Sabtu, 26 Januari 2013

Gumuk Pasir Parangtritis - Menikmati Hamparan Gurun Pasir ala Jogja

Jogja memiliki pesona alam yang seolah tak habis untuk dieksplorasi. Mulai dari deretan pantai-pantai cantik di pesisir selatan, pemandangan pegunungan, goa-goa yang beraneka macam, air terjun, bahkan gurun pasir pun dapat kita temukan.


Mengeksplorasi keindahan alam di wilayah Yogyakarta memang seolah tidak ada habisnya untuk dijelajahi. Kita pun seolah dimanjakan dengan pilihan wisata alam yang sangat beragam. Tak hanya deretan pegunungan dan juga hamparan pantai-pantai yang membentang di pesisir selatan, Yogyakarta juga memiliki sebuah gurun pasir yang tak kalah menarik. Mungkin bagi sebagian orang akan terasa sangat janggal mengingat Yogyakarta memiliki iklim tropis yang hampir tidak memungkinkan untuk munculnya gurun pasir.  Gurun pasir sendiri memang cukup populer dan dapat mudah ditemukan di negara-negara yang berada di kawasan Timur Tengah. Jika di Jogja, fenomena padang pasir ini diberi sebutan gumuk pasir. Gumuk sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya gundukan tanah yang menyembul ke atas. Anda dapat melihat fenomena alam ini membentang dari Pantai Parangtritis hingga hilir Sungai Opak. Akses jalurnya cukup mudah, tinggal susuri saja jalan yang menghubungkan antara Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, dan Pantai Depok.


Asal-muasal gumuk pasir ini tidak bisa dilepaskan dari muntahan material vulkanik bekas letusan Gunung Merapi yang terbawa oleh aliran Sungai Progo dan Sungai Opak yang bermuara di Samudera Hindia. Material vulkanik tersebut mengalami hempasan gelombang samudera yang kuat sehingga mengalami penggerusan menjadi butiran-butiran partikel pasir yang sangat kecil dan lembut. Butiran-butiran partikel pasir tersebut terbawa oleh angin dan lama-kelamaan membentuk sebuah gundukan yang mirip seperti bukit. Pembentukan fenomena gumuk pasir ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Gumuk pasir ini memang istimewa karena diklaim sebagai salah satu gumuk pasir yang terdapat di daerah beriklim tropis.


Gumuk pasir ini memiliki fungsi yang boleh dikatakan cukup beraneka macam. Bagi para wisatawan tentu saja keberadaan gumuk pasir ini dapat dijadikan sebagai wisata alternatif ketika Anda berkunjung di kawasan Pantai Parangtritis. Beberapa artis seperti Agnes Monica dan grup band Letto pernah membuat video klip di kawasan gumuk pasir ini. Acara syuting FTV pun juga sering mengambil scene di gumuk pasir ini karena pemandangannya yang bagus. Gumuk pasir juga menjadi salah satu lokasi incaran bagi para fotografer yang ingin mengabadikan pemandangan gumuk pasir dengan bidikan kamera mereka. Selain itu, kawasan gumuk pasir ini juga dijadikan sebagai tempat diadakannya sholat ied dan juga manasik bagi calon jemaah haji yang akan berangkat menunaikan ibadah di tanah suci. 

Bagi kalangan akademisi, keberadaan gumuk pasir merupakan laboratorium alam yang dapat dijadikan sarana untuk menambah maupun mengembangkan ilmu pengetahuan. Tak heran jika di kawasan gumuk pasir ini dibangun Laboratorium Geospasial Pesisir, kerja sama antara Fakultas Geografi UGM dengan Pemerintah Kabupaten Bantul. Tugas utamanya adalah melakukan riset yang berhubungan dengan kepesisiran, seperti tentang keberadaan gumuk pasir, peta potensi keberadaan ikan yang berguna bagi para nelayan, maupun pembuatan data spasial.


Gumuk pasir memiliki perubahan suhu yang sangat ekstrim antara siang dengan malam. Berhubung saya datang pada siang hari dan cuaca cukup terik, saya memutuskan untuk menikmati pemandangan gumuk pasir dari pinggir jalan saja. Tak kuat rasanya jika harus berjalan kaki melewati hamparan padang pasir dengan sinar matahari yang lumayan menyengat. Dari kejauhan nampak terlihat rombongan yang sedang melakukan uji coba gantole. Mungkin saja gantole-gantole ini akan diperagakan dalam acara Jogja Air Show yang akan diadakan awal bulan Februari 2013 besok. Oh iya, wilayah gumuk pasir ini juga sering dijadikan sebagai wahana untuk berolahraga off road. Saya jadi ingat iklan Wonderful Indonesia di mana salah satu adegannya adalah bermain ski di atas padang pasir. 

Jumat, 25 Januari 2013

Pantai Parangendog - Menikmati Sisi Lain Bagian Timur Pantai Parangtritis

Nama Pantai Parangendog mungkin memang masih cukup asing di telinga para wisatawan. Nama Pantai Parangtritis memang lebih familiar bagi para wisatawan karena pantai ini memang pantai yang sangat terkenal di pesisir selatan Jogja. Pantai Parangendog sendiri merupakan sebutan untuk pantai yang terletak di ujung timur Pantai Parangtritis, tepatnya dekat dengan tebing-tebing. 


Nama Parangendog sendiri mungkin lebih familiar untuk sebutan bukit yang terletak di atas Pantai Parangtritis. Kita dapat melihat hamparan pesisir pantai selatan dari arah Bukit Parangendog ini. Pantai Parangendog terletak tidak jauh dari air terjun musiman yang hanya muncul pada saat musim penghujan ini. Pantai ini memiliki hamparan pasir yang cukup landai dan ombak yang lumayan tenang, namun Anda harus penuh dengan kewaspadaan. Pantai Parangendog ini cukup relatif lebih sepi jika dibandingkan dengan Pantai Parangtritis, walaupun lokasi keduanya cukup berdekatan. 




Satu hal yang menjadi keunikan pantai ini adalah hamparan bebatuan karang yang cukup besar seolah berhamburan di beberapa sudut pantai. Kita serasa diajak untuk menikmati sisi lain keindahan dari Pantai Parangtritis. Beberapa pedagang pun juga menggelar dagangan mereka di area ini berharap ada pembeli yang ingin membeli dagangan mereka. Selain itu jika Anda beruntung, Anda akan menemukan orang-orang yang sedang menghabiskan waktu mereka untuk memancing. Perkiraan saya sih, mereka adalah nelayan yang berasal dari penduduk setempat, atau mungkin malah orang-orang yang mempunyai hobi memancing? Pemandanan orang yang sedang memancing ini dapat Anda jadikan obyek bidikan lensa kamera Anda bagi yang gemar memotret human interest




Beruntung pagi itu saya mendapati sekelompok muda-mudi yang mungkin saja mereka adalah seniman. Mereka membuat patung orang yang terbuat dari pasir pantai. Patung dengan posisi tertelungkup itu benar-benar artistik, mirip sekali dengan bentuk orang sungguhan. Sungguh sangat kreatif mereka ! Well, as usual satu hal yang menjadi kekurangan pantai ini adalah tumpukan sampah yang sangat mengganggu pemandangan. Hamparan sampah bertebaran di sepanjang pantai, baik itu sampah bungkus plastik makanan yang berasal dari pengunjung yang tidak bertanggung jawab, maupun sampah-sampah yang terbawa oleh ombak. Mungkin saja suatu saat kelak di Pantai Parangtritis perlu diadakan kerja bakti massal yang melibatkan pengunjung untuk bersih-bersih pantai kali ya, biar pantai tidak dipenuhi oleh hamparan sampah !




Selain hamparan sampah, saya juga melihat bunga mawar yang bertebaran di beberapa sudut pantai. Tidak heran sih dengan keberadaan bunga-bunga yang bertebaran ini. Pantai Parangtritis kan memang menjadi salah satu pantai yang digunakan untuk ritual di wilayah Jogja ini. Ya, walaupun masih banyak pemandangan sampah-sampah yang menghampar, tapi saya cukup menikmati perjalanan saya mengelilingi Pantai Parangendog ini di pagi hari. 

Air Terjun Parangendog - Air Terjun Musiman di Pantai Parangtritis

Di antara hamparan pasir lembut dan deburan ombak yang menantang, Pantai Parangtritis memiliki air terjun musiman yang tak kalah menawan untuk diabadikan.


Pantai Parangtritis memang pantai yang cukup tersohor di pesisir selatan Jogja yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan legenda tentang Nyi Roro Kidul sang penunggu pantai pesisir selatan Jawa. Pantai ini menjadi lokasi wajib bagi wisatawan yang berkunjung ke Jogja. Selain menikmati hamparan pasir serta deburan ombak, pantai ini menyimpan keunikan yang tidak dapat kita temui setiap saat. Keunikan tersebut adalah keberadaan sebuah air terjun yang hanya dapat kita temui di musim penghujan saja. Beberapa orang ada yang menamai air terjun ini dengan nama air terjun Parangtritis, namun ada pula yang menyebut air terjun Parangendog.




Air terjun ini cukup mudah ditemukan, terletak di bagian timur dari Pantai Parangtritis, dekat dengan deretan tebing-tebing. Untuk sampai ke lokasi, Anda dapat berjalanan kaki atau menyewa jasa bendi maupun jasa kuda jika tidak ingin merasa lelah berjalan kaki. Air terjun ini berasal dari aliran sungai yang berasal dari perbukitan karst, di mana debit air hanya ada ketika musim penghujan tiba. Jika musim kemarau jangan harap dapat menemukan air terjun ini, yang ada Anda hanya menemukan bongkahan-bongkahan batu karang khas daerah perbukitan karst. Anda pun dapat menikmati aliran air terjun yang terasa tawar di antara hamparan pasir pantai yang luas serta aliran ombak yang memiliki air yang terasa asin.



Anda tak perlu membayar retribusi lagi untuk menikmati air terjun ini karena harga tiket sudah menjadi satu paket ketika Anda membayar retribusi di loket menuju Pantai Parangtritis. Air terjun Parangendog yang terletak di Pantai Parangtritis ini bisa Anda jadikan alternatif wisata khusus karena hanya dapat Anda saksikan saat musim penghujan tiba. 

Rabu, 23 Januari 2013

Bakpia Pathok 25, Oleh-Oleh Khas Jogja

Berkunjung ke suatu tempat tak lengkap rasanya jika tidak membawa oleh-oleh untuk sanak keluarga di rumah. Bakpia, salah satu pilihan buah tangan khas Kota Yogyakarta yang siap untuk Anda bawa.



Bicara soal Jogja memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan bakpia yang menjadi salah satu oleh-oleh khasnya. Roti kecil berbentuk bulat dengan isian yang memiliki rasa manis ini memang menjadi primadona buah tangan khas dari Jogja. Hampir setiap wisatawan yang datang ke Jogja selalu tak lupa untuk membeli oleh-oleh bakpia ini untuk buah tangan sanak keluarga di rumah.
Dilihat dari sejarahnya sendiri, bakpia merupakan makanan dari warga Tionghoa yang mengalami modifikasi. Dahulu, bakpia merupakan sejenis roti isi yang berisikan daging. Daging yang digunakan adalah daging babi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta mayoritas masyarakat di sekitar mereka adalah muslim, maka isian dari bakpia ini mengalami modifikasi, yaitu diganti dengan kacang hijau. Di Yogyakarta sendiri, daerah Pathok (Pathuk) yang kini diberi nama Jalan Aip II KS Tubun, merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra pembuatan bakpia. Lokasinya berada di sebelah barat Malioboro sehingga tak heran jika daerah ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan yang sedang mencari oleh-oleh. 


Di daerah Pathuk sendiri kita dapat dengan mudah menjumpai toko oleh-oleh yang menjual bakpia dengan beraneka macam merk. Kebanyakan merek-merek yang terpasang di depan toko menggunakan angka-angka. Beberapa merek bakpia yang cukup terkenal di Jogja adalah bakpia 25 dan 75 yang cukup mendominasi pasaran. Merek-merek dengan angka lain juga banyak bertebaran meramaikan pasaran bakpia pathok ini. Pemberian merek berdasarkan angka ini konon dikarenakan dahulu si pembuatnya belum mengenal pemberian labeling atau merek pada barang dagangan mereka, kemudian pemberian merek hanya didasarkan pada nomor rumah produsen tempat pembuat bakpia itu sendiri.


Salah satu gerai bakpia yang sering saya sambangi adalah Bakpia 25. Menurut saya, tekstur dari isi bakpia ini terasa pas, tidak terlalu lembek dan juga tidak terlalu kering. Saya biasa membeli bakpia ini langsung dari pabriknya yang terletak di Jalan Aip II KS Tubun. Silahkan minta saja tukang becak untuk mengantarkan Anda membeli bakpia langsung di pabriknya. Mereka akan dengan senang hati mengantarkan Anda sampai tujuan. Jika Anda beruntung, Anda pun bisa melihat proses pembuatan bakpa tersebut secara langsung, mulai dari proses pembuatan adonan kulit, pembuatan isian, proses pemberian isi pada kulit bakpia, proses pemanggangan, hingga proses pengemasan bakpia. Oh iya, selain berbelanja bakpia, Anda pun juga dipersilahkan untuk mencicipi taster bakpia yang sudah disediakan. Keuntungan membeli bakpia langsung dari pabriknya adalah selain kita bisa melihat proses pembuatan bakpia secara langsung, kita juga mendapatkan bakpia yang masih hangat alias fresh from the oven.


Satu kotak bakpia rasa kacang ijo isi 20 dibandrol dengan harga Rp 25.000,00 per-kotak, dengan catatan jika Anda menggunakan jasa travel agent, jasa becak, maupun andong. Jika membawa kendaraan sendiri biasanya hanya dibandrol dengan harga Rp 22.000,00 per-kotaknya. Kenapa ada selisihnya? Inilah salah satu seni kehidupan pariwisata di Kota Jogja. Satu sama lain saling menguntungkan, jadi agar tidak terjadi persaingan yang sengit. Kalau istilah akademik bilang sih adanya efek resapan dalam kegiatan pariwisata atau biasa disebut dengan trickle down effect. Ya, anggap saja untuk beramal kepada para tukang becak yang sudah susah payah mengolah pedal becak mengantarkan Anda sampai tujuan. Toh juga biasanya para tukang becak ini sudah menetapkan tarif yang terjangkau untuk mengantarkan Anda bukan :)


Pabrik Bakpia 25 ini mulai buka dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 24.00 tengah malam. Jadi tak perlu khawatir jika Anda terlalu pagi atau sudah kemalaman untuk mencari oleh-oleh. Bakpia 25 sendiri memiliki beberapa gerai. Ada dua buah gerai yang terletak di Jalan Aip II KS Tubun, yaitu di Toko Ongko Joyo dan di pabriknya ini. Satu cabang gerai toko di kawasan Jalan Bayangkara, dan satu cabang lagi di kawasan Jalan  Adi Sutjipto.

Di dalam perkembangannya, bakpia memiliki beragam rasa, tak hanya kacang hijau saja. Kini, Anda dapat membeli bakpia dengan varian rasa seperti cokelat, keju, nanas, kumbu hijau, dan kumbu hitam. Bahkan ada beberapa gerai yang menyajikan bakpia dengan isian ketela ungu juga. Selain bakpia yang menggunakan label berupa angka, ada pilihan bakpia dengan merek lain seperti Bakpia Kurnia Sari yang juga lumayan terkenal di Jogja. Bakpia Kurnia Sari ini dapat Anda jumpai di gerainya yang terletak di Jalan Glagahsari dan Ruko Permai daerah Pogung Lor (daerah ring road dekat Jalan Kaliurang). Bakpia, merupakan oleh-oleh wajib bagi Anda yang berkunjung di Kota Jogja.

keterangan :
alamat pabrik Bakpia 25 : Pabrik Jaya, Jalan Sanggrahan Patuk 504
telepon (0274) 513904 / (0274) 566122

Minggu, 20 Januari 2013

Museum Manusia Purba Sangiran - The Homeland of Java Man

Deretan koleksi fosil tengkorak manusia yang tertata rapi dengan umur ratusan tahun, menimbulkan decak kagum sekaligus kesan mengerikan bagi siapa saja yang melihatnya. Museum Manusia Purba Sangiran, siap mengajak Anda berpetualang menikmati era pra-sejarah dari masa silam.



Sepasang gading raksasa yang menjulang ke atas siap menyambut kita di pintu gerbang pintu masuk  Museum Manusia Purba Sangiran ini. Museum Manusia Purba Sangiran merupakan sebuah museum yang memiliki koleksi fosil manusia purba yang lengkap, baik di Asia bahkan di dunia. Museum yang memiliki moto the homeland of java man ini memberikan sajian informasi yang sangat lengkap mengenai kehidupan manusia purba, mulai dari habitat tempat mereka tinggal, pola kehidupan pada masa itu, binatang yang hidup pada jaman purba, hingga peralatan yang digunakan pada masa berburu dan meramu. Museum ini juga memaparkan proses terjadinya bentang alam dari masa Pliosen Akhir hingga akhir Pliestosen Tengah atau sekitar 2 juta tahun yang lalu.



Museum Manusia Purba Sangiran sendiri terletak di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kawasan Kubah Sangiran sendiri terletak di kawasan Depresi Solo, memiliki luas sekitar 56 kilometer persegi di kaki Gunung Lawu, di sekitar lembah Sungai Bengawan Solo. Secara administratif, Museum Manusia Purba Sangiran ini berada di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Memiliki jarak tempuh sekitar 40 km dari arah Kota Sragen, atau sekitar 17 km dari arah Kota Solo. Museum Manusia Purba Sangiran sendiri memiliki koleksi fosil lebih dari 13.809 fosil, di mana sekitar 2.934 di antaranya dipamerkan di ruang pameran museum, dan sebagian lainnya masih disimpan di dalam gudang penyimpanan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Sebagian fosil-fosil manusia purba Sangiran ini disimpan di Museum Geologi Bandung dan juga Museum Palaenthropologi Yogyakarta. Tak heran jika koleksi fosil pada jaman purba yang sebanyak ini menjadikan Museum Manusia Purba Sangiran merupakan salah satu museum manusia terlengkap di Asia bahkan di dunia. Keunikan dan kelengkapan koleksi di museum ini menjadikan Museum Manusia Purba Sangiran dinobatkan menjadi salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sebagai World Heritage List (nomor 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21) pada tahun 1996.



Kawasan Sangiran sendiri memiliki keistimewaan. Menurut para ahli geologi, dahulu wilayah Sangiran merupakan kawasan lautan yang cukup luas. Namun, karena proses geologi dan juga akibat dari letusan beberapa gunung seperti Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, kawasan Sangiran akhirnya berubah menjadi daratan. Hal ini mengakibatkan Sangiran memiliki lapisan tanah yang berbeda dengan kawasan-kawasan di sekitarnya. Secara ilmiah dapat dijelaskan dengan ditemukannya fosil-fosil binatang laut yang berada di lapisan tanah paling bawah yang menandakan bahwa dahulu kawasan ini memang berupa lautan. Tak heran jika Sangiran menjadi salah satu situs yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang antropologi, arkeologi, bologi, palaentologi, geologi, dan juga dalam bidang kepariwisataan. Keberadaan Sangiran sebagai salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba tidak bisa dilepaskan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli paleoantropologi yang bernama Gustav Heinrich von Koenigswald pada tahun 1934. Penemuan pertama adalah fosil manusia purba berjenis Pithecanthropus Erectus atau biasa disebut dengan manusia Jawa.



Museum Manusia Purba Sangiran ini memiliki arsitektur bangunan yang cukup modern dan sentuhan gaya tradisional pada beberapa sudut bangunannya. Museum ini memiliki beberapa fasilitas, antara lain adalah ruang pameran (ruang display), ruang laboratorium untuk melakukan kegiatan konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan, ruang pertemuan, ruang display bawah tanah, ruang audio visual, serta ruang penyimpanan. Ruang pameran sendiri terdiri dari tiga ruangan, yaitu ruang pamer kekayaan Sangiran, ruang pamer langkah-langkah kemanusiaan, dan ruang pamer masa keemasan Homo Erectus.




Secara umum, Museum Manusia Purba Sangiran memiliki koleksi fosil seperti fosil manusa purba yang terdiri dari berbagai jenis seperi Australopithecus Africanus, Pithecanthropus Mojokertensis, Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Neanderthal Eropa, Homo Neanderthal Asia serta Homo Sapiens. Data yang menarik adalah mengenai manusia purba jenis Homo Erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran ini berjumlah sekitar lebih dari 100 individu. Angka ini mewakili sekitar 65% dari seluruh fosil manusia purba jenis Homo Erectus yang ditemukan di Indonesia atau sekitar 50% dari total fosil manusia purba sejenis di dunia. Tak heran jika kawasan Sangiran sangatlah penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, baik dalam kancah nasional maupun internasional. Selain koleksi fosil manusia purba, museum ini juga memiliki koleksi fosil-fosil binatang yang hidup pada jaman purba baik hewan verteberata hingga cangkang molusca. Beberapa fosil hewan verteberata antara lain adalah fosil gajah purba, harimau, babi, badak, sapi, banteng, rusa serta domba. Ada pula fosil binatang air seperti buaya, ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, kuda nil, dan juga kura-kura serta berbagai macam molusca. Selain itu ada pula beberapa batuan yang ditemukan seperti batuan meteorit/taktit, kalesdon, diatome, agate, dan ametis.



Salah satu koleksi Museum Manusia Purba Sangiran yang membuat saya berdecak kagum adalah alat-alat yang digunakan oleh manusia purba pada jaman berburu dan meramu. Koleksi alat-alat tersebut berupa serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu, dan juga kapak perimbas-penetak. Kenapa saya tertarik dan kagum? Alat-alat untuk berburu dan meramu pada masa manusia purba ini mengingatkan saya pada pelajaran sejarah sewaktu masih duduk di sekolah dasar dulu, dan kini ketika saya duduk di bangku kuliah barulah saya melihat benda tersebut secara langsung.



Hingga saat ini Museum Manusia Purba Sangiran masih terus melakukan tahap pembangunan. Rencana ke depan, Museum Manusia Purba Sangiran ini akan mengintegrasikan bagian display museum dengan kawasan lapangan tempat dilakukannya penelitian serta pencarian fosil-fosil manusia purba, sehingga untuk ke depan setiap pengunjung yang selesai mengelilingi museum dapat melanjutkan perjalanan menuju lapangan untuk melihat secara langsung bagaimana proses pencarian fosil-fosil manusia purba ini. Berbeda dengan rata-rata museum yang ada di Indonesia yang memiliki kesan menyeramkan bahkan juga membosankan, Museum Manusia Purba Sangiran ini memiliki sarana dan prasarana yang sangat lengkap dan juga modern. Display pada museum dibuat secara interaktif dengan memanfaatkan teknologi masa kini sehingga tidak menimbulkan kesan membosankan dan juga menyeramkan.


Walau lokasinya cukup terpencil, namun museum yang satu ini cukup ramai oleh kunjungan wisatawan, baik turis domestik maupun turis asing. Bahkan, ada beberapa kawan dari luar negeri yang berasal dari komunitas seperti couchsurfing maupun mahasiswa asing yang belajar di Indonesia merelakan waktu mereka jauh-jauh untuk berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran untuk melihat langsung penemuan fosil manusia purba yang sangat bersejarah ini. Tidak diragukan lagi jika keberadaan Situs Sangiran ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang mempelajari kehidupan manusia pada jaman pra sejarah karena situs ini memiliki koleksi yang sangat lengkap, mulai dari fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusa pada jaman pra sejarah, fosil-fosil flora dan fauna, hingga gambaran stratifikasinya. Situs Sangiran memang sebuah warisan sejarah, baik bagi Indonesia maupun bagi dunia.




Bangunan Menara Pandang
Eitss. . . selesai menjelajahi koleksi Museum Manusia Purba Sangiran jangan lupa untuk sejenak mampir di  menara pandang yang lokasinya tidak jauh dari museum. Dari menara pandang ini kita dapat melihat pemandangan alam yang membentang di sekitar museum, mulai dari pemandangan persawahan, deretan hutan dan perbukitan, serta bagian dari bangunan museum yang sekilas mirip seperti tumpeng. Di bagian depan menara pandang ini terdapat bangunan berbentuk joglo khas rumah adat Jawa Tengah. Tempat ini merupakan Wisma Sangiran yang biasanya digunakan oleh para peneliti yang membutuhkan tempat penginapan. Pilihan kamar pun cukup beragam, mulai dari duluxe room hingga standart room. Bagi Anda yang tertarik untuk menginap, penginapan yang berada persis di depan menara pandang ini dapat Anda jadikan pilihan untuk menginap.

keterangan :

Jam kunjung museum :
hari Selasa - Minggu pukul 08.00 - 16.00 WIB
hari Senin libur/tutup
hari Jumat istirahat mulai pukul 11.30 - 12.30 WIB

Harga Tiket :
wisatawan domestik : Rp 5.000,00 / orang
wisatawan mancanegara : Rp 11.500,00 / orang
pemutaran film : Rp 60.000,00 / rombongan
(data bulan Desember 2012 - Januari 2013)

Fasilitas :
selain ruang display untuk memamerkan koleksi, Museum Manusia Purba Sangiran sudah dilengkapi beberapa failitas seperti toilet umum, mushola, kios makanan, serta kios cindera mata.

cara menuju Museum Manusia Purba Sangiran :

  1. Jika Anda menggunakan kendaraan umum, dari Kota Solo cari saja bus tujuan ke Purwodadi, lalu turun di pertigaan Kalijambe, lanjut menggunakan jasa ojek motor untuk sampai ke lokasi museum.
  2. Pintu gerbang kedua adalah melalui Kota Sragen, karena jalur ini merupakan jalur yang paling mudah untuk dapat sampai ke lokasi. Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil/motor. Jika menggunakan kendaraan umum, cari saja angkutan menuju daerah Gemolong, dilanjutkan dengan bus kecil tujuan ke Solo, turun di pertigaan Kalijambe, lanjut menggunakan jasa ojek motor.

Jumat, 18 Januari 2013

Kora-Kora dan Ombak Asmara yang Membuat Jantung Berdebar Kencang

Mengunjungi pasar malam tak lengkap rasanya jika tidak mencoba beberapa permainan yang tersedia. Selain membuat hati riang gembira, permainan rakyat ini juga tidak akan menguras isi kantong Anda.


Usai mencicipi jajanan tempo dulu yang cukup mengenyangkan perut, agenda selanjutnya di Pasar Malam Perayaan Sekaten ini adalah mencoba beberapa permainan. Hiburan rakyat yang satu ini memang kurang lengkap rasanya jika tidak dibarengi dengan kehadiran permainan-permaian yang seperti tersaji di taman hiburan. Sebut saja bianglala, komedi putar, ombak asmara, kora-kora, bom bom car, dan sebagainya selalu memeriahkan kehadiran Pasar Malam Perayaan Sekaten ini.
 



Setelah berkeliling melihat-lihat pasar malam yang cukup meriah, saya dan teman-teman akhirnya memutuskan untuk mencoba beberapa permainan, walaupun sempat sedikit terjadi perdebatan untuk memutuskan permainan apa yang akan kami coba. Dan akhirnya kami mencoba permaianan ombak asmara sebagai "pemanasan" sebelum mencoba permainan yang menjadi klimaks selanjutnya. Cukup membayar Rp 5.000,00 saja per-orang kita dapat menikmati ayunan ombak asmara ditambah dengan atraksi dari si mas-mas operatornya plus disuguhi musik-musik house ala musik-musik di tempat dugem. Kata mas-mas operator yang bertindak sebagai "VJ" sih, enakan mainan ombak asmara daripada masuk ke Boshe yang bayarnya lumayan mahal itu -_-

Sebagai permaianan untuk "pemanasan", ombak asmara ini memang tidak begitu menyeramkan seperti yang telihat dari luar. Saya cukup menikmati putaran ombak asmara yang terkadang naik turun, kadang putarannya cukup kencang, dibarengi dengan musik yang lumayan menghentak dan lighting yang menarik, tak ketinggalan atraksi-atraksi akrobatik dari mas-mas operator yang terkadang membuat jantung lumayan berdesir melihat aksi mereka. Salut dengan keberanian dan nyali mereka yang menyuguhkan atraksi-atraksi yang menarik. 

Puas menikmati ayunan ombak asmara, permainan selanjutnya yang kami coba adalah kora-kora. Sempat timbul keraguan di antara kami untuk menaiki wahana permainan yang satu ini. Dibutuhkan persiapan fisik maupun mental untuk mencoba wahana ini. Kemudian teman saya langsung berinisiatif membeli tiket untuk kami berempat. Oke, mau tak mau kami harus menaiki wahana yang satu ini, walau sedikit ada pemaksaan. Tiket untuk wahana kora-kora ini dibandrol dengan harga Rp 5.000,00 per-orang. Di awal permainan, saya masih cukup menikmati ayunan kora-kora yang lumayan membuat jantung berdesir. Kami berempat masih dapat tertawa lepas menikmati ayunan kora-kora yang berputar bolak-balik hampir 180 derajat. Di depan kami terdapat mbak-mbak yang cukup ketakutan dengan ayunan kora-kora. Dia terlihat ingin menangis dan meminta mas-mas operator menghentikan laju kora-kora. Antara lucu dan kasihan menlihat ekspresinya. Awalnya saya mengira jika ayunan kora-kora ini tidak terlalu menakutkan, karena tidak terasa kencang. Namun, setelah bunyi semacam klakson dinyalakan, laju kora-kora pun semakin dipercepat. Kali ini putarannya benar-benar 180 derajat ! Putaran setengah lingkaran sempurna ! Rasanya? Antara ingin terlempar dari kursi, mual, ingin muntah, pusing, jantung berdebar kencang, kulit muka serasa mau lepas saat si kora-kora turun, apa lagi ya? Sulit saya berkata-kata, sebaiknya Anda coba sendiri menikmati ayunan kora-kora yang super gila ini ! Sekedar tips, lebih baik Anda pejamkan mata saat putaran kora-kora mulai menggila, hal ini untuk menghindari efek pusing jika mata Anda terbuka melihat ayunan si kora-kora.

Setelah putaran kora-kora berangsur-angsur normal dan mulai pelan, saya pun memberanikan diri untuk kembali membuka mata. Kora-kora pun berhenti dan langsung saja saya dan teman-teman ngacir keluar dari arena permainan. Bagaimana kesan naik kora-kora? GILA ! Kami puas tertawa terbahak-bahak, teriak-teriak sesuka hati, menertawakan kekonyolan yang terjadi di atas kora-kora, dan akhirnya keringat pun mengucur deras dari sekujur tubuh, jantung berdetak kencang, dan membuat kami sukses gemeratan ! Tapi kami puas dengan atraksi kora-kora ini. Ada satu hal yang unik dari kora-kora yang kami naiki. Ada mas-mas operator dengan santainya berdiri sambil berjoget di salah satu sisi ujung kora-kora yang terus berputar. Si mas ini seolah tanpa memiliki rasa takut sama sekali, sedangkan para penumpang yang lain sudah tampak cemas ketakutan dengan gerakan si kora-kora. Salut deh untuk si mas-mas operator !


Selesai menikmati ayunan kora-kora yang sukses membuat kami gemetaran, wahana berikutnya yang kami coba adalah  . . . . ombak asmara ! Yak, kami berempat memang sedang absurd -_- Kriteria yang kami cari kali ini adalah wahana ombak asmara yang tidak terlalu ramai dan dentuman musiknya membahana. Dan akhirnya kami pun mendapatkan wahana yang sesuai dengan kriteria kami ! Kali ini aksi akrobatis mas-mas operator memang tidak terlalu menarik seperti sebelumnya. Namun, putaran si ombak asmara lebih menantang. Entah mungkin masih terpengaruh efek kora-kora, setiap si ombak asmara putarannya naik-turun, tiba-tiba saja jantung saya langsung berdesir, membayangkan si kora-kora dari atas kemudian bergerak turun ke bawah, dan ujung-ujungnya merasa sedikit mual -_-

Pasar Malam Perayaan Sekaten memang penuh dengan wahana permainan yang menarik yang patut untuk Anda coba. Event budaya tahunan ini memang salah satu acara yang cukup dinanti-nanti masyarakat Jogja setiap tahunnya.

Kamis, 17 Januari 2013

Peacock Coffee - Cafe Mungil dengan Konsep Self Serving


Menjamurnya cafe-cafe di daerah perkotaan memang cukup pesat seiring perkembangan jaman sekarang ini. Cafe dijadikan sebagai semacam public space area untuk ajang bersosialisasi, berkumpul bersama teman dan kolega, atau mungkin hanya sekedar melepas penat dari segala rutinitas harian. Ngomong-omong soal cafe, di Jogja sendiri cukup banyak pilihan cafe untuk nongkrong dengan berbagai pilihan tempat, fasilitas, serta menu makanan yang disediakan. Tentu saja, budget juga menjadi pertimbangan untuk memilih tempat yang tepat untuk nongkrong bareng. Di Jogja sendiri banyak pilihan cafe untuk sekedar kongkow bersama teman, mulai dari cafe dengan harga mahasiswa sampai cafe yang merogoh kocek cukup dalam.





Salah satu cafe favorit saya untuk sekedar menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama teman maupun tempat untuk menuangkan ide melalui tulisan adalah Peacock Coffee di dibilangan Jalan AM Sangaji nomor 72, Yogyakarta. Cafe yang tergolong mungil dengan tampilan sederhana ini menempati bagian depan dari lobi Hotel Mustkoweni. Untuk pilihan tempat duduk sendiri, Anda dapat memilih indoor maupun outdoor. Di area indoor disediakan sekitar sembilan buah meja kecil berbetuk bundar lengkap dengan kursi yang mampu memuat 18-22 orang. Perpaduan nuansa modern dan tradisional pun cukup terasa. Nuansa modern terlihat dari aksesoris interior ruangan, dipadukan dengan nuansa tradisional yang berasal dari lantai yang menggunakan tegel motif khas Jogja. Untuk area outdoor sendiri menempati sebuah taman kecil yang sederhana namun cukup asri dan rindang. Kalau ditanya di mana tempat favorit saya adalah meja yang dekat dengan pintu masuk yang langsung menghadap jendela kaca. Tempat ini memang paling pewe, saya dapat melihat keadaan luar di balik kaca, apalagi jika hujan turun, suasananya semakin membuat saya betah berlama-lama di sini.



Keunikan dari cafe ini adalah pola self service yang diterapkan. Jadi jangan harap jika Anda datang ke cafe ini, Anda akan duduk manis kemudian server datang menghampiri memberikan list menu dan mencatat menu yang Anda pesan, kemudian mengantarkan pesanan ke meja Anda. Jika Anda datang ke cafe ini langsung saja hampiri si barista di bagian kasir, kemudian pesan menu yang Anda pilih, langsung bayar, kemudian ketika pesanan Anda sudah selesai dibuatkan oleh si barista, si barista akan memanggil Anda sesuai dengan nama menu yang Anda pesan, dan jangan lupa ambil sendiri pesanan Anda di bagian kasir. Sekilas konsepnya mirip dengan sistem kerja yang diterapkan di restoran cepat saji. Bagi Anda yang masih merasa kurang manis, silahkan tambah sendiri gula sesuai dengan selera. Di bagian kasir sudah disediakan gula, baik gula cair maupun gula pasir untuk menambah rasa manis sesuai selera Anda.



Keunikan lain dari cafe ini adalah list menu yang ditulis dengan kapur di sebuah papan hitam yang ditempel pada sudut tembok dekat dengan kasir. Tapi, sepertinya mulai awal tahun 2013 ini menu yang semula ditulis dengan kapur di papan hitam tersebut sudah diganti dengan tulisan yang permanen. Another uniquely thing is from the price. Ya, patokan harga di cafe ini cukup unik, yaitu Rp 16.900,00 untuk semua varian minuman, baik panas maupun dingin. Untuk minumannya sendiri tersedia beberapa menu dengan bahan dasar kopi seperti americano, cappucino, carmelito, cafe aulait. mocachino, vanila latte, cinnamon latte, dan juga papermint latte. Ada juga minuman berbahan non-kopi seperti chocolate, cheesecake, nuttie orame, white menthol, bubblegum, pineapple mint, fresh juice, milk tea, green tea latte dan mojito.


Minuman yang biasa saya pesan di Peacock Coffee ini adalah ice cappucino. Menurut saya sih komposisi cappucino di sini cukup pas di mulut saya, walaupun notabennya saya bukan seorang penikmat kopi yang addict. Hanya saja terkadang ada bahan racikan yang saya kurang tahu apa namanya yang sedikit memberikan sensasi "keras" di tenggorokan, semacam ketika kita minum soda. Aroma dari cappucino di Peacock Coffee ini juga cukup khas. Manisnya pun juga pas, jika kurang manis, silahkan tambahkan gula sendiri.


Menu lain yang pernah saya pesan adalah ice bubblegum. Minuman yang satu ini sih sepertinya campuran dari sirup orange dipadukan dengan sirup berwarna merah (mungkin saja sirup cocopandan). Rasanya sih kecut-kecut segar, pas jika diminum pada siang hari dengan cuaca yang panas. Namun, jujur saya kurang menyukai minuman yang satu ini sih.


Satu varian minuman yang paling saya suka di cafe ini adalah ice green tea latte. Perpaduan antara green tea dan susunya pas. Taste serta aroma dari si green tea masih terasa dan rasa dari campuran susu  yang cukup kental tidak terlalu mendominasi. Rasa manisnya pun juga sudah pas. Menurut saya menu ice green tea latte di sini paling juara di antara menu-menu yang lain yang pernah saya coba.



Untuk pilihan menu makanan, Peacock Coffee menyediakan beberapa varian makanan seperti apple pie, chicken lasagna, macaruni schotel, pasta chicken, calzone, banana cake, dan juga black forest. Semua menu makanan di sini dijual dengan harga yang tak kalah unik yaitu Rp 9.900,00 untuk semua varian menu. Menu makanan di sini tergolong kecil dan menurut saya termasuk dalam kategori cemilan. Menu yang jadi favorit saya di cafe ini adalah chicken lasagna dan black forest. Hanya sayang menu ini tidak setiap saat tersedia.


Selayaknya cafe-cafe kebanyakan, Peacock Coffee juga dilengkapi dengan koneksi internet wireless yang siap memanjakan pengunjungnya untuk bebas berselancar di dunia maya. Jangan khawatir jika baterai laptop habis, cafe ini sudah dilengkapi dengan colokan power listrik sehingga semakin memanjakan pengunjung untuk berselancar ria di dunia maya. Bagi Anda yang datang sendirian tak perlu khawatir kesepian maupun jadi pusat perhatian pengunjung lain, cafe ini tergolong kecil kok jadi tidak terlalu crowded oleh pengunjung. Saya sendiri pun sering sekali datang ke cafe ini sendirian sekedar mencari suasana baru untuk menulis maupun mengerjakan tugas. Cafe ini pun buka 24 jam, jadi kapan saja Anda butuh tempat untuk ngopi atau sekedar menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang membutuhkan koneksi internet, tak ada salahnya untuk menyambangi tempat ngopi yang satu ini.


keterangan :
Peacock Coffee with a new concept sekarang pindah di bilangan Jalan Palagan, arah menuju Hotel Hyatt