Sabtu, 29 Maret 2014

Menarikan Likok Pulo di Jerman

Tulisan: Ahmad Zaki

Ada yang bilang, kalau kita merantau meninggalkan kampung halaman, otomatis kita menjadi duta besar bagi kampung halaman kita itu sendiri. Kita harus menjaga dan menyebarkan nilai-nilai positif dari kampung halaman kita tersebut kepada orang-orang di luar sana. Hal ini semakin terasa ketika kita berada di luar negeri yang sangat jauh dari kampung halaman. Itu lah yang terjadi padaku sekarang.

Kedatanganku dan kawan-kawan ke Göttingen untuk melanjutkan kursus Bahasa Jerman sebelum mulai kuliah Master Program di kota kampus masing-masing disambut oleh para senior yang sudah lebih dahulu kuliah disini. Kebetulan
Göttingen merupakan salah satu kota dengan jumlah orang Indonesia dan Aceh terbanyak.

Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) adalah wadah pemersatu para mahasiswa asal Aceh yang sedang menuntut ilmu di Jerman. Karena banyaknya jumlah mahasiswa Aceh di Göttingen, seringkali kegiatan IMAN terpusat di Göttingen. Salah satu kegiatan IMAN yang rutin dilakukan adalah mengikuti setiap event-event kebudayaan yang diadakan setiap tahun di Jerman, bahkan pernah juga di negara tetangga seperti Belanda.


Dalam event-event kebudayaan tersebut perwakilan dari IMAN sering menampilkan salah satu tarian khas dari Aceh, Likok Pulo. Tanggal 24 Agustus 2013 ini bertepatan dengan event Gaung Garuda 2013 di Hannover. Kami para mahasiswa baru yang otomatis menjadi bagian dari IMAN direncanakan untuk ikut serta bersama beberapa mahasiswa dari Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Göttingen.

Aku sebelumnya belum pernah sekali pun tampil menari di depan umum. Tari Likok Pulo pernah kupelajari dulu di kelas 2 SMA, itu pun tidak seluruh gerakannya. Jadi sekarang aku harus mempelajari tarian ini dari awal lagi bersama kawan-kawan yang lain. Sementara itu, beberapa orang dari PPI Göttingen sebelumnya sudah pernah tampil membawakan Tari Likok Pulo ini.

Tari Likok Pulo terdiri dari 12 kelompok gerakan. Setiap gerakan dilakukan pengulangan, terdiri dari gerakan cepat dan lambat. Masing-masing gerakan dilakukan dalam waktu sekitar 1 menit. Jadi, untuk keseluruhan tarian ini membutuhkan waktu kurang lebih 12 menit.

Dua minggu sebelum penampilan, mulailah kami berlatih bersama. Kami latihan hampir setiap sore selama sekitar 3 jam. Beberapa gerakan mudah dipelajari, sementara yang lainnya lebih sulit. Kami dilatih oleh Bang Rezky, senior kami yang kuliah Master Program di Göttingen yang juga menjadi Syekh yang menyanyikan syair dan memainkan rapai dalam tarian ini.
 

Sehari sebelum penampilan di Hannover, di Goethe Institut Göttingen tempat kami belajar diadakan Acara Malam Kebudayaan Internasional. Dalam acara ini para siswa Goethe Institut yang berasal dari berbagai negara boleh menampilkan kesenian khas dari negaranya masing-masing. Hal ini menjadi kesempatan yang baik untuk kami yang kebanyakan belum pernah tampil untuk mencoba beraksi di atas panggung. Akhirnya kami, 6 mahasiswa Master Program baru dari Aceh, 7 orang dari PPI Göttingen serta Bang Rezky tampil di aula Goethe Institut tersebut. Salah satu dari kami, Reza, mendampingi Bang Rezky sebagai Syekh. Alhamdulillah, penampilan kami memuaskan dan mampu menghadirkan tepuk tangan meriah dari para penonton walaupun masih ada sedikit kesalahan dalam gerakan tari yang kami lakukan. Video bisa dilihat disini.



Penampilan di International Kulturabend Goethe Institut Göttingen 


Keesokan paginya, Sabtu (24/08) kami berangkat menuju Hannover dengan kereta api. Kami dijadwalkan untuk tampil di event Gaung Garuda 2013 pada pukul 15.00 waktu Jerman. Dalam event ini para warga Indonesia yang tinggal di Jerman menampilkan berbagai kesenian dari daerah asalnya masing-masing. Kami sempat melihat penampilan tari dari Bali, musik Gamelan, serta beberapa orang yang bernyanyi membawakan lagu-lagu populer dan lagu-lagu dari berbagai daerah di Indonesia.Video penampilan kami di Hannover bisa dilihat disini. 

Tak hanya kesenian, beberapa jenis makanan khas Indonesia seperti Siomay, Soto, dan Nasi Campur juga tersedia disini. Kesenian dan makanan khas Indonesia yang ada di Gaung Garuda ini sangat menarik perhatian penonton yang tidak hanya berasal dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Jerman, tapi juga penduduk lokal Jerman sendiri. Sehabis tampil menari kami pun sempat berjalan-jalan mengunjungi bangunan Neues Rathaus di Hannover.



Penampilan di Gaung Garuda 2013, Hannover 


Penampilan kami di Hannover juga bisa dibilang sukses, meskipun belum bisa dibilang sempurna. Bang Rezky mengatakan, Tarian Likok Pulo ini harus tetap diteruskan oleh Mahasiswa Aceh di Jerman dari tiap angkatan ke angkatan lainnya. Apalagi beberapa mahasiswa dari PPI Göttingen, termasuk Bang Rezky akan menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia. Jadi penampilan di Hannover ini bisa saja merupakan penampilan terakhir mereka.
                                     
Berada jauh dari kampung halaman, menarikan tarian khas Aceh, membuatku menjadi semakin cinta dengan Aceh dan Indonesia. Apa pun yang terjadi dengan kampung halamanku itu.



Göttingen, 25 Agustus 2013
Ahmad Zaki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar