Jumat, 29 November 2013

Luasnya negara Indonesia

Indonesia merupakan negara yang luas. Jika hanya diukur dari luas daratannya saja Indonesia berada di peringkat 15 negara terluas di dunia. Namun Indonesia bukan saja terdiri dari daratan saja tapi juga memiliki wilayah yang berupa lautan. Luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya. Wilayah laut Indonesia dibagi menjadi 3 bagian yakni laut teritorial sejauh 12 mil, Zona Tambahan sejauh 24 mil dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil.

Kalau ditotal luas daratan dengan luas laut Indonesia maka Indonesia ternyata sangat luas. Total luas wilayah indonesia adalah 7.9 juta km² yang terdiri dari 1.8 juta km² wilayah daratan dan 3.2 juta km² wilayah laut teritorial serta 2.9 juta km² laut perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Panjang Indonesia dari barat ke timur juga sangat panjang. Indonesia terbentang sepanjang 5150 km dari Samudera Indonesia hingga Samudera Pasifik. 

Untuk mengukur betapa luas (darat dan lautnya) dan panjangnya (dari barat ke timur) Indonesia dengan negara lainnya kita bisa menumpangkan peta Indonesia dengan peta beberapa negara besar atau benua. Kita bisa menggunakan tool di overlapmaps.com untuk membandingkan luas Indonesia dengan luas negara lainnya.

 
Luas Indonesia dibandingkan dengan luas Amerika Serikat


Peta Indonesia jika ditumpangkan di atas peta Amerika Serikat maka akan terlihat Indonesia membentang dari Laut Pasifik di barat daratan Amerika Serikat sampai Laut Atlantik di timur daratan Amerika Serikat.  Jarak ujung barat Indonesia ke ujung Timur Indonesia bisa sama dengan jarak California ke Bermuda.


Luas Indonesia dibandingkan dengan luas Australia

Peta Indonesia ditumpangkan di atas peta Australia, terlihat panjang Indonesia melewati ukuran panjang dari barat ke timur Australia.


Luas Indonesia dibandingkan dengan luas India

Peta Indonesia ditumpangkan di atas peta India, terlihat panjang Indonesia beberapa kali panjang India. Panjang Indonesia hampir sama dengan jarak Pakistan ke Laut China Selatan.


Luas Indonesia dibandingkan dengan luas China

Peta Indonesia ditumpangkan di atas peta China, terlihat panjang Indonesia dari barat China bisa sampai ke kepulauan Jepang.



Luas Indonesia dibandingkan dengan luas Eropa

Peta Indonesia ditumpangkan di atas peta Eropa terlihat wilayah Indonesia membentang dari Inggris di barat sampai ke Laut Kaspia di timur.

Negara Indonesia yang membentang dari 6˚08΄ LU hingga 11˚15΄ LS, dan dari 94˚45΄ BT hingga 141˚05΄ BT ternyata merupakan negara yang luas. Wilayah Indonesia dengan lautnya kurang lebih sama dengan luas wilayah Eropa atau hampir sama dengan luas Amerika Serikat dan Australia. Jika kita ingin berangkat dari ujung barat Indonesia ke timur Indonesia itu bisa hampir sama dengan kita melakukan perjalanan melintasi benua Eropa. Jika kita ingin ke Papua dari Aceh itu bisa hampir sama jaraknya jika kita ingin terbang dari Jakarta ke Jepang. Bisa dibayangkan betapa luasnya Indonesia ini.

Kamis, 28 November 2013

Sehari Bersama Surabaya Heritage Track (Part I)

Surabaya bagian utara memang menyimpan banyak bangunan-bangunan bersejarah peninggalan jaman Kolonialisme Belanda yang masih terawat hingga sekarang ini. Ingin berkeliling Surabaya Utara sambil menikmati bangunan-bangunan bersejarah secara gratis? Surabaya Heritage Track lah jawabannya !


Lalu-lalang kendaraan bermotor menyambut kedatangan saya di Jalan Rajawali, Surabaya pagi itu. Bus kota pun mulai bergerak menuju daerah sekitaran Jembatan Merah Plaza (JMP) sebelum saya akhirnya turun di sana. Ini adalah kali kedua saya menginjakkan kaki di kawasan ini. Kondisinya pun masih terlihat sama, jalan raya dengan jalur searah yang diapit oleh bangunan-bangunan kuno bergaya arsitektur Belanda yang terlihat sangat khas. Tujuan saya kali ini ingin kembali mengunjungi Museum House of Sampoerna. Bukan untuk berkeliling menikmati koleksi museumnya, melainkan ingin menikmati tour bersama Surabaya Heritage Track.


Dalam sehari, Museum House of Sampoerna mengadakan kegiatan Surabaya Heritage Track selama tiga kali. Berhubung saya berkunjung pada hari biasa, maka rute yang digunakan dalam tour  merupakan rute pendek, di mana dalam sekali tour memakan waktu sekitar satu jam perjalanan. Sayang, untuk jadwal tour jam 09.00 pagi saya tidak kebagian tiket. Pada akhirnya pun saya memesan tiket untuk trip selanjutnya pada pukul 13.00 dan ditawari untuk langsung mengikuti trip pada pukul 15.00.


Pemberhentian pertama trip siang itu adalah Gedung Cerutu dan Gedung Internatio yang berada di sekitaran kawasan Jembatan Merah Plaza. Dinamakan Gedung Cerutu karena bentuk menara bangunan yang mirip seperti cerutu. Gedung yang didirikan sekitar tahun 1916 ini pernah ditempati oleh perusahaan gula serta perusahaan ban Bridgestone. Sedangkan Gedung Internatio merupakan gedung yang dahulunya digunakan oleh perusahaan perkebunan dan perbankan milik Belanda. Gedung ini memiliki nama lengkap yaitu Gedung Internationale Credit en Handelsvereening "Rotterdam". Gedung ini pula yang menjadi "saksi bisu" terbunuhnya Brigjend Mallaby di Sekitar Jembatan Merah pada saat pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan.


Pemberhentian selanjutnya adalah Klenteng Hok Ang Kiong, sebuah bangunan klenteng tertua yang ada di Kota Surabaya. Klenteng ini berada di Jalan Coklat, salah satu kawasan pecinan di daerah Surabaya Utara. Semua tracker (sebutan untuk peserta Surabaya Heritage Track) pun dipersilahkan untuk turun dari bus dan berkeliling di area klenteng selama kurang lebih 15 menit. Klenteng ini digunakan untuk tempat peribadatan dan penghormatan kepada Makcho, dewi pelindung pelaut dan nelayan. Setelah selesai berkeliling di Klenteng Hok Ang Kiong, pasa tracker pun kembali diajak berkeliling di kawasan pecinan Kota Surabaya ini. Selama berkeliling di kawasan pecinan ini pemandu menunjukkan tiga rumah abu yang hingga kini masih digunakan. Rumah abu tersebut antara lain milik keluarga Tjoa, keluarga The, dan keluarga Han.




Tujuan trip selanjutnya adalah menyusuri daerah Kembang Jepun yang menjadi salah satu pusat kegiatan perdagangan di Kota Surabaya. Kali ini para trackers diajak untuk masuk dan berkeliling di Museum Bank Mandiri yang terletak di kawasan Kembang Jepun ini. Bangunan ini dahulunya merupakan bekas bangunan Nedherlandsch-Indische Escompto Maatschappij, yaitu sebuah bank yang berdinas di beberapa kota besar di kawasan Hindia-Belanda. Di museum ini dipamerkan beberapa peralatan perkantoran yang digunakan untuk kegiatan perbankan, antara lain seperti mesin ketik, komputer-komputer jadul, hingga mesin untuk mem-back up data yang sebesar piringan hitam. Di museum ini juga dipemarkan dokumen-dokumen penting arsip perbankan, seperti surat-surat berharga hingga buku tabungan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Di bagian lain dari museum ini lebih banyak dipamerkan foto-foto yang menggambarkan suasana kota Surabaya pada tempo dulu serta kegiatan karyawan Bank Dagang Negara "Kembang Jepoen" dari tahun 1960-1990-an.


Selesai berkeliling di dalam Museum Bank Mandiri Kembang Jepun, para trackers pun diajak kembali untuk naik ke dalam bus. Perjalanan pun dilanjutkan melewati daerah Ampel yang terkenal sebagai perkampungan Arab. Setelah melewati kawasan Ampel, sang pemandu pun memberi tahu ada sebuah jembatan unik yang berada di Surabaya utara ini. Adalah Jembatan Petekan, sebuah jembatan yang dapat dibuka dan ditutup. Jembatan ini menjadi gerbang masuk kapal-kapal dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju Kota Surabaya melewati aliran Sungai Kalimas. Nama jembatan ini diambil dari cara untuk menutup dan membuka jembatan dengan menekan tombol, di mana dalam bahasa Jawa disebut dengan petekan. Sayang, jembatan Petekan kini sudah rusak dan tidak dapat dibuka maupun ditutup kembali. Jika ditarik sedikit kesimpulan, pada jaman dahulu kawasan utara Surabaya memiliki penduduk yang beragam. Mulai dari etnis Tionghoa, keturunan Arab, orang Belanda, hingga penduduk pribumi hidup bersama di satu kawasan, walaupun memang pada jaman penjajahan dulu terdapat "pengkaplingan" wilayah. Ah, Surabaya Heritage Track selalu memberikan nuansa baru mengelilingi tempat-tempat bersejarah di kawasan Surabaya utara.

Senin, 18 November 2013

TIPS BERLIBUR SAAT MUSIM HUJAN

Sekarang untuk kawasan Indonesia sudah memasuki musim penghujan. Musim hujan sudah barang tentu akan diwarnai dengan hujan yang tidak menentu bisa ringan atau bahkan lebat, dan tidak jarang di beberapa kawasan kota terjadi genangan air dan banjir. Nah bagi Anda yang sudah jauh-jauh hari merencanakan liburan dan kebetulan bertepatan dengan kondisi cuaca seperti saat ini tidak salahnya Anda mempersiapkan diri agar liburan Anda dapat lebih berkesan.

Berikut beberapa Tips berlibur Saat Musim Hujan yang layak Anda perhatikan agar Liburan Berkesan seperti yang saya kutip dari postingan salah satu member forum online, silahkan disimak :

Kenali Dengan Baik Daerah Tujuan Wisata
Anda perlu cari informasi mengenai situasi dan kondisi daerah tujuan Anda, terutama pada saat musim hujan. Jangan sampai nanti pas Anda kesana justru kejebak banjir / tanah longsor. Untuk tempat Wisata Kota Sabang, info lokasi wisata yang layak Anda kunjungi banyak saya posting di blog kesayangan kita ini SabangIsland silahkan jelajah postingan sebelumnya

Pastikan Menginap di Tempat Aman dan Tertutup
Pilih penginapan yang memiliki akses aman dari banjir dengan bangunannya yang terawatt dengan baik. Anda dapat bertanya kepada rekan yang sudah pernah menginap atau berlibur ke tempat tersebut atau mencari sendiri info di internet. Untuk Kota Sabang tersedia beragam tempat penginapan yang layak baik dipusat kota maupun ke pesisir mulai dari Iboh, Gapang, Pantai Kasih, Sumur Tiga, Anoi Itam dan daerah lainnya

Persiapkan Kondisi Fisik
Istirahat yang cukup dan lakukan olahraga ringan untuk menjaga kebugaran. Bila Anda berkunjung ke Sabang, kondisi fisik perlu anda persiapkan terutama kemampuan badan untuk menahan terpaan angin laut yang akan saban hari Anda nikmati saat berada disini.

Obat-obatan Pribadi
Persiapkan obat-obatan yang Anda butuhkan, terutama dengan penyakit yang sering terjadi di musim hujan seperti, flu, sakit kepala, batuk, dll. Untuk Anda yang punya alergi dengan udara, jangan lupa untuk bawa obat alerginya dan tidak ada salahnya Anda bawa minyak angin/minyak kayu putih/balsem untuk mengobati pusing yang diakibatkan masuk angin.

Pakaian Hangat & Payung
Jangan lupa membawa beberapa pakaian hangat seperti sweater atau jaket plus kaos kaki (kecil tapi manfaatnya lumayan besar saat musim hujan, biar tak masuk angin). tentunya payung merupakan benda wajib yang harus disertakan untuk melindungi diri dari hujan, alternative lainnya adalah membawa topi atau jas hujan.

Sekian dulu postingan Tentang Tips Berlibur Saat Musim Hujan, sebenarnya masih banyak hal lain yang perlu menjadi perhatian kita bila ingin berwisata saat musim penghujan, semoga bermanfaat.

Sumber Artikel : http://www.kaskus.co.id

Minggu, 10 November 2013

Cap Sikeureung Sultan Aceh yang terakhir.

Setiap Sultan atau Sultanah (Ratu) yang memerintah di Aceh selalu menggunakan sebuah Cap resmi kesultanannya, yang didalam bahasa Aceh disebut Cab Sikureung (Cap Sembilan). Pemberian nama ini didasarkan kepada bentuk stempel itu sendiri yang mencantumkan nama sembilan orang Sultan dan nama Sultan yang sedang memerintah itu sendiri terdapat di tengah-tengah.



Cap Sikureung (Kulit luar) bermakna 9 Sultan :

1. Paling Atas
Sultan Ahmad Syah, yakni Raja pertama Dinasti Aceh-Bugis yang terakhir, 1723-1735, adalah Sultan yang ke-XX, sebelum tahun 1723 disebut  dengan gelar Maharadja Lela (Melayu)
2. Kanan Atas
Sultan Djauhan Syah, yakni Putera Raja sebelumnya, 1735-1760, adalah Sultan ke-XXI, bergelar Raja Muda
3. Paling Kanan
Sultan Mahmud Syah, yakni Muhammad atau Mahmoud Syah I, Cucu Sultan Ahmad Syah, 1760-1763, adalah Sultan ke-XXII
4. Kanan Bawah
Sultan Djauhar 'Alam, yakni Cicit laki-laki Sultan Ahmad Syah, 1795-1824, adalah Sultan ke-XXVII
5. Paling Bawah
Sultan Manshur Syah, yakni Putera Djauhar Alam, sekitar 1857-1870, adalah Sultan ke-XXVIII
6. Kiri Bawah
Sultan Said-al-Mukamal, yakni Alauddin al-Qahhar, 1530-1557, adalah Sultan Aceh ke-III
7. Paling Kiri
Sultan Meukuta Alam, yakni Sultan Iskandar Muda, 1607-1636, adalah Sultan Aceh ke-XI
8. Kiri Atas
Sultan Tadjul 'Alam, yakni Ratu Safiatuddin, Sultan wanita pertama Aceh, 1641-1675, adalah Sultan ke-XIII (Puteri Iskandar Muda)
9. Tengah
Waffaa-Allah Paduka Seri Sultan Alauddin muhammad Daud Syah Djohan Berdaulat zil-Allah fil'Alam, yakni adalah Sultan Muhammad Daud Syah, 1879-1903, Sultan Aceh yang terakhir.

Pada Segel-segel Sultan Aceh, tiga tempat diperuntukkan kepada raja-raja yang memerintah dari dinasti sebelumnya. Lima tempat diperuntukkan pada Raja-raja keluarga sendiri, dan yang satu dari yang 5 adalah raja pendiri dan dinastinya. Dan yang terletak di tengah-tengah yaitu Sultan atau Sultanah (Ratu) yang sedang memerintah. (Penjelasan Cap Sikureung ini berdasarkan stempel terakhir milik Kerajaan Aceh).

Sumber : DPR Aceh

Sabtu, 09 November 2013

Puteri Lindung Bulan Dari Kerajaan Benua Tamiang

Puteri Lindung Bulan yang juga disebut Puteri Sri Kandee Negeri adalah puteri Raja Muda Sedia yang memerintah Negeri Benua Tamieng(negara bagian dari Kerajaan Islam Perlak) dalam tahun 735 - 800 H (1353 - 1398 M). Sekalipun tidak memegang salah satu jabatan dalam pemerintahan, namun di belakang layar, Puteri Lindung Bulan telah membantu ayahnya dalam berbagai urusan kerajaan, yang pada hakekatnya adalah sebagai Perdana Menteri dalam pekerjaannya. Ketika angkatan perang Majapahit di bawah pimpinan Patih Nala telah menduduki Pulau Kampey pada tahun 779 H (1377 M), lalu mengirim utusan kepada Raja Muda Sedia di kota Masmani untuk meminta agar Negeri Benua Tamieng tunduk kepada Kerajaan Majapahit dan Puteri Lindung Bulan diserahkan kepada Raja Hayam Wuruk sebagai persembahan.

Sebagai seorang muslim Raja Muda Sedia menolak permintaan itu, dan sebagai seorang muslimat sudah tentu Puteri Lindung Bulan tidak mau diserahkan kepada Raja Majapahit yang "bukan Islam". Akibatnya Patih Nala menyerang Negeri Benua Tamieng dimana terjadi pertempuran yang hebat di kota Masmani yang dipertahankan oleh tentara Benua di bawah pimpinan Lakseumana Kantom Mano.

Kota Masmani direbut, Raja Muda Sedia dan permaisurinya melarikan diri ke kota Peunaron, namun Puteri Lindung Bulan membiarkan diri ditawan oleh Patih Nala dengan tujuan hanya sebagai suatu siasat. Dengan suatu tipu daya dari Puteri Lindung Bulan, maka beberapa waktu kemudian angkatan perang Negeri Benua dapat merebut kembali kota Masmani yang telah hancur, dan Puteri Lindung Bulan dibebaskan, setelah serangan tiba-tiba tengah malam yang dilakukan oleh Lakseumana Kantom Mano. Karena kecewa tidak dapat menaklukkan Negeri Benua dan menyerahkan Puteri Lindung Bulan sebagai persembahan kepada Prabu Hayam Wuruk, maka Patih Nala melanjutkan perang perluasan kerajan Majapahit ke wilayah kerajaan Islam Perlak dan Samudera Pasai. Namun sementara itu terdengar berita bahwa Prabu Hayam Wuruk meninggal dunia, semangat perang Patih Nala menjadi patah, dan dengan tergesa-gesa ia menarik angkatan perangnya dari Perlak dan Pasai untuk kembali ke Majapahit.

Sumber : Meukeutop - Aceh on history and culture

Rencong Aceh Kenangan abadi Sampai Kiamat

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (Menkertrans RI), Muhaimin Iskandar, mengaku bangga menjadi tamu kehormatan dalam rangkaian memperingati HUT Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh ke 14. Bahkan, Muhaimin mengaku dengan pemberian sebilah rencong oleh Bupati Bireuen, Ruslan M Daud, rencong tersebut akan ia simpan dan menjadi kenangan abadi sampai kiamat."Rencong ini akan menjadi kenangan abadi saya sampai kiamat," ujar Muhaimin, Kamis (7/11) saat memberi 'sekapur sirih', disambut tepuk tangan, usai penyambutan dengan semarak dengan bendera Merah Putih yang dilambaikan para pelajar Bireuen disepanjang jalan menuju Meuligoe Bireuen, dan prosesi adat.

Kehadiran Muhaimin, yang didampingi oleh Roma Irama, ia sampaikan dalam rangka Kunjungan Kerja (Kungker) dan Tabligh Akbar Roma Irama, dan menyambung kerja sama membangun Aceh serta senantiansa terus berusaha agar pembangunan yang dilaksanakan di Aceh akan diselenggarakan dengan sebaik-baiknya."Kehadiran Kungker ini lengkap. Selain didampingi Roma Irama, juga seluruh Dirjen, untuk melihat lebih jauh, apakah pembangunan yang kita lakukan dan Sumber Daya Manusia yang kita miliki siap mengarungi semua tantangan," katanya. Dalam Kungker ini, turut dihadiri Wakil Ketul MPR IR, Farhan Hamid, beserta pejabat teras setempat.

Sebelumnya, Menakertrans RI, dan Roma Irama serta Farhan Hamid, tiba di Bandara Malikussaleh Lhokseumawe, sekira pukul 13.00 Wib. Turun dari pesawat, mereka telah disambut dengan tarian tradisional Aceh. Begitu pula tiba di Meuligoe Bireuen, Muhaimin Iskandar dan Roma Irama turut 'nyawer' kepada penari. Bupati Bireuen, Ruslan M Daud, dalam laporannya mengatakan, Kabupaten yang ia pimpin lahir pada 12 Oktober 1999. Di usia yang ke 14 ini, kata Ruslan, Kota Juang itu akan terus berbenah diri mensehjaterakan rakyat.

Sementara, salah seorang warga Bireuen, Endri, kepada Rakyat Aceh mengaku senang dengan kehadiran Roma Irama. "Saya masih ingat, tahun 1976, saat saya masih kecil, Roma Irama sudah pernah datang ke Bireuen dan konser di stadion Cut Gapu. Semua lagu ia nyanyikan, termasuk lagu Begadang Jangan Begadang," katanya antusias, dan berharap dapat berfose bersama dengan Raja Dangdut itu. Begitu pula sejumlah warga, rela berdiri diluar pagar demi melihat kehadiran Pejabat Teras RI tersebut dan Raja Dangdut Indonesia.

Sumber : Rakyat Aceh Bireuen 8 November 2013

HoTeL BeRBiNTaNG 4 Di BaNDa aCeH



  • Grand Nanggroe Hotel: Jl. Tgk. Imum Lueng Bata, Banda Aceh. Phone: +62 651 35788 & 35779. Website: www.grandnanggroehotel.com | Email: reserv@grandnanggroehotel.com
  • Griya Indah Pratama Hotel Jl. Taman Makam Pahlawan II No. 2 Peuniti. Phone: +62 651 21056
  • Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
  • Hotel Cakra Donya: Jl. Khairil Anwar. Phone: +62 651 33623, 33203, 23735
  • Hotel Kartika: Jl. Nyak Adam Kamil IV No.1. Phone: +62 651 31205, 23629, 44202, 32029
  • Hotel Kuala Raja: Jl. T. Nyak Arif  (Depan Rumah Sakit Zainal Abidin). Phone: +62 651 29687, 536033
  • Hotel Madinah: Jln. Tgk. H. M. Daud Beureueh Lampriet Kel. Bandar Baru Kec. Kuta Alam Banda Aceh
  • Hotel Madinah: Jln. T Daud Beureueh, Banda Aceh. Phone: +62 651 21415 & 21416
  • Hotel Lading: J1. Cut Meutia No.19 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 638321 & 635123. Website: http://www.ladinghotelaceh.com | E-mail. hotel.lading@gmail.com
  • Hotel Medan: Jalan Ahmad Yani No. 17 Peunayong, Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21501
  • Hotel Palembang: Jl. Chairil Anwar No. 49. Phone: +62 651 22044
  • Hotel Parapat: Jl. Jend. Ahmad Yani No. 19. Phone: +62 651  22159
  • Hotel Paviliun Seulawah:  Jl. Prof. A. Madjid Ibrahim Ii No. 3. Phone: +62 651 22788 – 22872
  • Hotel Rajawali:  Jl. Sisingamangaraja No. 213 Banda Aceh. Phone: (0651) 23039, 32618, 7428482
  • Hotel Rasa Mala Indah Jl. Teuku Umar No. 257 Seutui Banda Aceh. Phone: +62 651  41983
  • Hotel Siwah: Jl. Twk. Muhammad Daudsyah No.18 – 20 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21126 – 21128
  • Hotel 61: Jl. Tengku Panglima Polem No. 28, Peunayong – Banda Aceh. Phone: +62 651 638866. Website: http://hotel61.co.id/front.php | Email: reservation@hotel61.co.id | YM ID: hotel61_aceh@yahoo.com
  • Hotel Sultan: Jl.  Sultan Hotel No.1, Peunayong. Phone: +62 651 22469, 31770
  • Hotel Taman Tepi Laut: Jl. Banda Aceh-Meulaboh Km 17,55 Lhoknga. Phone: +62 651 44203, 21501
  • Hotel Wisata : Jl. Jend. A. Yani No. 19-21 Banda Aceh. Phone: +62 651  21834
  • Hotel  UKM : Jln. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 71 Banda Aceh. . Phone: +62 651 28284
  • Sultan Hotel: Jalan Hotel Sultan No. 1 Jalan Jend. A. Yani No. 17, Banda Aceh 23122.
  • The Padé Hotel: Jl. Soekarno Hatta No. 1, Desa Daroy Kameu, Kecamatan Kameu, NAD. Phone: +62 651 49999. Website: http://www.thepade.com | E-mail: info@thepade.com
  • Oasis Atjeh Hotel: Jln Tengku Imuem Lueng Bata No 115 Banda Aceh 23247. Phone: +62 651 636 999 · Website : www.oasisatjehotel.com | Email: marketing@oasisatjehotel.com
  • Wisma Daka: Jl. Mujair No. 11  Lampriet Kel. Bandar Baru, Kec. Kuta Alam Banda Aceh. Telp. +62 651 – 22280
  • Wisma Diana: Jl. T. Hamzah Bendahara Kuta Alam. Phone: +62 651  636634
  • Wisma Anggrek: Jl. P. Nyak Makam no 31-32. Phone: +62 651 7551549.
  • - See more at: http://ndahsaja.com/?p=514#sthash.q1tytkKe.dpuf


    NaMa HoTeL : HeRMeS PaLaCe HoTeL ( BiNTaNG 4 )
    aLaMaT : JaLaN PaNGLiMa NYaK MaKaM,BaNDa aCeH
    TeLePoN :: +62 651 755  5888
    eMaiL : info@hermespalacehotel.com
    JuMLaH KaMaR/RooM : 159 ( 2 PReSiDeNTiaL SuiTe,8 eXeCuTiVe SuiTe, 20 JuNioR SuiTe, 12 GRaND DeLuXe,117 DeLuXe RooM )
    PReSiDeNTiaL SuiTe : RP 2.914.980,-
    eXeCuTiVe SuiTe : RP 1.577.270,-
    JuNioR SuiTe : RP 1.157.970,-
    GRaND DeLuXe : RP 898.425,-
    DeLuXe RooM : RP 758.670,-




    NaMa HoTeL : GRaND NaNGGRoe HoTeL ( BiNTaNG 4 )
    aLaMaT : JaLaN TGK. iMaM LueNG BaTa, BaNDa aCeH
    TeLePoN :: +62 651 35788 & 35779
    JuMLaH KaMaR : 82 ( 3 SuiTe RooM,15 RooM GRaND DeLuXe,64 DeLuXe RooM )
    SuiTe RooM : RP 1.785.960,-
    RooM GRaND DeLuXe : RP 892.980,-
    DeLuXe RooM : RP 637.428,-


    The Padé Hotel: Jl. Soekarno Hatta No. 1, Desa Daroy Kameu, Kecamatan Kameu, NAD. Phone: +62 651 49999. Website: http://www.thepade.com | E-mail: info@thepade.com - See more at: http://ndahsaja.com/?p=514#sthash.q1tytkKe.dpuf
    Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
    Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
    Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
    Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com


  • Grand Nanggroe Hotel: Jl. Tgk. Imum Lueng Bata, Banda Aceh. Phone: +62 651 35788 & 35779. Website: www.grandnanggroehotel.com | Email: reserv@grandnanggroehotel.com
  • Griya Indah Pratama Hotel Jl. Taman Makam Pahlawan II No. 2 Peuniti. Phone: +62 651 21056
  • Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
  • Hotel Cakra Donya: Jl. Khairil Anwar. Phone: +62 651 33623, 33203, 23735
  • Hotel Kartika: Jl. Nyak Adam Kamil IV No.1. Phone: +62 651 31205, 23629, 44202, 32029
  • Hotel Kuala Raja: Jl. T. Nyak Arif  (Depan Rumah Sakit Zainal Abidin). Phone: +62 651 29687, 536033
  • Hotel Madinah: Jln. Tgk. H. M. Daud Beureueh Lampriet Kel. Bandar Baru Kec. Kuta Alam Banda Aceh
  • Hotel Madinah: Jln. T Daud Beureueh, Banda Aceh. Phone: +62 651 21415 & 21416
  • Hotel Lading: J1. Cut Meutia No.19 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 638321 & 635123. Website: http://www.ladinghotelaceh.com | E-mail. hotel.lading@gmail.com
  • Hotel Medan: Jalan Ahmad Yani No. 17 Peunayong, Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21501
  • Hotel Palembang: Jl. Chairil Anwar No. 49. Phone: +62 651 22044
  • Hotel Parapat: Jl. Jend. Ahmad Yani No. 19. Phone: +62 651  22159
  • Hotel Paviliun Seulawah:  Jl. Prof. A. Madjid Ibrahim Ii No. 3. Phone: +62 651 22788 – 22872
  • Hotel Rajawali:  Jl. Sisingamangaraja No. 213 Banda Aceh. Phone: (0651) 23039, 32618, 7428482
  • Hotel Rasa Mala Indah Jl. Teuku Umar No. 257 Seutui Banda Aceh. Phone: +62 651  41983
  • Hotel Siwah: Jl. Twk. Muhammad Daudsyah No.18 – 20 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21126 – 21128
  • Hotel 61: Jl. Tengku Panglima Polem No. 28, Peunayong – Banda Aceh. Phone: +62 651 638866. Website: http://hotel61.co.id/front.php | Email: reservation@hotel61.co.id | YM ID: hotel61_aceh@yahoo.com
  • Hotel Sultan: Jl.  Sultan Hotel No.1, Peunayong. Phone: +62 651 22469, 31770
  • Hotel Taman Tepi Laut: Jl. Banda Aceh-Meulaboh Km 17,55 Lhoknga. Phone: +62 651 44203, 21501
  • Hotel Wisata : Jl. Jend. A. Yani No. 19-21 Banda Aceh. Phone: +62 651  21834
  • Hotel  UKM : Jln. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 71 Banda Aceh. . Phone: +62 651 28284
  • Sultan Hotel: Jalan Hotel Sultan No. 1 Jalan Jend. A. Yani No. 17, Banda Aceh 23122.
  • The Padé Hotel: Jl. Soekarno Hatta No. 1, Desa Daroy Kameu, Kecamatan Kameu, NAD. Phone: +62 651 49999. Website: http://www.thepade.com | E-mail: info@thepade.com
  • Oasis Atjeh Hotel: Jln Tengku Imuem Lueng Bata No 115 Banda Aceh 23247. Phone: +62 651 636 999 · Website : www.oasisatjehotel.com | Email: marketing@oasisatjehotel.com
  • Wisma Daka: Jl. Mujair No. 11  Lampriet Kel. Bandar Baru, Kec. Kuta Alam Banda Aceh. Telp. +62 651 – 22280
  • Wisma Diana: Jl. T. Hamzah Bendahara Kuta Alam. Phone: +62 651  636634
  • Wisma Anggrek: Jl. P. Nyak Makam no 31-32. Phone: +62 651 7551549.
  • - See more at: http://ndahsaja.com/?p=514#sthash.q1tytkKe.dpuf


  • Grand Nanggroe Hotel: Jl. Tgk. Imum Lueng Bata, Banda Aceh. Phone: +62 651 35788 & 35779. Website: www.grandnanggroehotel.com | Email: reserv@grandnanggroehotel.com
  • Griya Indah Pratama Hotel Jl. Taman Makam Pahlawan II No. 2 Peuniti. Phone: +62 651 21056
  • Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
  • Hotel Cakra Donya: Jl. Khairil Anwar. Phone: +62 651 33623, 33203, 23735
  • Hotel Kartika: Jl. Nyak Adam Kamil IV No.1. Phone: +62 651 31205, 23629, 44202, 32029
  • Hotel Kuala Raja: Jl. T. Nyak Arif  (Depan Rumah Sakit Zainal Abidin). Phone: +62 651 29687, 536033
  • Hotel Madinah: Jln. Tgk. H. M. Daud Beureueh Lampriet Kel. Bandar Baru Kec. Kuta Alam Banda Aceh
  • Hotel Madinah: Jln. T Daud Beureueh, Banda Aceh. Phone: +62 651 21415 & 21416
  • Hotel Lading: J1. Cut Meutia No.19 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 638321 & 635123. Website: http://www.ladinghotelaceh.com | E-mail. hotel.lading@gmail.com
  • Hotel Medan: Jalan Ahmad Yani No. 17 Peunayong, Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21501
  • Hotel Palembang: Jl. Chairil Anwar No. 49. Phone: +62 651 22044
  • Hotel Parapat: Jl. Jend. Ahmad Yani No. 19. Phone: +62 651  22159
  • Hotel Paviliun Seulawah:  Jl. Prof. A. Madjid Ibrahim Ii No. 3. Phone: +62 651 22788 – 22872
  • Hotel Rajawali:  Jl. Sisingamangaraja No. 213 Banda Aceh. Phone: (0651) 23039, 32618, 7428482
  • Hotel Rasa Mala Indah Jl. Teuku Umar No. 257 Seutui Banda Aceh. Phone: +62 651  41983
  • Hotel Siwah: Jl. Twk. Muhammad Daudsyah No.18 – 20 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21126 – 21128
  • Hotel 61: Jl. Tengku Panglima Polem No. 28, Peunayong – Banda Aceh. Phone: +62 651 638866. Website: http://hotel61.co.id/front.php | Email: reservation@hotel61.co.id | YM ID: hotel61_aceh@yahoo.com
  • Hotel Sultan: Jl.  Sultan Hotel No.1, Peunayong. Phone: +62 651 22469, 31770
  • Hotel Taman Tepi Laut: Jl. Banda Aceh-Meulaboh Km 17,55 Lhoknga. Phone: +62 651 44203, 21501
  • Hotel Wisata : Jl. Jend. A. Yani No. 19-21 Banda Aceh. Phone: +62 651  21834
  • Hotel  UKM : Jln. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 71 Banda Aceh. . Phone: +62 651 28284
  • Sultan Hotel: Jalan Hotel Sultan No. 1 Jalan Jend. A. Yani No. 17, Banda Aceh 23122.
  • The Padé Hotel: Jl. Soekarno Hatta No. 1, Desa Daroy Kameu, Kecamatan Kameu, NAD. Phone: +62 651 49999. Website: http://www.thepade.com | E-mail: info@thepade.com
  • Oasis Atjeh Hotel: Jln Tengku Imuem Lueng Bata No 115 Banda Aceh 23247. Phone: +62 651 636 999 · Website : www.oasisatjehotel.com | Email: marketing@oasisatjehotel.com
  • Wisma Daka: Jl. Mujair No. 11  Lampriet Kel. Bandar Baru, Kec. Kuta Alam Banda Aceh. Telp. +62 651 – 22280
  • Wisma Diana: Jl. T. Hamzah Bendahara Kuta Alam. Phone: +62 651  636634
  • Wisma Anggrek: Jl. P. Nyak Makam no 31-32. Phone: +62 651 7551549.
  • - See more at: http://ndahsaja.com/?p=514#sthash.q1tytkKe.dpuf


  • Grand Nanggroe Hotel: Jl. Tgk. Imum Lueng Bata, Banda Aceh. Phone: +62 651 35788 & 35779. Website: www.grandnanggroehotel.com | Email: reserv@grandnanggroehotel.com
  • Griya Indah Pratama Hotel Jl. Taman Makam Pahlawan II No. 2 Peuniti. Phone: +62 651 21056
  • Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
  • Hotel Cakra Donya: Jl. Khairil Anwar. Phone: +62 651 33623, 33203, 23735
  • Hotel Kartika: Jl. Nyak Adam Kamil IV No.1. Phone: +62 651 31205, 23629, 44202, 32029
  • Hotel Kuala Raja: Jl. T. Nyak Arif  (Depan Rumah Sakit Zainal Abidin). Phone: +62 651 29687, 536033
  • Hotel Madinah: Jln. Tgk. H. M. Daud Beureueh Lampriet Kel. Bandar Baru Kec. Kuta Alam Banda Aceh
  • Hotel Madinah: Jln. T Daud Beureueh, Banda Aceh. Phone: +62 651 21415 & 21416
  • Hotel Lading: J1. Cut Meutia No.19 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 638321 & 635123. Website: http://www.ladinghotelaceh.com | E-mail. hotel.lading@gmail.com
  • Hotel Medan: Jalan Ahmad Yani No. 17 Peunayong, Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21501
  • Hotel Palembang: Jl. Chairil Anwar No. 49. Phone: +62 651 22044
  • Hotel Parapat: Jl. Jend. Ahmad Yani No. 19. Phone: +62 651  22159
  • Hotel Paviliun Seulawah:  Jl. Prof. A. Madjid Ibrahim Ii No. 3. Phone: +62 651 22788 – 22872
  • Hotel Rajawali:  Jl. Sisingamangaraja No. 213 Banda Aceh. Phone: (0651) 23039, 32618, 7428482
  • Hotel Rasa Mala Indah Jl. Teuku Umar No. 257 Seutui Banda Aceh. Phone: +62 651  41983
  • Hotel Siwah: Jl. Twk. Muhammad Daudsyah No.18 – 20 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21126 – 21128
  • Hotel 61: Jl. Tengku Panglima Polem No. 28, Peunayong – Banda Aceh. Phone: +62 651 638866. Website: http://hotel61.co.id/front.php | Email: reservation@hotel61.co.id | YM ID: hotel61_aceh@yahoo.com
  • Hotel Sultan: Jl.  Sultan Hotel No.1, Peunayong. Phone: +62 651 22469, 31770
  • Hotel Taman Tepi Laut: Jl. Banda Aceh-Meulaboh Km 17,55 Lhoknga. Phone: +62 651 44203, 21501
  • Hotel Wisata : Jl. Jend. A. Yani No. 19-21 Banda Aceh. Phone: +62 651  21834
  • Hotel  UKM : Jln. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 71 Banda Aceh. . Phone: +62 651 28284
  • Sultan Hotel: Jalan Hotel Sultan No. 1 Jalan Jend. A. Yani No. 17, Banda Aceh 23122.
  • The Padé Hotel: Jl. Soekarno Hatta No. 1, Desa Daroy Kameu, Kecamatan Kameu, NAD. Phone: +62 651 49999. Website: http://www.thepade.com | E-mail: info@thepade.com
  • Oasis Atjeh Hotel: Jln Tengku Imuem Lueng Bata No 115 Banda Aceh 23247. Phone: +62 651 636 999 · Website : www.oasisatjehotel.com | Email: marketing@oasisatjehotel.com
  • Wisma Daka: Jl. Mujair No. 11  Lampriet Kel. Bandar Baru, Kec. Kuta Alam Banda Aceh. Telp. +62 651 – 22280
  • Wisma Diana: Jl. T. Hamzah Bendahara Kuta Alam. Phone: +62 651  636634
  • Wisma Anggrek: Jl. P. Nyak Makam no 31-32. Phone: +62 651 7551549.
  • - See more at: http://ndahsaja.com/?p=514#sthash.q1tytkKe.dpuf


  • Grand Nanggroe Hotel: Jl. Tgk. Imum Lueng Bata, Banda Aceh. Phone: +62 651 35788 & 35779. Website: www.grandnanggroehotel.com | Email: reserv@grandnanggroehotel.com
  • Griya Indah Pratama Hotel Jl. Taman Makam Pahlawan II No. 2 Peuniti. Phone: +62 651 21056
  • Hermes Palace Hotel:Jl. T.Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Phone: +62 651 755 5888. Website : http://www.hermespalacehotel.com | e-mail : info@hermespalacehotel.com
  • Hotel Cakra Donya: Jl. Khairil Anwar. Phone: +62 651 33623, 33203, 23735
  • Hotel Kartika: Jl. Nyak Adam Kamil IV No.1. Phone: +62 651 31205, 23629, 44202, 32029
  • Hotel Kuala Raja: Jl. T. Nyak Arif  (Depan Rumah Sakit Zainal Abidin). Phone: +62 651 29687, 536033
  • Hotel Madinah: Jln. Tgk. H. M. Daud Beureueh Lampriet Kel. Bandar Baru Kec. Kuta Alam Banda Aceh
  • Hotel Madinah: Jln. T Daud Beureueh, Banda Aceh. Phone: +62 651 21415 & 21416
  • Hotel Lading: J1. Cut Meutia No.19 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 638321 & 635123. Website: http://www.ladinghotelaceh.com | E-mail. hotel.lading@gmail.com
  • Hotel Medan: Jalan Ahmad Yani No. 17 Peunayong, Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21501
  • Hotel Palembang: Jl. Chairil Anwar No. 49. Phone: +62 651 22044
  • Hotel Parapat: Jl. Jend. Ahmad Yani No. 19. Phone: +62 651  22159
  • Hotel Paviliun Seulawah:  Jl. Prof. A. Madjid Ibrahim Ii No. 3. Phone: +62 651 22788 – 22872
  • Hotel Rajawali:  Jl. Sisingamangaraja No. 213 Banda Aceh. Phone: (0651) 23039, 32618, 7428482
  • Hotel Rasa Mala Indah Jl. Teuku Umar No. 257 Seutui Banda Aceh. Phone: +62 651  41983
  • Hotel Siwah: Jl. Twk. Muhammad Daudsyah No.18 – 20 Kota Banda Aceh. Phone: +62 651 21126 – 21128
  • Hotel 61: Jl. Tengku Panglima Polem No. 28, Peunayong – Banda Aceh. Phone: +62 651 638866. Website: http://hotel61.co.id/front.php | Email: reservation@hotel61.co.id | YM ID: hotel61_aceh@yahoo.com
  • Hotel Sultan: Jl.  Sultan Hotel No.1, Peunayong. Phone: +62 651 22469, 31770
  • Hotel Taman Tepi Laut: Jl. Banda Aceh-Meulaboh Km 17,55 Lhoknga. Phone: +62 651 44203, 21501
  • Hotel Wisata : Jl. Jend. A. Yani No. 19-21 Banda Aceh. Phone: +62 651  21834
  • Hotel  UKM : Jln. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 71 Banda Aceh. . Phone: +62 651 28284
  • Sultan Hotel: Jalan Hotel Sultan No. 1 Jalan Jend. A. Yani No. 17, Banda Aceh 23122.
  • The Padé Hotel: Jl. Soekarno Hatta No. 1, Desa Daroy Kameu, Kecamatan Kameu, NAD. Phone: +62 651 49999. Website: http://www.thepade.com | E-mail: info@thepade.com
  • Oasis Atjeh Hotel: Jln Tengku Imuem Lueng Bata No 115 Banda Aceh 23247. Phone: +62 651 636 999 · Website : www.oasisatjehotel.com | Email: marketing@oasisatjehotel.com
  • Wisma Daka: Jl. Mujair No. 11  Lampriet Kel. Bandar Baru, Kec. Kuta Alam Banda Aceh. Telp. +62 651 – 22280
  • Wisma Diana: Jl. T. Hamzah Bendahara Kuta Alam. Phone: +62 651  636634
  • Wisma Anggrek: Jl. P. Nyak Makam no 31-32. Phone: +62 651 7551549.
  • - See more at: http://ndahsaja.com/?p=514#sthash.q1tytkKe.dpuf

    Jumat, 08 November 2013

    Es Krim Tip Top - Es Krim Jadulnya Kota Jogja

    Mengunjungi kedai-kedai makanan yang sudah berdiri sejak jaman dahulu dan tetap mempertahankan rasa serta tata ruang tempat memang selalu memberikan pengalaman tersendiri bagi siapapun yang mengunjunginya. Gerai es krim ini menawarkan secuil suasana nostalgia masa lampau di tengah pesatnya pembangunan di masa kini.

    Keberadaan bangunan kedai es krim sederhana ini seolah mulai terdesak, sedikit tenggelam di antara bangunan-bangunan baru yang semakin pesat berdiri di bilangan Jalan Mangkubumi, Yogyakarta. Gerai es krim ini memang masih mempertahankan gaya bangunan lama, yaitu bangunan ruko dua lantai dengan dinding yang sudah mulai usang. Namun di gerai inilah, Anda dapat menemukan secuil nostalgia dalam semangkok es krim jadul yang dibalut dengan suasana toko yang masih mempertahankan interior dan furnitur dari masa lalu.


    Adalah kedai Es Krim Tip Top, salah satu kedai es krim yang mulai berdiri sejak tahun 1936. Kedai es krim ini didaulat sebagai salah satu kedai es krim jadul yang masih berdiri di Indonesia. Sepanjang infromasi yang saya cari, di Indonesia sendiri masih ada beberapa kedai es krim jadul yang masih tetap buka hingga sekarang ini. Sebut saja Zangrandi di SurabayaToko Oen Malang, Toko Oen Semarang, Tip Top di Medan, Ragusa di Jakarta, PT Rasa di Bandung, dan juga Es Krim Tentrem di Solo. Masing-masing kedai es krim menawarkan nuansa tempo dulu, baik pada tata ruang maupun cita rasa es krim yang disajikan.




    Memasuki bagian dalam ruangan, kita akan disuguhi dengan deretan meja dan kursi bercat putih. Meja dan kursi ini memiliki rangka dari besi, dengan postur yang dibuat pendek. Kedai ini memiliki tujuh buah meja, di mana masing-masing meja dikelilingi oleh empat buah kursi. Jujur, bagi saya terasa agak kurang nyaman memang duduk di deretan kursi ini karena posturnya yang terlalu pendek. Suasana ruangan pun didominasi dengan cat berwarna putih dan crem, dengan ornamen kaca pada bagian dindingnya. Terkesan sederhana, namun di sinilah kita diajak untuk mencicipi sepotong nostalgia dari masa lampau.


    Buku menunya pun unik, selembar kertas berisi deretan menu yang dibingkai mirip seperti bingkai foto. Saya pun memesan Tutti Frutti dan Tip Top untuk saya cicipi. Dilihat dari bentuknya, tutti frutti di Es Krim Tip Top ini memang cukup berbeda dengan tutti frutti yang pernah saya jumpai. tutti frutti di Es Krim Tip Top ini berbentuk persegi empat, dengan balutan cokelat di bagian luarnya. Di bagian tengah terdapat taburan sukade. Satu lagi pembeda tutti frutti di gerai ini adalah teksturnya yang lebih keras dan kerasa lebih "alot" saat disendok. Sekilas "alotnya" mirip seperti tekstur es krim gelato. Aromanya tidak terlalu terasa kuat, serta memiliki rasa yang tidak terlalu manis, namun terasa pas saat lumer di dalam tenggorokan.


    Seperti layaknya es krim jadul, bahan-bahan yang digunakan memang menggunakan bahan-bahan alami pilihan sehingga tidak menimbulkan batuk atau rasa serak di tenggorokan. Ciri khas lainnya adalah warna es krim yang cenderung berwarna pucat. Menu kedua yang saya pesan adalah es krim Tip Top, sesuai dengan nama tempatnya. Dilihat dari aroma, rasa, tekstur, boleh saya katakan bahwa es krim ini kemungkinan adalah es krim jenis baru. Jenis baru yang saya maksud adalah "umur" es krim ini mungkin lebih muda dibanding dengan menu-menu lainnya. Rasa es krim Tip Top ini cenderung lebih manis dan memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan tutti frutti. Taburan sukade pun menambah sensasi rasa "krenyes" saat kita menikmati es krim ini.

    Menurut saya, secara keseluruhan rasa yang ditawarkan es krim Tip Top ini cukup enak serta memiliki ciri khas tersendiri terutama pada tekstur es krim yang disajikan. Harga yang ditawarkan pun cukup beragam. Anda dapat menikmati es krim di gerai ini mulai dari harga Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 37.000,00 per-porsinya. Dibandingkan dengan kedai es krim jadul lainnya, Es Krim Tip Top merupakan salah satu kedai dengan penampilan dan pelayanan yang cukup sederhana. Namun disinilah kita dapat mencicipi sepotong nostalgia dalam bentuk es krim dengan resep otentik dari masa lalu.

    keterangan :
    Es Krim Tip Top berada di Jalan Mangkubumi nomor 24 Jogja
    telp (0274) 563682
    jam buka dari pukul 09.00 sampai pukul 13.30 - kemudian tutup untuk istirahat - buka kembali pada pukul 17.00 sampai pukul 21.30
    gerai ini buka dari hari Senin sampai Sabtu, sedangkan hari Minggu tutup

    Sekilas Sejarah Pariwisata Indonesia





    Sekilas Sejarah
    Pariwisata Indonesia
    Sejarah pariwisata Indonesia lebih panjang daripada usia Republik. Ketika Indonesia diproklamasikan, 17 Agustus 1945, beberapa destinasi wisata sudah relatif dikenal luas. Ini berkat didirikannya semacam dewan perjalanan wisata, Vereeniging Toeristenverkeer (VT) pada 1910 di Batavia (lihat Dieny Ferbianty, Sejarah Pariwisata Indonesia, Program Magister, ITB, Bandung, 2007). Dan VT membuat buku panduan wisata India-Belanda pertama kali, dalam bahasa Inggris, isinya tentang daerah wisata di Jawa, Bali, Lombok, Sumatra, Toraja (Sulawesi Selatan). Pariwisata Hindia-Belanda makin popular (di kalangan orang Eropa, memang) setelah terbit koran mingguan tentang pariwisata, Java Tourist Guide, 1923. Selain artikel tentang daerah wisata, koran ini juga menginformasikan perjalanan kereta api, tentang hotel, dan ada juga semacam pelajaran praktis bahasa lokal. Beberapa hotel pun menerbitkan panduan wisata untuk satu situs, misalnya, panduan wisata Pegunungan Dieng, panduan wisata Jawa Barat, dan lain-lainnya. Boleh dikata prasarana wisata ketika itu lengkap sudah: ada dewan wisata tingkat “nasional” yang memiliki cabang di sejumlah daerah, ada media wisata, hotel, asosiasi turis --misalnya Asosiasi Turis Garut, Asosiasi Turis Magelang (lihat Dieny Ferbianty: 2007) Biro perjalanan yang menawarkan tour pun bermunculan sejak itu. Namun semua itu berantakan begitu Jepang menjajah Indonesia. Penjajah dari Asia ini seperti hanya memiliki satu tujuan: memenangkan Perang Pasifik. Karena itu segala sesuatu dimanfaatkan untuk prasarana perang, termasuk kesenian yang dijadikan proganda Asia Timur Raya, termasuk dunia wisata dengan antara lain mengubah hotel menjadi rumah sakit bahkan asrama tentara. Zaman bergerak dan Republik Indonesia berdiri. Meski ketika itu di republik baru ini penuh perjuangan sehubungan agresi Belanda yang ingin menjajah Indonesia kembali dengan cara menumpang Sekutu, pemerintah tak melupakan pariwisata. Pelanpelan semuanya dipulihkan –dari perhotelan sampai transportasi, dari organisasi sampai sekolah wisata.Sebuah peristiwa MICE, khususnya conference, bisa dibilang langsung atau tak langsung merangsang perkembangan dunia wisata Indonesia: Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung. Paling tidak panitia konferensi ini mestinya membawa delegasi-delegasi ke beberapa situs wisata di sekitar Bandung. Yang jelas, setelah Konferensi ini berdirilah Yayasan Tourisme Indonesia, lembaga nirlaba yang bertujuan menggairahkan dunia wisata Indonesia lewat segala jalan:kerjasama dengan pers, dengan lembaga wisata Negara lain, dengan pihak imigrasi dan beacukai, dengan kementerian luar negeri. Semua kerja sama bertujuan mempermudah hal-hal yang berkaitan dengan turisme, misalnya urusan visa. Sewindu kemudian, 1963, urusan wisata dimasukkan ke dalam lembaga struktural, menjadi bagian dari kementerian perhubungan darat, pos, telekomunikasi, dan pariwisata. Pada tahun inilah Indonesia pertamakali menjadi tuan rumah PATA (Pacific Asia Travel Association). Selanjutnya dunia wisata diurus oleh pejabat struktural, dengan atau tidak dicantumkan kata “pariwisata” dalam kementerian. Pada 1988 pariwisata berada di depan dalam kementerian pariwisata, pos, dan telekomunikasi. Dan pada 2000 pariwisata disatukan dengan kebudayaan menjadi kementerian kebudayaan dan pariwisata.Perlu dicatat, meski destinasi wisata terkait dengan geografi, kebijakan dalam perwisataan tak terpengaruh oleh pembagian provinsi yang berubahubah. Pada 1945 Indonesia hanya dibagi dalam delapan provinsi (Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi, Maluku).Kemudian provinsi dimekarkan dari tahun ke tahun. Pada 1950 ada 11 provinsi; pada 1956, 15; pada 1957, 17; pada 1958,20; pada 1959, 20; pada 1960, 21; pada 1967, 25; pada 1969, 26; pada 1976, 27; pada 1999, tetap 27 provinsi (Timor Timur merdeka, dan Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara); pada 2000, 32; dan pada 2002, 33 provinsi. 
    Lalu apa tantangan wisata di Negara kepulauan terbesar di dunia ini? Indonesia terdiri dari lebih 17.500 pulau, dengan panjang pantai total lebih dari 6.360 km. dari Sabang sampai Merauke adalah lebih dari 1.120 suku bangsa. Ini sebuah kekayaan tak terkira sehubungan dengan wisata bahari dan budaya. Ditambah bukit dan pegunungan, wisata alam pun tertebar luas. Dengan harta seperti itu sesungguhnya tinggal masalah manajemen dan kerja keras untuk menjaga, mengatur, mengembangkan, dan mempromosikan pariwisata Indonesia ke segala penjuru. Sehingga hal yang dirumuskan oleh Dewan Pariwisata Nasional pada 1969 bisa dicapai. Dewan Pariwisata merumuskan antara lain, pariwisata untuk “menghasilkan devisa dan pendapatan masyarakat, kesempatan berusaha dan kesempatan kerja, dan mendorong usaha industri lainnya,” juga untuk “meningkatkan persahabatan dan persaudaraan nasional dan internasional.”

    AiR TeRJuN PaNToN CuT KuaLa BaTee aCeH BaRaT DaYa


    aiR TeRJuN PaNToN CuT TeRLeTaK Di DeSa JeuMPa PaNToN Mue KeCaMaTaN KuaLa BaTee KaBuPaTeN aCeH BaRaT DaYa, aiR TeRJuN YaNG BeRaDa Di LoKaSi WiSaTa YaNG LuaSNYa 35 Ha iNi MeMPuNYai KeTiNGGiaN LeBiH KuRaNG 5 MeTeR DaRi aLuR SuNGai PaNToN CuT.uNTuK MeNuJu LoKaSi JaRaKNYa SeKiTaR 20 KM DaRi KoTa BLaNG PiDie  iBuKoTa KaBuPaTeN aCeH BaRaT DaYa DaN SeKiTaR 11 KM DaRi iBuKoTa KeCaMaTaN KuaLa BaTee.


    iNDaHNYa PeMaNDaNGaN  DaN SeGaRNYa uDaRa aLaM  DiTaMBaH LaGi DeNGaN MeRDuNYa SuaRa KiCauaN BuRuNG YaNG MaSiH BaNYaK MeLoMPaTi BaTu BaTu BeSaR DaN MeLiNTaSi aRuS SuNGai SeRTa TeDuHNYa LoKaSi YaNG DiKeLiLiNGi PePoHoNaN YaNG TiNGGi DiLoKaSi WiSaTa TeRSeBuT MeNJaDi TuJuaN MaSYaRaKaT uNTuK BeRWiSaTa. BeLuM BaNYaK YaNG Tau KaLau aiR TeRJuN PaNToN CuT iNi aDaLaH TeMPaT WiSaTa YaNG SaNGaT iNDaH,MuNGKiN KaReNa JaRaK TeMPuH DaN JaLaN YaNG DiLaLui uNTuK MeNuJu KeLoKaSi TeRLaLu JauH DaN eKSTRiM,YaNG LeBiH PaRaHNYa SePeDa MoToR SaJa TiDa BiSa SaMPai KeTuJuaN,SeBaB iTuLaH PaRa WiSaTaWaN LuaR DaeRaH BaNYaK YaNG BeLuM MeNGeTaHui KeBeRaDaaN aiR TeRJuN iNi..

    SuMBeR : YaRiTSu - aCeh DiGiTaL DaN BeRBaGai SuMBeR

    Kamis, 07 November 2013

    TeNTaNG SaYa

    SaYa HaNYa SeoRaNG KeTuRuNaN aCeH SeJaTi YaNG iNGiN BeLaJaR DaN MeNGuMPuLKaN SeJaRaH TeNTaNG NeGeRiNYa aGaR TaK MuSNaH DiTeLaH ZaMaN.KaReNa TiDaK aDa PReSTaSi DaN KeBaNGGaaN YaNG BiSa SaYa PeRSeMBaHKaN uNTuK NeGeRi iNi MaKaNYa SaYa MeNCoBa MeNGuMPuLKaN SeJaRaH NeGeRi SaYa DaRi BeRBaGai SuMBeR MuNGKIN BeRGuNa BaGi GeNeRaSi SeKaRaNG DaN GeNeRaSi MeNDaTaNG,PaLiNG TiDaK MeReKa SuDaH aDa GaMBaRaN BaGaiMaNa RuPa NeGeRiNYa SePaNJaNG SeJaRaH SePaNJaNG aBaD.

    "
    GeNeRaSi YaNG CeMeRLaNG aDaLaH GeNeRaSi YaNG MaMPu MeNYuMBaNGKaN TeNaGa DaN PeMiKiRaN uNTuK KeMaJuaN NeGeRiNYa,RaKYaT YaNG PiNTaR aDaLaH RaKYaT YaNG PaLiNG TiDaK MeNGeTaHui SeJaRaH BaNGSaNYa,BaNGSa YaNG BeSaR aDaLaH BaNGSa YaNG PaLiNG TiDaK,MaMPu MeMPeRTaHaNKaN KeBeSaRaN SeJaRaH NeGeRiNYa DaN MaMPu MeNYeLaMaTKaN BuKTi BuKTi KeBeSaRaN SeJaRaH BaNGSaNYa,PeMiMPiN YaNG HeBaT aDaLaH PeMiMPiN YaNG  MaMPu MeMaKMuRKKaN RaKYaT DaN NeGeRiNYa DaN MaMPu MeMBaWa NeGeRiNYa Ke PuNCaK KeJaYaaN " ( SaNG PeNuNGGu iSTaNa DaRuDDuNia )

    BLoG SaYa : 

    =======

    ACEH DALAM SEJARAH ( ACEH )
    http://acehdalamsejarah.blogspot.com/
    ACEH SEINDAH LUKISAN DALAM SEJARAH SEPANJANG ABAD
    ACEH AS BEAUTIFUL AS A PAINTING IN HISTORY THROUGHOUT THE CENTURIES 
    KUMPULAN SEJARAH ACEH DARI MASA KE MASA

    ACEH DALAM GALLERY SEJARAH
    http://acehdalamgallerysejarah.blogspot.com/
    KOLEKSI PHOTO PHOTO SEJARAH ACEH SEPANJANG ABAD

    ACEH DALAM LAGU
    http://acehdalamlagu.blogspot.com/
    KUMPULAN LAGU LAGU ACEH SEPANJANG JAMAN

    ACEH MOVIE,VIDEO DAN VIDEO CLIPS
    KUMPULAN FILM FILM ACEH,VIDEO SERTA VIDEO CLIPS ACEH

    KoNTaK SaYa :
    ============
    LaKSaNa DiWa SWaRNaDWiPa
    https://www.facebook.com/LaksanaDiwaSwarnadwipa

    ACEH DALAM SEJARAH
    https://www.facebook.com/acehdalamsejarah

    SeLaMaT MeNGeMBaRa Ke MaSa LaLu
    SaLaM aNeuK NaNGGRoe Keu aNeuK BaNGSa aCeH BaN SiGoeM DoNYa
    SaLaM aNaK BaNGSa uNTuK PuTRa PuTRi iNDoNeSia Di SeLuRuH DuNia


    WaSSaLaM :
    SaNG PeNuNGGu iSTaNa DaRuDDuNia






    Rabu, 06 November 2013

    Jejak Sejarah Aceh di Kota Salem, Amerika Serikat (1653 M)

    "...Seperti tersembunyi dibalik debu sejarah, tidak banyak yang tahu bahwa Aceh dan Kota Salem, Massachusetts, Amerika Serikat mempunyai hubungan yang sangat erat di masa lampau..."

    Terkhusus dalam hal perdagangan lada. Sanking eratnya, hingga logo Kota Salem pun menggunakan simbol-simbol Aceh. Benarlah Aceh punya sejarah gilang gemilang di masa lalu.

    “Pada tahun 1654 ( Masa pemerintahan Sultanah Safiatu'ddin ), Elihu Yale mengirim dua karyawannya ke Kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan merdeka termegah di Sumatera, untuk menjalankan perdagangan lada. Muatan lada terakhir memasuki Salem, Massachusetts dari Sumatera pada 6 November 1846 (Masa pemerintahan Sultan Sulaiman Syah), diangkut oleh kapal Lucilla. Salem telah memegang peranan utama dalam perdagangan lada sejak Pemimpin Salem memulai bisnis ini. Begitu pentingnya posisi Salem saat itu, seratus tahun (se-abad) kemudian, orang-orang di Australia masih menyebut biji merica dengan panggilan “lada Salem”.Kenyataannya, Jika kita menelisik kembali lambang kota Salem, kita akan menemukan gambaran seorang Aceh.


    Pada puncak perdagangan lada, Dewan Kota memerintahkan untuk menciptakan sebuah segel yang menggambarkan “Sebuah kapal yang sedang berlayar, mendekati pantai yang digambarkan dengan seseorang yang berdiri di antara pepohonan di mana kostumnya menunjukkan wilayah tersebut adalah bagian dari Hindia Timur", motto ‘Divitis Indiae usque ad ultimum sinum’ … yang berarti “Menuju pelabuhan terjauh di Timur yang kaya…

    George Peabody, anak dari pedagang lada yang disegani, dan dia sendiri juga memiliki kapal pengangkut lada, melukis desain seorang pria memakai serban merah rata, celana panjang merah dan ikat pinggang merah, jubah kuning sebatas lutut dan baju luar warna biru. Tidak ada masyarakat lain di Hindia Timur yang memiliki pakaian semirip ini yang lebih mendekati selain masyarakat Aceh, dan mungkin itulah maksudnya.

    Hanya dokumen resmi kota Salem yang dibenarkan memakai Lambang kota tersebut. Adalah termasuk pelanggaran hukum Negara dan Peraturan Lokal, jika memakai lambang ini pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan urusan resmi Kota Salem. Pegawai Kota adalah penjaga Emblem Kota.

    Perdagangan, bisnis, di manapun dan kapanpun ternyata menyimpan intrik-intrik yang bisa menghancurkan hubungan yang terbina baik sejak lama. Keinginan untuk mengeruk keuntungan pribadi dan politik dagang telah membuat hubungan Kerajaan Aceh Darussalam dan Amerika Serikat retak.


    Aceh pernah digempur Amerika Serikat akibat politik dagang dan provokasi Belanda. Pelabuhan Kuala Batu di Susoh, Aceh Selatan rata dengan tanah. Menurut M Nur El Ibrahimy dalam buku Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh, setiap tahun diangkut sekitar 42.000 pikul atau sekitar 3.000 ton. Pusat perdagangan itu di Pelabuhan Kuala Batee, Susoh.

    Sejak tahun 1829, karena harga lada di pasaran internasional merosot, jumlah kapal Amerika yang datang ke pelabuhan Kerajaan Aceh Darussalam mulai menurun. Di antara kapal yang datang dalam masa kemerosotan ekonomi itu adalah kapal Friendship milik Silsbee, Pickman, dan Stone di bawah pimpinan nakhoda Charles Moore Endicot, seorang mualim yang sering membawa kapalnya ke Kerajaan Aceh Darussalam.

    Pada 7 Februari 1831 kapal Friendship milik Silsbee, Pickman, dan Stone di bawah pimpinan nakhoda Charles Moore Endicot, seorang mualim yang sering membawa kapalnya ke Aceh, berlabuh di pelabuhan Kuala Batee, Aceh Selatan.

    Ketika Endicot dan anak huahnya berada di daratan, tiba-tiba kapal tersebut dibajak oleh sekelompok penduduk Kuala Batee. Akan tetapi, dapat dirampas kembali oleh kapal-kapal Amerika yang kebetulan saat itu berada di perairan Kuala dengan kerugian sebesar US $ 50.000 dan tiga anak buahnya terbunuh.

    Peristiwa itu kemudian menimbulkan sejumlah tanda tanya. Pasalnya, selama setengah abad menjalin hubungan dagang belum pernah terjadi perompakan seperti itu. Menurut M Nur El Ibrahimy, ada beberapa penyebab terjadinya peristiwa tersebut.


    Pertama, peristiwa itu dipicu oleh kekecewaan orang Aceh yang selalu ditipu oleh Amerika dalam perdagangan lada.


    Itu hanya satu faktor. Penyebab lain, Belanda berhasil memprovokasi orang Aceh untuk menyerang kapal-kapal Amerika. Tujuannya, Belanda ingin merusak nama baik Kerajaan Aceh Darussalam sehingga terkesan tidak mampu melindungi kapal asing yang berlabuh di Kerajaan Aceh Darussalam.

    Tentu saja Kerajaan Aceh Darussalam sibuk memberi klarifikasi. Belakangan, diketahui Belanda yang membayar dan mempersenjatai kapal Kerajaan Aceh Darussalam yang dinakhodai Lahuda Langkap untuk menyerang kapal Amerika dengan menggunakan bendera Kerajaan Aceh Darussalam.

    Kejadian ini membuat kerugian besar di pihak Amerika Serikat dan beberap kru kapal tewas di tangan perompak. Hal ini menyebabkan kemarahan besar di pihak Amerika.

    Senator Nathanian Silsbee, salah seorang pemilik kapal Friendship dan Partai Whip (Partai Republiken) yang beroposisi terhadap pemerintahan Presiden Jackson, sekaligus seorang politikus yang sangat berpengaruh pada masa itu, langsung menyurati Presiden Jackson pada tanggal 20 Juli 1831.
    Subuh 6 Februari 1832, sebanyak 260 orang marinir Amerika di bawah pimpinan Shubrick, komandan kapal perang terbaik Amerika saat itu, Potomac, membumihanguskan pelabuhan Kuala Batee, Susoh, Aceh Barat dibawah perintah langsung Presiden Amerika Serikat, Andrew Jackson.

    Bagaimanapun, hubungan Kerajaan Aceh Darussalam dengan Amerika Serikat sudah terbina sejak lama. Dan bukti nyata hubungan tersebut terpatri dalam logo Kota Salem, Massachusetts. Akankah sejarah kejayaan “lada” Aceh kembali terulang.

    Sumber : Ttd Hendy Hy - Sejarah Aceh

    Ketika Kerajaan Aceh Darussalam di gempur Amerika, Pelabuhan Kuala Batee di Susoh Rata dengan tanah

    "...Kerajaan Aceh  Darussalam pernah digempur Amerika Serikat akibat politik dagang dan provokasi Belanda. Pelabuhan Kuala Batee di SusohSusoh Sekarang Salah satu kecamatan di Kabupatenm Aceh Barat Daya ) pun rata dengan tanah...."


    Sejak tahun 1789 Kerajaan Aceh Darussalam sudah menjalin hubungan dagang dengan Amerika Serikat. Kapal-kapal dari Amerika datang untuk memuat lada yang kemudia diangkut ke Amerika Serikat, Eropa dan Cina. Menurut M Nur El Ibrahimy dalam buku Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh, setiap tahun diangkut sekitar 42.00 pikul atau sekitar 3.000 ton. Pusat perdagangan itu dilakukan di Pelabuhan Kuala Batee, Susoh.

    Sejak tahun 1829, karena harga lada di pasaran internasional merosot, jumlah kapal Amerika yang datang ke pelabuhan Kerajaan Aceh Darussalam mulai menurun. Di antara kapal yang datang dalam masa kemerosotan ekonomi itu adalah kapal Friendship milik Silsbee, Pickman, dan Stone di bawah pimpinan nakhoda Charles Moore Endicot, seorang mualim yang sering membawa kapalnya ke Kerajaan Aceh Darussalam.


    Pada 7 Februari 1831 kapal tersebut berlabuh di pelabuhan Kuala Batee, Aceh Selatan. Ketika Endicot dan anak huahnya berada di daratan, tiba-tiba kapal tersebut dibajak oleh sekelompok penduduk Kuala Batee. Akan tetapi, dapat dirampas kembali oleh kapal-kapal Amerika yang kebetulan saat itu berada di perairan Kuala dengan kerugian sebesar US $ 50.000 dan tiga anak buahnya terbunuh.

    Peristiwa itu kemudian menimbulkan sejumlah tanda tanya. Pasalnya, selama setengah abat menjalin hubungan dagang belum pernah terjadi perompakan seperti itu. Menurut M Nur El Ibrahimy, ada beberapa penyebab terjadinya peristiwa tersebut.

    Pertama, peristiwa itu dipicu oleh kekecawaan orang Aceh yang selalu ditipu oleh Amerika dalam perdagangan lada. Hal itu diketahui sustu ketika, berat lada yang dibeli dari Kerajaan Aceh Darussalam 3.986 pikul tapi ketika dijual kembali oleh Amerika beratnya menjadi 4.583 pikul. Hal itu dilakukan melalui pemalsuan takaran timbangan. “Caranya, melalui sebuah sekrup yang dapat dibuka di dasar timbangan yang berbohot 56 lbs., diisi 10 atau 15 pon timah sehingga dalam satu pikul lada orang Aceh dikecoh sebanyak 30 kati,” jelas M Nur El Ibrahimy.

    Penyebab lainnya, perompakan itu terjadi akibat provokasi Belanda karena Amerika telah berhasil menguasai perdagangan lada dikawasan pantai barat-selatan Aceh. Belanda ingin merusak nama baik Kerajaan Aceh Darussalam dimata dunia dengan tuduhan bajak laut dan tidak mampu melindungi kapal-kapal asing yang berlabuh diperairannya.

    Kerajaan Aceh Darussalam membantah hal itu, kepada para pedagang asing dan dunia internasional kerajaan Aceh Darussalam memberi penjelasan bahwa perompakan itu ditunggangi Belanda. Belanda sengaja mempersenjatai sebuah kapal Kerajaan Aceh Darussalam yang dirampasnya. Kapal itu dinahkodai oleh seorang suruhan Belanda yang bernama Lahuda Langkap.

    Saat merompak kapal Friendship milik Amerika di Kuala Batee pada 7 Februari 1831, Lahuda Langkap dan anak buahnya yang dibayar Belanda dalam perampokan itu menggunakan bendera Kerajaan Aceh Darussalam.

    Pembajakan kapal Friendship itu kemudian tersiar luas di Amerika Serikat menjadi jelas ketika kapal tersebut tiba kembali di pelabuhan Salem pada tanggal 16 Juli 1831. Senator Nathanian Silsbee, salah seorang pemilik kapal Friendship dan Partai Whip (Partai Republiken) yang beroposisi terhadap pemerintahan Presiden Jackson, sekaligus seorang politikus yang sangat berpengaruh pada masa itu, langsung menyurati Presiden Jackson pada tanggal 20 Juli 1831.

    Silsbee meminta agar Pemerintah Amerika menuntut ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan oleh penduduk Kuala Batee terhadap kapal Friendship. Ia juga menyampaikan petisi yang ditandatangani oleh seluruh pedagang Salem kepada Pemerintah Amerika Serikat. Isinya, meminta agar dikirimkan kapal perang ke perairan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menuntut ganti rugi dan penguasa yang bertanggung jawab atas Kota Pelabuhan Kuala Batee.

    Di samping itu, salah seorang pemilik kapal Friendship yang lain. Robert Stones, bersarna dengan Andrew Dunlop dan salah seorang sahabatnya yang dekat dengan Presiden Jackson, meminta kepada Menteri Angkatan Laut, Levy Woodbury, agar mendesak Presiden Jackson mengirim kapal perang ke Kuala Batee. Silsbee sendiri secara pribadi menulis surat kepada Woodbury, menggambarkan betapa besar keresahan yang ditimbulkan oleh peristiwa Kuala Batee di kalangan pedagang-pedagang Salem.

    Pemerintah Amerika sebelum menerima imbauan dari Senator Silsbee telah memutuskan akan mengambil tindakan terhadap pelanggaran atas kapal Friendship di Kuala Baree itu. Setelah membaca peristiwa itu dalam surat-surat kabar, Woodbury segera memerintahkan agar disiapkan segala keperluan untuk menuntut ganti rugi atas pelanggaran tersebut.

    Sebelum menerima surat dan Silsbee, dia telab mengadakan konsultasi dengan Presiden Jackson pada tanggal 21 Juli 1831. Tujuannya, mendapatkan persetujuan Presiden atas surat yang akan dikirim kepada Silsbee. Isi surat ini meminta informasi mengenai peristiwa Kuala Batee. Selain itu, juga dalam rangka memberi tahu Presiden bahwa dia sedang mempersiapkan eskader Pasifik untuk melaksanakan suatu tugas di Sumatra.

    Ketika Presiden Jackson menerima imbauan Silsbee, tanpa ragu-ragu segera mendukung dengan membubuhi disposisi singkat dalam surat tersebut, isinya, meminta agar kasus Kuala Batu menjadi perhatian, serta kalau diangap perlu pemerintah Amerika melalui Menteri Angkatan Laut harus mengeluarkan surat perintah kepada Kapten kapal Potomac.

    Potomac merupakan kapal perang terbaik dalam armada Amerika Serikat waktu itu. Ketika kasus Kuala Batee jadi pembicaraan di Amerika, kapal tersebut sedang dalam persiapan membawa Menteri Luar Negeri Amerika Van Buren ke Inggris. Akan tetapi atas perintah Presiden Jackson kapal itu dialihtugaskan untuk berangkat ke Kerajaan Aceh Darussalam.

    Pada tanggal 9 Agustus 1831, Komodor John Downes, selaku kapten Potomac diberi instruksi yang lengkap mengenai segala tindakan yang harus dilakukan sesampainya di Kuala Batee. Pertama-tama dia harus mencari informasi lebih dahulu mengenai insiden di Kuala Batee.

    Apabila informasi yang diperoleh sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh kapten kapal Friendship di Washington maka dia harus menuntut ganti rugi atas kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Aceh terhadap kapal Friendship. Kalau tuntutan itu tidak dipenuhi, dia harus menangkap pelaku-pelaku kejahatan tersebut dan inembawa mereka ke Amerika Serikat untuk diadili sebagai bajak laut.

    Perintah lainnya, benteng-benteng di Kuala Batee harus dimusnahkan. Sebaliknya, bila informasi yang diperoleh di Kuala Batee berbeda dengan keterangan Kapten Kapal Friendship, maka Amerika hanya meminta ganti rugi serta menghukum pelakunya.

    Pada 29 Agustus 1831, kapal Potomac berangka dari New York ke Kerajaan Aceh Darussalam dengan membawa 260 marinir. Sebelum sampai di Kuala Batee Komodor John Downes kapten kapal tersebut melakukan penyimpangan terhadap instruksi Menteri Angkatan Laut Amerika yang diterimanya.

    Ia terpengaruh dengan cerita yang didengarnya dan kapten kapal Friendship, Endicot, dan orang-orang Inggris yang dijumpainya di Tanjung Harapan dalam pelayarannya ke Kuala Batee, yaitu bahwa harapan untuk mendapat ganti rugi dan penguasa Kuala Batee tidak mungkin terpenuhi.

    Ia mengirim Letnan Marinir Shubrick untuk mengamat-amati keadaan di darat, tapi penduduk Kuala Batee tidak terkecob oleh penyamaran yang dilakukan Downes. Mereka lalu berkumpul di pantai untuk menghadapi sesuatu kemungkinan. Mendengar laporan yang demikian dan Shubrick, Downes memerintahkan untuk mendarat dengan kekuatan seluruh anak buah Potomac dan mengepung benteng-benteng yang berada di pantai Kuala Batee serta menangkap pemimpin-pemimpinnya.

    Subuh 6 Februari 1832, sebanyak 260 orang marinir Amerika di bawah pimpinan Shubrick mendarat di Kuala Batee dan mengepung benteng-benteng yang ada di sana. Namun, karena ada perlawanan maka marinir Amerika membunuh semua yang berada di dalam benteng-benteng, termasuk wanita dan anak-anak serta merampas segala sesuaru yang berharga.

    Setelah melakukan pembunuhan itu, mariner Amerika mengundurkan diri dengan dua orang diantara mereka tewas dan sembilan luka-luka. Downes kemudian memerintahkan menembaki kota pelahuhan Kuala Batee melalui meriam-meriam dari kapal Potomac. Seketika Pelabuhan Kuala batee pun jadi abu.

    Tindakan Downes itu dikecam oleh sebagian politikus Amerika, diantaranta George Bencroft, yang pada waktu penembakan Kuala Batee berada di atas kapal Potomac. Sebagian harian Amerika yang terbit di Washington, seperti harian dagang yang sangat berpengaruh, Nile’s Weekly Register, kuga mengecam tindakan tersebut.

    Pada tanggal 23 Juli 1832 seorang anggota DPR Amerika, Henry A.S. Dearborn dan Partai Republik Massachusetts yang beroposisi, mengajukan sebuah mosi yang meminta agar Presiden Jackson menyampaikan kepada Kongres mengenai Instruksi Downes untuk menggempur Kuala Batee, dan laporan tentang peristiwa tersebut. Mosi ini diterima oleh sidang. Pada hari itu juga, Presiden Jackson memenuhi permintaan kongres, tetapi minta agar hal tersebut jangan dipublikasikan sebelum laporan lebih lanjut diterima.

    Dalam sidang Sabtu malam, tanggal 24 Juli 1832, permintaan Presiden itu diperdebatkan. Anggota Dearborn berpendapat bahwa hal tersebut harus dipublikasikan karena bila menutup-nutupi peristiwa tersebut, Downes akan mendapatkan sorotan jelek dari khalayak ramai. Sebaliknya, Ketua Komisi Urusan Angkatan Laut, Michael Hoffman dan Partai Dernokrat New York, menentang pendapat Dearborn dengan suatu amandemen bahwa peristiwa tersebut dapat dipublikasikan, tetapi harus menunggu laporan lebih lanjut.

    Dalam amanat tahunannya, Presiden Jackson tidak menyinggung sama sekali peristiwa penggempuran Kuala Batee oleh Potomac yang dipimpin Downes. “Hal mi menunjukkan bahwa peristiwa pembakaran Kuala Batee dan pernbantaian penduduknya oleh marinir Amerika telah dipeti-es'kan (dibekukan),” tulis M Nur El Ibrahimy.

    Oleh : Iskandar Norman
    Sumber : Atjeh Cyber

    Minggu, 03 November 2013

    Jejak Bangsa Aceh Di Maluku

    Orang Aceh yang bawa Islam ke sini. Orang Maluku yang kulit hitam ini merupakan salah satu keturunan Aceh.” Sepenggal kalimat ini mengejutkan saya pada pagi akhir Januari lalu. Dalam perjalanan dari Bandara Pattimura ke Kota Ambon sekitar 45 menit, dia bernostalgia 10 tahun lalu, jalan di sini penuh barikade. Mau aman dari penembak gelap, naik speedboat ke Ambon padahal masih satu pulau. “Bagaimana Aceh, sudah damai?” tanyanya dengan logat Ambon..


    Saya terperanjat dengan klaim orang Aceh yang bawa Islam ke daerah seribu raja ini. Jika yang dimaksud Islam di Nusantara bersumber dari Aceh, tidak diragukan lagi. Boleh jadi, penjemput itu ingin menyenangkan saya atau memang itu sumber yang shahih yang tidak saya tahu. Saya menyakini, Islam di Maluku berasal dari Makassar, Jawa Timur atau langsung dari jazirah Arab yang menyebar melalui jalur perniagaan. Penuturan bapak setengaha abad ini perihal Ambon Manise membongkar memori saya pada konflik Aceh. Pasalnya, apa yang terjadi di negeri seribu pulau (Ambon) telah terjadi di negeri seribu konflik (Aceh). Misalnya, tumpukan karung pasir bertamburan di depan-depan pos militer atau barikade dari drum aspal, kayu, batu di jalan-jalan dipasang di jalan negara.

    Menginjak kaki di Ambon, maka terpencarlah serpihan-serpihan daerah bekas konflik sosial. Beberapa gedung pemerintah yang dibakar baik oleh umat Islam atau Nasrani dibiarkan teronggok. Di seputar Simpang Trikora ? tempat favorit berdemo seperti di Simpang Limong Banda Aceh- saya menyaksikan dinding sebuah toko berlantai tiga penuh dengan bekas tembakan. Inilah tragedi kemanusiaan terbesar di Indonesia yang menyebabkan paling kurang sekitar 6 ribu orang Islam atau Nasrani terbunuh atau dibunuh. Pela Gandong yang menjadi benteng berpuluh tahun hancur berkeping-keping karena mahirnya provokator yang dikendalikan dari Jakarta.

    Raja Aceh Dibuang ke Maluku

    Konflik yang membara pada 19 Januari 1999 dianggap selesai pasca diadakan dialog antara umat Islam Vs umat Nasrani. Perjanjian yang diprakasai oleh Jusuf Kalla ini disebut Perjanjian Malino II yang diadakan pada 11-12 Februari 2002 di kawasan dingin Malino Sulawesi Selatan. Proses menuju damai terus berlanjut hingga kondusif pada tahun 2004. Pada akhirnya, warga yang berbeda agama itu sadar kalau selama ini mereka menjadi korban adu domba. Sepintas lalu, proses damai ini mengingatkan pada aksi Jusuf Kalla yang berperan besar mengiring RI-GAM ke meja perundingan di Helsinki pada 15 Agustus 2005.

    Menulusri kota Ambon, ada beberapa hal yang lumrah terjadi di Aceh. Misalnya, kebiasaan minum kopi di kedai kupi yang disebut rumah kopi. Pasca kerusuhan yang saling membantai sesama manusia, rumah kopi menjadi salah satu wadah pertemuan informal antara umat Islam dan Nasrani. Mereka yang dulu bertetangga, tiba-tiba bisa asah parang tanpa sebab jelas, maka tegur sapa diayunkan sambil meneguk beberapa cangkir kopi di rumah kopi. Dari segi karakter, orang Maluku sama keras dengan orang Aceh. Menghadapi watak ini dengan sikap tegas oleh para pemimpin. Mungkin karena pertimbangan itu, Kapolri menetapkan Kapolda Ambon Adityawarman (2004-2006) menjadi Kapolda Aceh yang sudah terlatih menghadapi watak penduduk yang sama-sama keras dan baru usai konflik horizontal (di Ambon) dan konflik vertikal (di Aceh).

    Sultan Muhammad Daud Syah (1878-1939) bersama iterinya Teungku Putroe Gambo Gadeng bin Tuanku Abdul Majid,anaknya Tuanku Raja Ibrahim,Tuanku Raja Ibrahim, Tuanku Husin, Tuanku Johan Lampaseh,Panglima Sagi Mukim XXVI, Keuchik Syekh dan Nyak Abas dibuang ke Ambon, Maluku pada 24 Desember 1907 dan pada tahun 1918 diungsikan ke Batavia (Jakarta) karena terlalu dekat dengan orang Bugis di Maluku. Kemudian dia mangkat pada 6 Februari 1939 di sana dan dikebumikn di pekuburan rakyat Rawamangun Jakarta. Kondisi kuburan tersebut tidak memperlihatkan makam raja Aceh layaknya makam raja-raja yang terawat bersih dan diketahui oleh masyarakat.

    Muhammad Kasim Arifin

    Jejak selanjutnya orang Aceh yang ?membuang? diri ke Maluku yakni Muhammad Kasim Arifin (alm). Putra Aceh Timur mengabdi di Waimital bagian selatan Pulau Seram Maluku selama 15 tahun. Saya ingat kala menjadi mahasiswa beliau di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada tahun 1990-an yakni disela-sela memberi kuliah, dia memperlihatkan papan nama Jalan Kasim Arifin di Waimital. Kisah pengabdian yang mengharu ini diawali ketika Kasim yang mahasiswa IPB Bogor pada tahun 1964 menjalani program “Pengerahan Tenaga Mahasiswa” (seperti Kuliah Kerja Nyata ) selama beberapa bulan dengan tugas memperkenalkan program Panca Usaha Tani. Kasim jatuh cinta dengan daerah itu dan lupa pulang kalau dia masih berstatus mahasiswa. Kasim yang cerdas, hidup sederhana dan lain-lain menikmati kerja di sana hingga dia disapa Antua, sebutan bagi yang dihormati di Maluku..

    Saya melacak langkah-langkah orang Aceh yang berpengaruh di Maluku baik di masa lalu atau sekarang. Tersebutlah nama Dr. Abdul Gafur bin Tengku Idris. Pada tahun 1980-an, rakyat Aceh bertanya-tanya mengapa Gafur yang dikenal dari Maluku bisa membawa nama Aceh dalam kampanye politik di Aceh. Kala itu, mantan Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada masa Kabinet Pembangunan IV menyebutkan dirinya juga orang Aceh. Ayahnya Teungku Idris adalah seorang pejuang yang dibuang oleh Belanda ke Maluku. Agaknya, dia bisa pakai dua kaki tergantung kepentingan. Nama juga politikus.

    Kata Ambon terus bersemedia di Aceh. Ada pria keturunan Ambon yang lebih populer dengan sebutan Bram Aceh. Kala itu ayahanya menjadi tentara Belanda di Banda Aceh. Bram Aceh adalah penyanyi keroncong terkenal yang lahir di Aceh pada 4 Maret 1913 dan meninggal dunia di Jakarta pada 8 Mei 2001. Bram Aceh merupakan kakek penyanyi masyhur yaitu Harvey Malaiholo

    Nama-nama berbau Maluku tak pernah padam di Aceh. Ketika membezuk kuburan Kerkhof di Banda Aceh, di antara 1.200 kerangka serdadu Belanda termasuk pasukan elit Marsose di sana, terdapat ratusan nama-nama yang lazim dipakai di Maluku, Jawa, Menado dan lain-lain yang dikirm ke Aceh dengan ujung bayonet untuk memburu pejuang Aceh.

    Oleh Murizal Hamzah, houseofaceh.org - http://kuartil.wordpress.com