Senin, 04 Maret 2013

Parangtritis dalam Balutan Lembayung Senja

Banyak rasa yang terpendam dan tak dapat terungkap dalam rangkaian kata. Dia mencoba berlari mengejar senja hingga ujung samudera. Mungkin hanya dengan senja beradu dengan ganasnya ombak samudera bisa sejenak melupakan segala beban pikiran yang sedang dirasa. Parangtritis, menjadi tempat pelarian untuk kesekian kalinya dengan pemandangan senja menjadi incarannya.


Tak perduli berapa banyak orang yang lalu lalang di sekelilingnya, toh tak seorang pun yang dikenalnya. Hanya sebuah kamera yang ada pada genggaman dan tak perduli bagaimana ia memainkan. Kesendirian membawanya hanyut dalam suasana pesisir pantai yang dia damba. Samar-samar dari kejauhan terlihat sosok nelayan berjalan menyusuri tepian pantai dengan jaring kecil di kedua tangannya. Sesekali gelombang besar menghantam dan seolah tak ada rasa ketakutan terpancar di antara raut wajah mereka. Apa yang mereka cari? Entahlah, mungkin saja undur-undur laut yang akan mereka jadikan keripik renyah kemudian mereka jajakan guna menyambung kehidupan.


Pandangannya pun kini beralih pada hamparan pasir kering yang tak tersentuh oleh ombak. Dia duduk termangu melihat luasnya hamparan laut berpadu dengan semilir angin angin laut yang membuat suasana makin syahdu. Matahari perlahan berjalan menuju peraduan. Namun sayang, apa yang dia nantikan tak kunjung datang. Sang mentari pergi meninggalkan bumi diiringi sekumpulan awan mendung yang berjalan perlahan. "Ah, sepertinya moment golden sunset tidak akan datang", gumamnya dengan sedikit menyiratkan raut muka kecewa. 



Perempuan dalam temaram senja,
Yogyakarta, Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar