Di antara hamparan halaman depan yang luas serta arsitektur bangunan yang unik, tempat ini menyimpan koleksi berbagai jenis wayang yang memiliki nilai seni, budaya, sejarah serta filosofi hidup yang tak ternilai harganya.
Banyak acara di televisi yang mengangkat tema seni dan budaya nusantara sekarang ini memang seolah kembali mengingatkan kepada generasi muda kita untuk kembali mencintai dan juga mempelajari seni dan budaya daerah kita yang beragam. Salah satu acara yang cukup menyita perhatian saya adalah World of Wayang yang ditayangkan oleh Kompas TV setiap hari Minggu pukul 11.30 siang. Acara tersebut memang mengupas dunia pewayangan secara mendalam, baik wayang klasik dengan pakem yang paten, maupun wayang kreasi dengan sentuhan modifikasi baik dalam tokoh, jalan cerita, cara penyampaian, maupun tampilan pagelarannya sehingga menarik minat dan perhatian penonton, khususnya kawula muda untuk kembali mengenal budayanya.
Yogyakarta memiliki sebuah museum yang menyimpan koleksi tentang seni dan budaya tradisional khusunya mengenai kesenian wayang. Museum Wayang Kekayon, sebuah museum milik perseorangan dengan tujuan untuk preservasi kebudayaan tradisional. Museum ini cukup mudah ditemukan, terletak tepat di pinggir jalan raya Wonosari yang merupakan jalur utama yang menghubungkan Yogyakarta dengan daerah Gunung Kidul. Museum ini mulai didirikan pada tahun 1990 oleh Prof. Soejono Prawirohadikusumo, seorang dokter spesalis kesehatan jiwa. Setahun kemudian, tepatnya pada 5 Januari 1991, museum ini diresmikan oleh Gubernur DIY dan kemudian resmi dibuka untuk umum. Hingga kini, pengelolaan Museum Wayang Kekayon ini dibawah naungan RM Doni Megananda, putra dari Prof. Soejono.
Memasuki kompleks Museum Wayang Kekayon ini kita akan disambut dengan halaman depan yang cukup luas dengan pepohonan yang rindang. Di antara halaman yang luas tersebut terdapat sebuah bangunan joglo dengan ornamen Jawa klasik yang unik. Awalnya saya mengira jika letak museum wayang di bangunan unik ini, namun ternyata saya salah. Bangunan klasik dengan ornamen unik ini merupakan gedung yang disewakan untuk pertemuan seperti acara resepsi pernikahan, dan juga digunakan sebagai tempat untuk pagelaran wayang.
Memasuki area berikutnya yaitu di bagian taman, kita akan disambut dengan beberapa bangunan yang merepresentasikan sejarah perkembangan zaman, khususnya di Indonesia. Kita akan menjumpai miniatur bangunan-bangunan yang cukup terkenal di Indonesia, seperti miniatur bangunan tempat pemujaan warga Tionghoa, miniatur Menara Kudus, hingga miniatur kompleks pancuran bidadari. Semua bangunan miniatur tersebut erat kaitannya dengan sejarah peradaban Indonesia. Miniatur Menara Kudus misalnya menandakan masuknya kejayaan Islam di Nusantara setelah runtuhnya peradaban Hindu-Budha. Lain halnya dengan kompleks pancuran bidadari yang melambangkan masuknya zaman Kolonialisme Belanda menjajah wilayah Indonesia
Oke, selesai menikmati bagian luar museum, saatnya memasuki ruangan tempat menyimpan berbagai koleksi wayang. Koleksi wayang di museum ini dibagi ke dalam beberapa ruangan. Masing-masing ruangan menyuguhkan koleksi yang beragam dan sudah dibagi ke dalam kluster-kluster. Ruangan 1 misalnya digunakan untuk menyimpan koleksi wayang purwo dengan gaya Yogyakarta. Ruangan 2 digunakan untuk menyimpan koleksi wayang purwo gaya Surakarta. Selain jenis wayang tersebut, museum ini juga menyimpan aneka macam koleksi seperti wayang madya dan wayang gedog, wayang klitik, wayang krucil, wayang beber, wayang Bali, wayang golek dan sebagainya. Menurut saya, ada beberapa koleksi wayang yang unik di museum ini. Adanya wayang kancil yang menceritakan cerita anak paling fenomenal sepanjang masa yaitu kancil mencuri timun. Ada pula wayang yang menceritakan tentang kisah Nabi Isa yang disebut dengan wayang kerasul. Ada pula wayang yang diadopsi dari negara tetangga, seperti wayang potehi yang berasal dari kebudayaan China.
Selain koleksi wayang-wayang klasik yang menceritakan kisah Mahabarata dan juga wayang kontemporer yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari, Museum Wayang Kekayon juga memiliki koleksi yang tak kalah menarik seperti berbagai macam topeng dari daerah. Selain itu ada juga beberapa koleksi patung wayang yang merepresentasikan wayang wong, seperti tokoh Rama, Dewi Sinta, dan Rahwana. Satu hal yang menjadi favorit saya selama mengunjungi museum ini adalah miniatur pagelaran wayang kulit lengkap dengan kelompok karawitan yang mengiringi jalannya pagelaran pewayangan.
Dari segi koleksi, Museum Wayang Kekayon ini memiliki koleksi yang cukup beragam dan boleh dikatakan cukup lengkap. Kita dapat menggali ilmu mengenai dunia pewayangan di Indonesia, mengenal berbagai jenis wayang, hingga proses pembuatannya. Banyak pengetahuan mengenai kebudayaan yang kita dapatkan setelah menjelajahi museum ini. Hanya satu hal yang mungkin cukup disayangkan, museum ini belum memiliki pemandu yang memberikan informasi langsung kepada pengunjung yang datang. Ya, menurut saya dengan adanya interaksi langsung yang baik dengan pengunjung, akan memberikan kesan tersendiri bagi siapa pun yang pernah mengunjunginya. Selain itu media promosi yang baik juga diharapkan akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke museum ini. Sangat disayangkan jika museum yang memiliki koleksi yang bagus serta memiliki nilai historis serta edukasi yang tinggi ini dibiarkan begitu saja.
keterangan :
harga tiket Museum Wayang Kekayon
pelajar/umum : Rp 7.000,00
WNA : Rp 10.000,00
kamera : Rp 10.000,00
kontak : 0274 2672900 / 0811255151
jam buka :
dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB
Banyak acara di televisi yang mengangkat tema seni dan budaya nusantara sekarang ini memang seolah kembali mengingatkan kepada generasi muda kita untuk kembali mencintai dan juga mempelajari seni dan budaya daerah kita yang beragam. Salah satu acara yang cukup menyita perhatian saya adalah World of Wayang yang ditayangkan oleh Kompas TV setiap hari Minggu pukul 11.30 siang. Acara tersebut memang mengupas dunia pewayangan secara mendalam, baik wayang klasik dengan pakem yang paten, maupun wayang kreasi dengan sentuhan modifikasi baik dalam tokoh, jalan cerita, cara penyampaian, maupun tampilan pagelarannya sehingga menarik minat dan perhatian penonton, khususnya kawula muda untuk kembali mengenal budayanya.
Yogyakarta memiliki sebuah museum yang menyimpan koleksi tentang seni dan budaya tradisional khusunya mengenai kesenian wayang. Museum Wayang Kekayon, sebuah museum milik perseorangan dengan tujuan untuk preservasi kebudayaan tradisional. Museum ini cukup mudah ditemukan, terletak tepat di pinggir jalan raya Wonosari yang merupakan jalur utama yang menghubungkan Yogyakarta dengan daerah Gunung Kidul. Museum ini mulai didirikan pada tahun 1990 oleh Prof. Soejono Prawirohadikusumo, seorang dokter spesalis kesehatan jiwa. Setahun kemudian, tepatnya pada 5 Januari 1991, museum ini diresmikan oleh Gubernur DIY dan kemudian resmi dibuka untuk umum. Hingga kini, pengelolaan Museum Wayang Kekayon ini dibawah naungan RM Doni Megananda, putra dari Prof. Soejono.
Memasuki kompleks Museum Wayang Kekayon ini kita akan disambut dengan halaman depan yang cukup luas dengan pepohonan yang rindang. Di antara halaman yang luas tersebut terdapat sebuah bangunan joglo dengan ornamen Jawa klasik yang unik. Awalnya saya mengira jika letak museum wayang di bangunan unik ini, namun ternyata saya salah. Bangunan klasik dengan ornamen unik ini merupakan gedung yang disewakan untuk pertemuan seperti acara resepsi pernikahan, dan juga digunakan sebagai tempat untuk pagelaran wayang.
Memasuki area berikutnya yaitu di bagian taman, kita akan disambut dengan beberapa bangunan yang merepresentasikan sejarah perkembangan zaman, khususnya di Indonesia. Kita akan menjumpai miniatur bangunan-bangunan yang cukup terkenal di Indonesia, seperti miniatur bangunan tempat pemujaan warga Tionghoa, miniatur Menara Kudus, hingga miniatur kompleks pancuran bidadari. Semua bangunan miniatur tersebut erat kaitannya dengan sejarah peradaban Indonesia. Miniatur Menara Kudus misalnya menandakan masuknya kejayaan Islam di Nusantara setelah runtuhnya peradaban Hindu-Budha. Lain halnya dengan kompleks pancuran bidadari yang melambangkan masuknya zaman Kolonialisme Belanda menjajah wilayah Indonesia
Oke, selesai menikmati bagian luar museum, saatnya memasuki ruangan tempat menyimpan berbagai koleksi wayang. Koleksi wayang di museum ini dibagi ke dalam beberapa ruangan. Masing-masing ruangan menyuguhkan koleksi yang beragam dan sudah dibagi ke dalam kluster-kluster. Ruangan 1 misalnya digunakan untuk menyimpan koleksi wayang purwo dengan gaya Yogyakarta. Ruangan 2 digunakan untuk menyimpan koleksi wayang purwo gaya Surakarta. Selain jenis wayang tersebut, museum ini juga menyimpan aneka macam koleksi seperti wayang madya dan wayang gedog, wayang klitik, wayang krucil, wayang beber, wayang Bali, wayang golek dan sebagainya. Menurut saya, ada beberapa koleksi wayang yang unik di museum ini. Adanya wayang kancil yang menceritakan cerita anak paling fenomenal sepanjang masa yaitu kancil mencuri timun. Ada pula wayang yang menceritakan tentang kisah Nabi Isa yang disebut dengan wayang kerasul. Ada pula wayang yang diadopsi dari negara tetangga, seperti wayang potehi yang berasal dari kebudayaan China.
Selain koleksi wayang-wayang klasik yang menceritakan kisah Mahabarata dan juga wayang kontemporer yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari, Museum Wayang Kekayon juga memiliki koleksi yang tak kalah menarik seperti berbagai macam topeng dari daerah. Selain itu ada juga beberapa koleksi patung wayang yang merepresentasikan wayang wong, seperti tokoh Rama, Dewi Sinta, dan Rahwana. Satu hal yang menjadi favorit saya selama mengunjungi museum ini adalah miniatur pagelaran wayang kulit lengkap dengan kelompok karawitan yang mengiringi jalannya pagelaran pewayangan.
Dari segi koleksi, Museum Wayang Kekayon ini memiliki koleksi yang cukup beragam dan boleh dikatakan cukup lengkap. Kita dapat menggali ilmu mengenai dunia pewayangan di Indonesia, mengenal berbagai jenis wayang, hingga proses pembuatannya. Banyak pengetahuan mengenai kebudayaan yang kita dapatkan setelah menjelajahi museum ini. Hanya satu hal yang mungkin cukup disayangkan, museum ini belum memiliki pemandu yang memberikan informasi langsung kepada pengunjung yang datang. Ya, menurut saya dengan adanya interaksi langsung yang baik dengan pengunjung, akan memberikan kesan tersendiri bagi siapa pun yang pernah mengunjunginya. Selain itu media promosi yang baik juga diharapkan akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke museum ini. Sangat disayangkan jika museum yang memiliki koleksi yang bagus serta memiliki nilai historis serta edukasi yang tinggi ini dibiarkan begitu saja.
keterangan :
harga tiket Museum Wayang Kekayon
pelajar/umum : Rp 7.000,00
WNA : Rp 10.000,00
kamera : Rp 10.000,00
kontak : 0274 2672900 / 0811255151
jam buka :
dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar