Sabtu, 29 Maret 2014

Dari Lokasi: Acara Bincang Blogger dan Sosialisasi BABC 2014



Acara Bincang Blogger dan Sosialisasi Banda Aceh Blogger Competition 2014 berlangsung dalam suasana yang hangat dan meriah di NA Coffee, Jl. T. Daud Beureueh, Banda Aceh. Dihadiri oleh 21 peserta, acara ini dibuka dengan sesi Bincang Blogger yang dipandu oleh Moderator, Liza Fathiariani.

Sesi materi pembuka dibawakan oleh Ihan Sunrise dengan tema seputar dunia yang digelutinya saat ini yaitu jurnalisme. Menurut Ihan menjadi jurnalis dituntut memiliki profesionalisme dan etos kerja tinggi, namun hal tersebut tidak dijadikannya sebuah kendala. Sesuatu yang sulit bila disukai pasti akan menjadi hal yang menarik, demikian pemilik blog yang kerap menulis syair-syair tentang cinta pada blog-nya http://ihansunrise.blogspot.com.


Materi selanjutnya disampaikan oleh Ferhat dengan tema motivasi menulis. Menurut pemilik blog http://ferhatt.com yang juga Ketua FLP Aceh periode 2006-2008 ini, penulis menurut motivasinya terbagi ke dalam tiga tingkatan. Level pertama adalah orang yang belum pernah menulis tapi mau belajar; selanjutnya adalah orang yang sudah menulis namun ia jarang dapat menyelesaikannya; terakhir adalah yang terbaik yaitu orang yang sudah menulis dan sudah menyelesaikan tulisannya bahkan selalu ingin meningkatkan kualitas tulisannya.

Hijrah Saputra kemudian membawakan materi selanjutnya seputar Creative Blogger. Menurut Hijrah yang baru saja meraih penghargaan MDG’s Award bersama sejumlah generasi muda Aceh bersama program bertajuk The Leader ini, untuk bisa menjadi kreatif terlebih dahulu kita harus fokus kepada kelebihan yang kita miliki daripada kekurangan kita. Selain itu kita mesti peka kepada hal-hal kecil, menampilkan ide-ide yang unik dan senantiasa mau berbagi. Hijrah menceritakan begitu banyak berkah tak terduga yang diperolehnya setelah ia aktif berbagi mengenai kota kelahirannya, Sabang, yang bisa kita ikuti dalam blog-nya http://hijrahheiji.blogspot.com.

Materi selanjutnya tentang Travel Blogger dibawakan oleh Citra Rahman. Menurut Citra, semula ia mengira dirinya hanya akan menjadi seorang backpacker dengan melakukan travelling. Namun ternyata setiap kali ia melakukan travelling selalu saja ada manfaat tak terduga yang diperolehnya yang. Ia menemukan banyak hal yang menginspirasinya untuk menuliskannya dalam blog-nya http://hananan.com. Dalam menuliskan tentang perjalanan kita bisa saja mencatat hal-hal kecil yang kita temukan dan baru kemudian dijadikan sebuah kesatuan dalam tulisan yang koheren.

Sebagai materi penutup yaitu tentang Berkahnya Menjadi Blogger diisi oleh Makmur Dimila yang mengasuh blog http://makmurdimila.wordpress.com. Juara pada kontes blog berskala nasional yang diselenggarakan Venom Indonesia ini menceritakan sejumlah berkah yang dapat diperoleh dengan menjadi blogger. Makmur yang mengaku ingin lebih fokus pada tulisan bertema seputar travelling, sosial dan urban dalam blog-nya ini mengatakan dengan menulis juga dapat menjadi ladang amal jariyah, di mana sebuah tulisan dapat abadi sebagai ilmu yang diwariskan ataupun sebagai sebuah kontrol sosial.

Sesi tanya jawab dipandu oleh moderator Liza Fathiariani. Liza yang aktif mengelola blog http://liza-fathia.com ini memberikan kesempatan kepada dua penanya yaitu Jeroel dan Suci. Jeroel menanyakan tips atau kiat-kiat agar dapat menulis secara lebih banyak dan kiat-kiat memenangi perlombaan blog, sementara Suci menanyakan tips atau kiat-kiat dalam mengumpulkan ide-ide untuk ditulis dan bagaimana menuangkannya ke dalam bentuk tulisan, khususnya dalam menuliskan tentang perjalanan atau traveliing.

Untuk pertanyaan pertama dari Jeroel, pemateri menyarankan agar penulis dapat fokus terhadap apa yang dibahasnya. Buatlah tulisan tersebut dengan detil-detil yang menarik sesuai prinsip 5W + 1H namun disajikan dalam bentuk gaya bercerita. Penulis juga dapat mengutip referensi-referensi yang relevan walaupun sedikit, misalnya kutipan dari majalah yang terkait dengan tema tulisan tersebut. Selain itu peserta lomba harus fokus kepada tema lomba dan persyaratan apa saja yang diberikan oleh panitia lomba. Masalah tampilan dan settingan blog juga harus diperhatikan agar tidak mengganggu kenyamanan membaca.

Untuk pertanyaan dari Suci, pemateri menyarankan agar bagi penulis pemula sebaiknya tidak berfokus pada kualitas namun lebih pada kuantitas dahulu. Dengan sering menulis dan juga rajin membaca serta terbuka terhadap masukan positif diharapkan penulis akan menemukan gaya menulisnya sendiri. Bisa saja ada dua orang penulis yang sama-sama pergi ke suatu tempat wisata, namun gaya menulis dan sudut pandangnya pasti memiliki perbedaan.

Pada sesi terakhir mengenai Sosialisasi Lomba Banda Aceh Blog Competition dipandu oleh Ketua Panitia Banda Aceh Blog Competition, Liza Fathiariani. Dalam sesi ini dipaparkan persyaratan-persyaratan mengenai perlombaan. Karya-karya peserta sudah dapat dikirimkan sejak 22 Maret 2014 dan ditunggu paling lambat 30 April 2014.

Syarat-syarat perlombaan dapat dilihat pada situs http://tourismbandaaceh.wordpress.com. Panitia juga membuka laman facebook yaitu di:  https://www.facebook.com/BandaAcehBloggerCompetitiondan akun twitter di: https://twitter.com/babc2014.


Banda Aceh, 29 Maret 2014


Naskah & Foto: Panitia Bincang Blogger & Sosialisasi Lomba Banda Aceh Blog Competition 2014

Menarikan Likok Pulo di Jerman

Tulisan: Ahmad Zaki

Ada yang bilang, kalau kita merantau meninggalkan kampung halaman, otomatis kita menjadi duta besar bagi kampung halaman kita itu sendiri. Kita harus menjaga dan menyebarkan nilai-nilai positif dari kampung halaman kita tersebut kepada orang-orang di luar sana. Hal ini semakin terasa ketika kita berada di luar negeri yang sangat jauh dari kampung halaman. Itu lah yang terjadi padaku sekarang.

Kedatanganku dan kawan-kawan ke Göttingen untuk melanjutkan kursus Bahasa Jerman sebelum mulai kuliah Master Program di kota kampus masing-masing disambut oleh para senior yang sudah lebih dahulu kuliah disini. Kebetulan
Göttingen merupakan salah satu kota dengan jumlah orang Indonesia dan Aceh terbanyak.

Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) adalah wadah pemersatu para mahasiswa asal Aceh yang sedang menuntut ilmu di Jerman. Karena banyaknya jumlah mahasiswa Aceh di Göttingen, seringkali kegiatan IMAN terpusat di Göttingen. Salah satu kegiatan IMAN yang rutin dilakukan adalah mengikuti setiap event-event kebudayaan yang diadakan setiap tahun di Jerman, bahkan pernah juga di negara tetangga seperti Belanda.


Dalam event-event kebudayaan tersebut perwakilan dari IMAN sering menampilkan salah satu tarian khas dari Aceh, Likok Pulo. Tanggal 24 Agustus 2013 ini bertepatan dengan event Gaung Garuda 2013 di Hannover. Kami para mahasiswa baru yang otomatis menjadi bagian dari IMAN direncanakan untuk ikut serta bersama beberapa mahasiswa dari Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Göttingen.

Aku sebelumnya belum pernah sekali pun tampil menari di depan umum. Tari Likok Pulo pernah kupelajari dulu di kelas 2 SMA, itu pun tidak seluruh gerakannya. Jadi sekarang aku harus mempelajari tarian ini dari awal lagi bersama kawan-kawan yang lain. Sementara itu, beberapa orang dari PPI Göttingen sebelumnya sudah pernah tampil membawakan Tari Likok Pulo ini.

Tari Likok Pulo terdiri dari 12 kelompok gerakan. Setiap gerakan dilakukan pengulangan, terdiri dari gerakan cepat dan lambat. Masing-masing gerakan dilakukan dalam waktu sekitar 1 menit. Jadi, untuk keseluruhan tarian ini membutuhkan waktu kurang lebih 12 menit.

Dua minggu sebelum penampilan, mulailah kami berlatih bersama. Kami latihan hampir setiap sore selama sekitar 3 jam. Beberapa gerakan mudah dipelajari, sementara yang lainnya lebih sulit. Kami dilatih oleh Bang Rezky, senior kami yang kuliah Master Program di Göttingen yang juga menjadi Syekh yang menyanyikan syair dan memainkan rapai dalam tarian ini.
 

Sehari sebelum penampilan di Hannover, di Goethe Institut Göttingen tempat kami belajar diadakan Acara Malam Kebudayaan Internasional. Dalam acara ini para siswa Goethe Institut yang berasal dari berbagai negara boleh menampilkan kesenian khas dari negaranya masing-masing. Hal ini menjadi kesempatan yang baik untuk kami yang kebanyakan belum pernah tampil untuk mencoba beraksi di atas panggung. Akhirnya kami, 6 mahasiswa Master Program baru dari Aceh, 7 orang dari PPI Göttingen serta Bang Rezky tampil di aula Goethe Institut tersebut. Salah satu dari kami, Reza, mendampingi Bang Rezky sebagai Syekh. Alhamdulillah, penampilan kami memuaskan dan mampu menghadirkan tepuk tangan meriah dari para penonton walaupun masih ada sedikit kesalahan dalam gerakan tari yang kami lakukan. Video bisa dilihat disini.



Penampilan di International Kulturabend Goethe Institut Göttingen 


Keesokan paginya, Sabtu (24/08) kami berangkat menuju Hannover dengan kereta api. Kami dijadwalkan untuk tampil di event Gaung Garuda 2013 pada pukul 15.00 waktu Jerman. Dalam event ini para warga Indonesia yang tinggal di Jerman menampilkan berbagai kesenian dari daerah asalnya masing-masing. Kami sempat melihat penampilan tari dari Bali, musik Gamelan, serta beberapa orang yang bernyanyi membawakan lagu-lagu populer dan lagu-lagu dari berbagai daerah di Indonesia.Video penampilan kami di Hannover bisa dilihat disini. 

Tak hanya kesenian, beberapa jenis makanan khas Indonesia seperti Siomay, Soto, dan Nasi Campur juga tersedia disini. Kesenian dan makanan khas Indonesia yang ada di Gaung Garuda ini sangat menarik perhatian penonton yang tidak hanya berasal dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Jerman, tapi juga penduduk lokal Jerman sendiri. Sehabis tampil menari kami pun sempat berjalan-jalan mengunjungi bangunan Neues Rathaus di Hannover.



Penampilan di Gaung Garuda 2013, Hannover 


Penampilan kami di Hannover juga bisa dibilang sukses, meskipun belum bisa dibilang sempurna. Bang Rezky mengatakan, Tarian Likok Pulo ini harus tetap diteruskan oleh Mahasiswa Aceh di Jerman dari tiap angkatan ke angkatan lainnya. Apalagi beberapa mahasiswa dari PPI Göttingen, termasuk Bang Rezky akan menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia. Jadi penampilan di Hannover ini bisa saja merupakan penampilan terakhir mereka.
                                     
Berada jauh dari kampung halaman, menarikan tarian khas Aceh, membuatku menjadi semakin cinta dengan Aceh dan Indonesia. Apa pun yang terjadi dengan kampung halamanku itu.



Göttingen, 25 Agustus 2013
Ahmad Zaki