membayar uang retribusi kepada bapak itu.
Kendaraan kalian letakkan saja di rumah saya, ungkap nya. Dan kami pun mengikutinya berjalan dan menitipkan kendaraan kami disana. Radit langsung mengangkat jerigen besar yang berisi air dari rumah bapak itu, kali ini kita gak akan kesusahan air lagi. Kami pun mendirikan tenda tepat di ujung, di depan aula yang sudah tidak terawat lagi sepertinya. Tepat di depan kami yang berhadapan langsung dengan Danau Toba.

Hari ketiga, setelah selesai sarapan dan mem-packing kembali barang-barang. Jam 10.57 wib, kami melanjutkan perjalanan kami menuju puncak sipiso-piso, hanya vivi yang tidak ikut karena sudah tidak sanggup lagi katanya. aku nunggu di sini saja, di rumah bapak yang kami titipkan kendaraan kami. akhirnya hanya kami bertujuh saja yang melanjutkan pendakian ke puncak sipiso-piso. Di sepanjang perjalanan dari pintu gerbang sipiso-piso sampai ke puncaknya, kami di suguhkan dengan pemandangan indah Danau Toba.

Ternyata, Pulau Samosir terlihat dari atas sini. Ini membuat stamina kami semakin bertambah dan semakin cepat laju kami untuk mencapai puncak. Tepat jam 12.42 sampailah kami di puncak sipiso-piso, ada sebuah tempat peristirahatan di atas puncak sipiso-piso yang di buat menyerupai sebuah pondok. 

Pulau Samosir yang tadinya kelihatan kini telah memudar di tutupi kabut tebal. Di atas puncak sipiso-piso terdapat juga sebuah toilet yang sudah tidak terawat lagi. Hanya sekitar setengah jam saja kami di atas puncak Sipiso-Piso.
  
Setelah mengambil beberapa photo kami pun kembali berjalan menuruni puncak. Karena seorang teman yang sudah lama menunggu kami di bawah. Sampai di bawah kami pun memesan teh manis panas dan gorengan di tempat bapak itu, yang kebetulan selain rumah tempat tinggal tempat itu juga di jadikan sebuah warung yang menjual makanan dan minuman.
Mengingat akan perjalanan kami yang masih sangat jauh untuk sampai ke rumah, sekitar jam 15.00 wib kami pun berpamitan dengan ibu yang punya rumah dan melanjutkan perjalan kami menuju menuju deli tua. Rute yang kami ambil adalah jalan dari saribu dolok yang tembus ke gunung meriah dan selanjutnya tebus ke tiga juhar. Tepat jam 20.34 sampailah kami di deli tua dimana tempat basecamp anak Telapak Sumut berada.

Ini lah salah satu kisah perjalanan dan pengalaman Tim Telapak Sumut dalam Menjelajah dan Mengexplore Wisata Alam Sumatera Utara. Nantikan Selalu Perjalanan Kami Selanjutnya......

LESTARI.......!!!! 


Ingin Lihat Foto Lainnya Klik saja DISINI 

by : Pay

Rabu, 13 Maret 2013

Menutup Akhir Tahun 2012 di Gunung Sinabung

Gunung SinabungGunung sinabung terletak di daerah dataran tinggi karo, kabupaten karo, sumatera utara. Dengan ketinggian 2.451 mdpl. Gunung ini merupakan gunung  tertinggi kedua setelah Gunung Sibuaten dengan ketinggian 2.457 mdpl. Disisi pintu gerbang pendakian terdapat sebuah Danau Lau Kawar yang biasa digunakan sebagai area camping dan sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya para pendaki setelah lelah dalam pendakian ke  Gunung Sinabung.
Pada tanggal 23-25 desember 2012 bertepatan dengan hari libur, kami dari komunitas Telapak Sumut berniat mendaki Gunung Sinabung dan Gunung Sipiso-Piso

Hari pertama,  Titik kumpul kali ini di rumah saya sendiri, di sekitar daerah deli tua. jam 09.00 wib kami pun berangkat menuju menuju Danau Lau Kawar. Saya, radit, heri dan vivi, sehari sebelumnya sudah ada teman kami yang berangkat dan menunggu kami disana. Abay, edo, andika, dan susi yang sudah mendirikan tenda di sebuah lapangan rumput tepat di depan danau lau kawar yang biasa dijadikan tempat buat mendirikan tenda buat para pendaki.
Tiga jam berkendara, kami pun sampai di danau lau kawar dan menjumpai mereka di tendanya. Cuaca semakin panas dan tanpa berlama-lama kami pun kembali menyiapkan packingan tas, karena sebagian yang tidak di perlukan akan kami tinggal di bawah. Setelah semua barang siap di packing, kami  pun melanjutkan  kembali berkendara sedikit menanjak ke atas. Sampailah kami di salah satu rumah warga, dan akhirnya kami pun menitipkan kendaraan kami dan sebagian tas di rumahnya.Tepat jam 14.01 wib, setelah selesai berdoa bersama dan mengambil photo bersama kami pun bergegas buat mendaki gunung sinabung. Dengan mengikuti semua petunjuk jalan.

Gunung Sinabung mempunyai  4 shelter (5 km) dengan jarak tempuh sekitar 4 jam buat mencapai puncaknya. Di shelter 1 dan 2 jalan masih normal dengan sesekali menanjak. Setelah itu baru lah kita menemukan jalan dengan kemiringan 80 sampai 90 derajat, dan terkadang di butuhkan keahlian untuk  memanjat. Isi semua tempat botol-botol minum, ungkapku setelah sampai didaerah pohon pandan raksasa (sekitar 15 menit dari shelter 3). Karena disinilah sumber mata air terakhir yang dapat di jumpai sebelum tiba di puncak. Tiga jam mendaki sampailah kami di jalur batu cadas dengan berbagai pohonan perdu di sekelilingnya, berarti sudah semakin dekat kami dari puncak.

Memang sebuah anugerah dan keberuntungan kami  karena cuaca yang cerah, danau lau kawar terlihat dari sini. Tanpa berlama-lama aku pun langsung mengambil kamera dari tas dan mengabadikannya di kamera. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 17.34 wib,

Kami pun melanjutkan perjalanan kami karena hari sudah mulai gelap. Jam 18.06 sampailah kami di puncak, ku lihat temanku si susi langsung bersujud dan mencium tanah, karena selama ini puncak sinabung adalah salah satu yang di impikan nya. Hari semakin larut dan udara menjadi semakin dingin. Tanpa berlama-lama heri pun mengeluarkan tenda dari dalam tasnya. Tali plastiknya mana ungkap radit, Ternyata tali plastik kami tertinggal di bawah. Abay dan andika segera mendatangi  tenda tetangga kami yang dekat pintu puncak untuk meminjam tali. Barulah kami dirikan tenda, karena tenda yang satu lagi kami tinggal di bawah kami pun menggabungkan semua ponco/mantel kami untuk memperbesar ukuran tenda.

Hanya satu malam ini saja kami menghabiskan waktu di puncak sinabung. sangat di sayangkan, kali ini kami kurang beruntung karena sunrise yang kami nanti-nantikan tidak muncul akibat tebalnya kabut yang menyelimuti puncak gunung sinabung.

Hanya tinggal satu liter air yang yang tersisa, kami gunakan untuk membuat teh di pagi ini. Setelah selesai mengambil beberapa photo, tepat jam 10.15 wib kami pun turun dari puncak. Hanya butuh sekitar 2 jam untuk sampai ke bawah,tapi kali ini kami turun sekitar 3,5 jam. itu pun karena menunggu teman kami vivi yang terlalu lama berjalan, maklum lah ini adalah perdana buatnya mendaki gunung.
Setelah sampai dibawah, kami pun bergantian mandi di sebuah toilet umum. Heri dan susi kali ini bertugas memasak di rumah seorang warga tempat kami menitipkan kendaraan semalam. memang beda dengan warga yang hidup di kota, kami di terima dengan ramah oleh keluarga ibu ini yang suku karo. Pakai saja kompor ibu supaya cepat masaknya, ungkap ibu itulah. setelah semuanya masak, kami hidangkan masakan di sebuah cakruk tepat di depan rumahnya yang menghadap dengan Danau Lau Kawar.

Tujuan kami bukan hanya sampai disini saja, setelah siap makan kami pun kembali membahas kemana tujuan kami selanjutnya. Akhirnya kami pun memutuskan buat mendaki Gunung Sipiso-Piso. Kami pun permisi pamitan kepada ibu itu, suaminya terlihat dari kejauhan dengan membawa sekantong plastik yang berisi jeruk sunkist sipiso-piso dan 2 buah labu. Ini oleh-olehnya nak dengan memberikan kantongan plastik tadi kepada kami. Tepat jam 15.00 wib kami pun pergi meninggalkan desa itu menuju Kecamatan Merek dimana Gunung Sipiso-Piso terletak.


Pingin Tahu Perjalanan Telapak Sumut Selanjutnya di Gunung Sipiso-Piso, Silahkan Baca Selengkapnya DISINI

Ingin Lihat Foto lainnya Klik DISINI

Lestari.....!!!!!

By : Pay

Hargo Dumilah - Perjalanan Menuju 3265 MDPL yang Penuh Hikmah (Part I)

Tak ada bayangan di benak sebelumnya jika pada akhirnya kaki ini pernah menyusuri jalan-jalan setapak yang terkadang datar, namun tak jarang pula memiliki kontur yang terjal. Berjalan kaki dengan beban yang dipanggul di pundak, melawan tipisnya udara yang ada, namun setiap perjalanan selalu memiliki beragam makna.

Entah ada angin apa tiba-tiba saja saya meng-iya-kan ajakan teman saya untuk melakukan ekspedisi pendakian ke Gunung Lawu. Jujur saya tidak punya pegalaman sebelumnya untuk melakukan sebuah pendakian. Mungkin hanya sedikit pengalaman mendaki Gunung Api Purba NglanggeranGunung Bromo, dan terakhir adalah Bukit Sikunir ketika saya sedang melakukan KKN di kawasan Dieng. Lokasi-lokasi tersebut boleh dikatakan trek pendakian gunung "bukan sebenarnya", karena medan yang ditempuh masih tergolong mudah. Perburuan sunrise di Bukit Sikunir inilah yang seolah menimbulkan rasa "ketagihan" untuk kembali menikmati suasana pagi dari atas pegunungan. Tanpa ada sebuah persiapan fisik sebelumnya, hanya membawa bekal seadanya, mengandalkan pengalaman dari dua orang yang pernah melakukan pendakian sebelumnya, dengan bermodalkan nekat dan tekat, akhirnya enam anak manusia berkelana memulai perjalanan untuk melakukan pendakian menuju puncak Gunung Lawu.

Apa saja yang saya bawa? Saya tak punya tas carrier, cari pinjaman pun tak sempat, akhirnya saya "hanya" membawa daypack berukuran 20 liter yang setia menemani saya ketika sedang berkelana. Hanya membawa sleeping bag, mie instan 2 bungkus, air minum 2 botol besar, beberapa bungkus cemilan, pakaian 3 potong, satu buah celana pendek, rain cover, jas hujan, uang seperlunya dan juga kamera. Sial, sleeping bag yang saya punya ternyata terlalu memakan tempat dan memiliki bobot yang lumayan berat, ditambah bantalan pada pundak tas daypack yang cukup tipis sehingga cukup membuat pundak terasa sakit jika mengangkat beban yang cukup berat di dalam tas. Untung saja rasa sakit ini bisa diakali dengan menggunakan jaket, sehingga bagian pundak tidak terlalu terasa sakit.


Rabu, 30 Januari 2013
Sesuai kesepakatan dua hari sebelumnya, kami memutuskan Stasiun Lempuyangan sebagai meeting point pemberangkatan. Kami sepakat pukul 9 pagi seluruh anggota berkumpul untuk melanjutkan perjalanan menuju Kota Solo menggunakan jasa kereta Prameks, kereta komuter kebanggaan warga Jogja maupun Solo untuk melakukan mobilitas dari dan menuju kedua kota tersebut. Sekitar pukul 09.10 terlihat beberapa orang menggendong tas carrier dengan ukuran hampir setinggi anak usia balita. "Ah, akhirnya mereka datang juga !", tapi entah apa yang mereka bawa, sepertinya barang bawaan saja terlalu simpel jika dibandingkan mereka. Pukul 09.36 pun kereta datang. Sial, pagi itu si kuning sudah cukup sesak dengan penumpang, namun saya beruntung masih mendapatkan tempat duduk di antara deretan panjang kursi yang terpasang. Estimasi waktu keberangkatan satu jam seperti jadwal yang terpajang pada tiket harus molor gara-gara si Prameks "ngambek", berhenti di tengah-tengah perjalanan beberapa kali. Ah, mungkin saja rangkaian besi bermesin ini seharusnya sudah memasuki masa perawatan barangkali.

Hampir pukul 11 siang akhirnya kami tiba di Stasiun Balapan, stasiun terbesar di Kota Solo yang melegenda karena pernah dijadikan sebagai judul sebuah tembang. Tujuan berikutnya adalah Terminal Tirtonadi, untuk mencari bus dengan tujuan daerah Tawangmangu. Kami berenam berjalan kaki menyusuri perkampungan yang terletak di antara stasiun dan terminal. Terik matahari yang menyengat seolah tak kami hiraukan, hanya candaan di sepanjang perjalanan seolah melupakan beban yang kami bawa. Tak selang berapa lama kami berjalan akhirnya masuk juga di area terminal. Tanpa ragu sang petugas pun memberitahukan letak bus yang kami tuju. Sebuah bus ekonomi pun siap membawa kami menuju daerah Tawangmangu, sebuah sudut di lereng Gunung Lawu. Sang kernet cukup cekatan menata barang-barang yang kami bawa, sepertinya dia sudah terbiasa menata barang-barang bawaan miliki pendaki yang menumpang bus mereka. Perjalanan Solo-Tawangmangu pun terasa cukup menyengat. Bus ekonomi ini harus beberapa kali "nge-time" berhenti untuk mencari penumpang. 

Solo-Tawangmangu sepuluh ribu, satu jam perjalanan memakan waktu. Seolah saya berada di dalam sebuah mesin waktu, melihat anak-anak sekolah berseragam pulang bersama dalam satu bus yang saya tumpangi. Sepertinya baru saja kemarin saya memakai seragam seperti yang mereka kenakan, namun sekarang tak terasa saya sudah memasuki angkatan tua pada jurusan saya. Dalam sebuah pemberhentian nampak seorang bapak tua yang berjuang menjajakan buku-buku "usangnya". Usang dalam artian entah tahun kapan buku-buku tersebut sudah diterbitkan. Para penjaja asongan beserta musisi jalanan datang silih berganti dan kadang tak saya hiraukan. Ah sepertinya lebih nyaman jika memejamkan mata sejenak sekedar untuk menghemat tenaga.

Trip to Tarunggang Waterfall

Trip to Tarunggang WaterfallAir Terjun Tarunggang berada di Desa Rumah Lengo, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu (STM Hulu), Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dengan ketinggian air terjun sekitar 15 m. Tepat di balik jatuhnya air terjun terdapat sebuah goa kecil. Dan sekitar 20 m di samping kanan air terjun terdapat air terjun kecil serta sebuah jalan dengan memanjat tebing yang dapat mengantarkan kita di atas aliran air terjun.
Tepat di bawah jatuhnya air terjun terbentuk semacam kolam yang lebar dengan bebatuan dan pasir putih di bibir airnya. Tempat ini juga sering digunakan para warga sekitar sebagai tempat memancing. Tidak ada rencana sebelumnya, setelah mengabari teman-teman yang lain akhirnya ada 10 orang yang tertarik ikut pergi. Ini untuk ke 4 kalinya kami mengunjungi air terjun tarunggang.

Perjalanan kami mulai jam 13.30 wib. Karena semuanya pria, laju kendaraan pun sudah seperti di kejar setan. Memasuki daerah Talun Kenas mata kami seakan-akan dimanjakan dengan panorama alam yang mulai berbukit-bukit dan pepohonan rimbun dikiri kanan jalan, yang sudah sangat langka di jumpai di kota-kota.

RUTE : DELI TUA - PATUMBAK - TALUN KENAS – SIGUCI – KUTA JURUNG – RUMAH LENGO (STM HULU)
Dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam.
Di lanjutkan dengan jalan setapak sekitar 20 menit.

Sampai di Desa Rumah Lengo, ada sebuah SMP NEGERI – 1 STM HULU tepat di sebelah kiri jalan. Dari sini sekitar 100 m kedepan sebelum tikungan jalan aspal, disini lah kami berhenti. Tepat di samping kanan jalan ada jalan setapak yang di tanami pohon sawit dan pohon karet. Tiba-tiba hujan pun turun dari langit dan mambasahi kami semua, Dari sini lah kami berkendara menggunakan sepeda motor dengan jalur tanah yang licin serta berlumpur dan sesekali  kendaraan kami pun terjatuh.
SMP NEGERI 1 STM HULU
Setelah 10 menit menelusuri ladang warga sampailah kami di sebuah titik di mana yang mengharuskan kami untuk berjalan. Setelah menuruni akar-akar pohon dan jalan menurun ke bawah, sampailah kami tepat di depan air terjun. Yang lain hanya terdiam karena air terjun tidak seperti biasanya. Karena hujan aliran air terjun menjadi besar dan berwarna coklat.

Tanpa berpikir panjang, Aku langsung menyusuri bebatuan di samping-samping jatuhan air terjun dan sampai ke goa kecil di balik jatuhnya air terjun. Sungguh menguji adrenaline ku, percikan dari jatuhan air terjun membasahi semua badanku. Hanya 4 orang dari kami yang sampai ke goa kecil tersebut. Langsung saja ku ambil kamera dan mengabadikan moment tersebut. Tidak lama kemudian, terdengar jeritan teman-temanku dari sudut sana yang memanggil kami supaya keluar dari goa tersebut. Karena jatuhan air yang semakin lama semakin melebar, dan ranting-ranting pun mulai terbawa air.

Akhirnya kami pun memutuskan untuk keluar dari dalam goa tersebut dan mendatangi mereka. Sambil memandang air terjun yang semakin mengerikan, jalan ke goa pun tertutup dengan jatuhan air. Untung saja kalian sudah keluar, ungkap temanku yang memanggil kami waktu kami berada di dalam goa.

Karena masih penasaran, akhirnya kami pun berjalan dari tempat dimana kami memarkirkan kendaraan kami menuju ke atas air terjun. Hentakan air sangat kuat disini, karena lebar jalan air hanya sekitar 2 meteran saja yang di kiri kanannya adalah bebatuan. Setelah itu kami putuskan untuk kembali pulang, mengingat faktor cuaca yang kurang mendukung. Tepat jam 16.09 wib, kami pun meninggalkan lokasi tersebut. Sungguh Perjalanan dan Pengalaman yang takkan Terlupakan..
By : Pay

Selasa, 12 Maret 2013

Nge-camp Dalam Birthday Tim Telapak Sumut Hery n Khairul


Nge-camp Dalam Birthday Tim Telapak Sumut Hery n Khairul


Salam Petualang...


Dalam menyambut acara ultah rekan kita Heri & Khairul yang kebetulan pada tanggal yg bersamaan, untuk itu akan kita adakan acara nge-camp cantik...
Untuk Susunan acara mungkin nanti kita akan duduk manis aja di lokasi yg udah di tentukan, dari perolehan suara terbanyak untuk pilihan lokasi yaitu di "Bumi Perkemahan Sibolangit"
gak ada acara jelajah atau berpetualang capek2... :) yang penting kebersamaan dugem (duduk gembira)

di harapkan bagi rekan2 berkenan turut serta meramaikan camp cantik untuk perayaan ultah rekan kita tersebut... :D

Tanggal Acara : 16 Maret Pukul 17.00 sampai 17 Maret pukul 15.00
Lokasi             : Bumi Perkemahan Sibolangit

Peace Love Unity and Respect...!!!

Info lebih lanjut lihat DISINI
atau Hubungi : Abay Slenge'an dan Jamel 

Jumat, 08 Maret 2013

Pantai-pantai unik yang dimiliki Indonesia

Pantai adalah sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautan dan daratan. Banyak sekali pantai yang bisa ditemukan di muka bumi ini. Indonesia sendiri memiliki garis pantai terpanjang di dunia dengan panjang 81.000 kilometer atau sekitar 25% dari garis pantai di seluruh dunia. Pantai-pantai di Indonesia sangat indah bahkan beberapa diantaranya merupakan pantai yang unik.

Berikut beberapa pantai-pantai terunik di Indonesia

Pantai Sulamadaha



Pantai Sulamadaha terletak di Ternate Propinsi Maluku Utara. Keunikan Pantai Sulamadaha ini ada pada air lautnya yang jernih bagaikan kaca. Pantai ini memang tidak berpasir putih seperti pantai-pantai di tempat lain, namun kawasan ini memiliki pemandangan yang sangat indah baik di permukaan maupun di bawah air nya.

Pantai Pink



Pantai Pink terletak di Pulau Komodo, provinsi Nusa Tenggara Timur. Keunikan pantai ini bisa dilihat dari warna pasirnya yang berwarna pink. Pasir berwarna pink di pantai ini terbentuk dari pecahan karang berwarna merah. Penduduk setempat menamakannya Pantai Merah, namun pantai ini lebih dikenal wisatawan sebagai Pink Beach.

Pantai Ngurbloat



Pantai Ngurbloat terletak di Desa Ngilngof di bagian barat Pulau Kei Kecil dan berjarak sekitar 20 kilometer dari Tual, ibukota Kabupaten Maluku Tenggara. Keunikan Pantai Ngurbloat adalah pasir pantainya. Selain bentangan pasir pantai yang sangat luas, warna pasir pantai Ngurbloat putih cerah dan memiliki tekstur yang sangat lembut dan halus. Kelembutan pasir yang ada di Pantai Ngurbloat ini hanya dapat ditandingi oleh kelembutan tepung.

Pantai Lehi



Pantai Lehi terletak di Kecamatan Siau Barat, Pulau Siau, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara. Pantai ini memang unik, karena di sepanjang garis pantainya, airnya terasa panas. Uap air laut yang panas menyembul ke udara menandakan derajat panasnya air tersebut. Air laut yang panas di pantai ini disebabkan karena Pantai Lehi tepat berada di kaki Gunung Api Karengetang yang super aktif.

Pantai Moli Sahatu



Pantai Moli Sahatu terletak di Desa Patuno, Kecamatan Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pantai ini punya keunikan berupa mata air tawar, padahal ada di pinggir laut yang asin. Uniknya mata airnya tidak hanya satu, tapi ada ratusan mata air. Pantai Mata Air Seratus itulah nama lain dari Pantai Moli Sahatu ini.

Pantai Tanjung Tinggi 



Pantai Tanjung Tinggi terletak di Kecamatan Sijuk,Belitung. Pantai Tanjung Tinggi merupakan pantai yang berada di sebuah teluk kecil nan cantik sepanjang 100 m.  Keunikan pantai ini yaitu adanya banyak batu-batu granit raksasa. Pantai Tanjung Tinggi memiliki batu-batu raksasa di sepanjang garis pantainya. Ukuran batu-batunya pun beragam dan berkali-kali lipat besarnya dari ukuran tubuh manusia. Pantai ini makin terkenal karena film Laskar Pelangi karena itu kadang disebut sebagai pantai Laskar Pelangi.

Pantai Raja Ampat



Pantai yang terletak di kepulauan Raja Ampat papua barat memiliki pantai-pantai pasir putih yang indah dan panorama gugusan pulau-pulau karang yang mempesona. Keunikan pantai raja Ampat karena di samping pantai yang indah juga dari pantai bisa dilihat pulau-pulau karst yang unik yang terlihat seperti jamur tumbuh keluar dari laut.

Pantai Parangtritis



Pantai Parangtritis terletak di sisi selatan Jogja. Keunikan pantai ini selain memiliki garis pantai yang panjang, pantai ini juga terkenal dengan gunung pasirnya. Pantai ini terdapat deretan gurun pasir yang menjulang tinggi dan luas menyerupai gurun pasir.

Pantai tanjung Api



Pada pantai yang terletak di Tanjung Api, Ampana, Sulawesi Tengah memiliki keunikan karena pasir pantainya bila dikorek akan mengeluarkan api. Cukup dengan menggali pasir, maka api akan menyembur seketika dari bawah pasir. Api ini akan menyala terus sampai kita menutupnya kembali dengan tanah.

Pantai Bayah



Pantai Bayah berada di Kabupaten Lebak - Banten. Pantai Bayah mengandung banyak emas dan kita bisa menemukan pendulang emas liar yang bekerja di bibir pantai.

Kamis, 07 Maret 2013

Soto Djiancuk - Kenikmatan di Balik Kata Umpatan

Mendengar kata "djiancuk" atau biasa diucapkan dengan sebutan "jancuk" mengingatkan kita pada sebuah kata umpatan khas daerah Jawa Timuran yang memiliki makna yang kasar. Namun apa jadinya jika kata "djiancuk" dijadikan sebagai salah satu branding tempat makan? Tentu saja pemberian embel-embel "djiancuk" ini akan menciptakan rasa penasaran bagi siapa saja yang mendengarnya. Ya, di salah satu sudut Kota Yogyakarta terdapat sebuah warung soto yang bernamakan "Soto Djiancuk". 



Warung Soto Djiancuk ini terletak di daerah Sonopakis, sebelah barat Universitas PGRI Yogyakarta.
Terletak di samping Kali Bayem serta berdampingan dengan deretan persawahan, menjadikan warung soto Djiancuk ini memiliki suasana khas pedesaan di daerah pinggiran perkotaan yang cukup kental. Selain memiliki branding yang unik, bangunan serta interior warung soto ini tergolong cukup menarik. Terlihat dari bagian luar, bangunan warung soto ini memiliki kesan asimetris dengan dinding yang sengaja dibiarkan tidak disemen halus sehingga terlihat tekstur tatanan batu batanya. Memasuki ruang utama, kita harus menuruni beberapa anak tangga karena kontur tanah di bagian dalam bangunan lebih rendah daripada bagian depan. Di ruang yang tak seberapa luas ini terlihat sebuah meja bundar yang cukup besar dengan aksesoris gantungan lampu hias sederhana di bagian tengahnya. Sama seperti bagian dinding di luar bangunan, bagian dinding di dalam bangunan pun sengaja tidak diberi semen halus. Bagian dinding-dinding ini diberi hiasan dengan beberapa poster dan juga foto Bung Karno dengan ukuran yang cukup besar. Dilihat dari desain interiornya, saya mengira pemilik warung ini adalah seorang seniman. Beliau dengan lihai memadu-padankan beberapa barang bekas dari mobil yang ditata sedemikian rupa sebagai penghias bangunan. Saya pun memilih tempat duduk di dekat meja bulat sembari mengamati keindahan interior bangunan warung soto ini yang terkesan "berantakan" namun memiliki unsur seni yang dominan.




Tak berapa lama seorang ibu-ibu datang menghampiri saya untuk menanyakan pesanan. Tanpa pikir panjang saya pun memesan satu porsi soto dan satu gelas es teh manis sebagai pelepas dahaga di tengah teriknya sinar matahari yang cukup menyengat. Tak lama kemudian pesanan saya datang, semangkok kecil soto dengan kuah kecokelatan dicampur dengan irisan telur rebus di atasnya siap tersaji di atas meja. Dari aromanya saja soto Djiancuk ini sangat mengundang selera. Aroma rempah sangat terasa dari sajian soto dengan gaya Jawa Timuran ini. Soto Djiancuk ini berasal dari Kota Blitar, seperti asal-muasal dari pemilik warung yang memang asli orang sana. Mencicipi soto memang tak lengkap jika tidak diberi perasan jeruk nipis untuk menambah aroma dan cita rasa. "Wah, djiancuk, jan enak tenan soto iki rek  !" mungkin seperti itulah ungkapan orang-orang yang mencicipi cita rasa dari soto ini. Soto Djiancuk memiliki cita rasa yang gurih dengan balutan bumbu rempah yang cukup kuat. Irisan dagingnya pun cukup lembut, tidak alot, namun tekstur dari daging masih terasa di mulut. Campuran tauge segar serta irisan tomat segar semakin menambah kesegaran dari sajian soto Djiancuk ini. Campuran kentang goreng juga menambah tekstur kriuk pada hidangan soto. 


Satu porsi soto Djiancuk dibandrol dengan harga Rp 9.000,00 saja. Selain menikmati hidangan soto yang memang "djiancuk" cita rasanya, kita pun juga dimanjakan dengan semilir angin dari hamparan sawah serta gemericik air dari aliran Kali Bayem yang berada persis di samping bangunan warung.