Kamis, 28 November 2013

Sehari Bersama Surabaya Heritage Track (Part I)

Surabaya bagian utara memang menyimpan banyak bangunan-bangunan bersejarah peninggalan jaman Kolonialisme Belanda yang masih terawat hingga sekarang ini. Ingin berkeliling Surabaya Utara sambil menikmati bangunan-bangunan bersejarah secara gratis? Surabaya Heritage Track lah jawabannya !


Lalu-lalang kendaraan bermotor menyambut kedatangan saya di Jalan Rajawali, Surabaya pagi itu. Bus kota pun mulai bergerak menuju daerah sekitaran Jembatan Merah Plaza (JMP) sebelum saya akhirnya turun di sana. Ini adalah kali kedua saya menginjakkan kaki di kawasan ini. Kondisinya pun masih terlihat sama, jalan raya dengan jalur searah yang diapit oleh bangunan-bangunan kuno bergaya arsitektur Belanda yang terlihat sangat khas. Tujuan saya kali ini ingin kembali mengunjungi Museum House of Sampoerna. Bukan untuk berkeliling menikmati koleksi museumnya, melainkan ingin menikmati tour bersama Surabaya Heritage Track.


Dalam sehari, Museum House of Sampoerna mengadakan kegiatan Surabaya Heritage Track selama tiga kali. Berhubung saya berkunjung pada hari biasa, maka rute yang digunakan dalam tour  merupakan rute pendek, di mana dalam sekali tour memakan waktu sekitar satu jam perjalanan. Sayang, untuk jadwal tour jam 09.00 pagi saya tidak kebagian tiket. Pada akhirnya pun saya memesan tiket untuk trip selanjutnya pada pukul 13.00 dan ditawari untuk langsung mengikuti trip pada pukul 15.00.


Pemberhentian pertama trip siang itu adalah Gedung Cerutu dan Gedung Internatio yang berada di sekitaran kawasan Jembatan Merah Plaza. Dinamakan Gedung Cerutu karena bentuk menara bangunan yang mirip seperti cerutu. Gedung yang didirikan sekitar tahun 1916 ini pernah ditempati oleh perusahaan gula serta perusahaan ban Bridgestone. Sedangkan Gedung Internatio merupakan gedung yang dahulunya digunakan oleh perusahaan perkebunan dan perbankan milik Belanda. Gedung ini memiliki nama lengkap yaitu Gedung Internationale Credit en Handelsvereening "Rotterdam". Gedung ini pula yang menjadi "saksi bisu" terbunuhnya Brigjend Mallaby di Sekitar Jembatan Merah pada saat pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan.


Pemberhentian selanjutnya adalah Klenteng Hok Ang Kiong, sebuah bangunan klenteng tertua yang ada di Kota Surabaya. Klenteng ini berada di Jalan Coklat, salah satu kawasan pecinan di daerah Surabaya Utara. Semua tracker (sebutan untuk peserta Surabaya Heritage Track) pun dipersilahkan untuk turun dari bus dan berkeliling di area klenteng selama kurang lebih 15 menit. Klenteng ini digunakan untuk tempat peribadatan dan penghormatan kepada Makcho, dewi pelindung pelaut dan nelayan. Setelah selesai berkeliling di Klenteng Hok Ang Kiong, pasa tracker pun kembali diajak berkeliling di kawasan pecinan Kota Surabaya ini. Selama berkeliling di kawasan pecinan ini pemandu menunjukkan tiga rumah abu yang hingga kini masih digunakan. Rumah abu tersebut antara lain milik keluarga Tjoa, keluarga The, dan keluarga Han.




Tujuan trip selanjutnya adalah menyusuri daerah Kembang Jepun yang menjadi salah satu pusat kegiatan perdagangan di Kota Surabaya. Kali ini para trackers diajak untuk masuk dan berkeliling di Museum Bank Mandiri yang terletak di kawasan Kembang Jepun ini. Bangunan ini dahulunya merupakan bekas bangunan Nedherlandsch-Indische Escompto Maatschappij, yaitu sebuah bank yang berdinas di beberapa kota besar di kawasan Hindia-Belanda. Di museum ini dipamerkan beberapa peralatan perkantoran yang digunakan untuk kegiatan perbankan, antara lain seperti mesin ketik, komputer-komputer jadul, hingga mesin untuk mem-back up data yang sebesar piringan hitam. Di museum ini juga dipemarkan dokumen-dokumen penting arsip perbankan, seperti surat-surat berharga hingga buku tabungan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Di bagian lain dari museum ini lebih banyak dipamerkan foto-foto yang menggambarkan suasana kota Surabaya pada tempo dulu serta kegiatan karyawan Bank Dagang Negara "Kembang Jepoen" dari tahun 1960-1990-an.


Selesai berkeliling di dalam Museum Bank Mandiri Kembang Jepun, para trackers pun diajak kembali untuk naik ke dalam bus. Perjalanan pun dilanjutkan melewati daerah Ampel yang terkenal sebagai perkampungan Arab. Setelah melewati kawasan Ampel, sang pemandu pun memberi tahu ada sebuah jembatan unik yang berada di Surabaya utara ini. Adalah Jembatan Petekan, sebuah jembatan yang dapat dibuka dan ditutup. Jembatan ini menjadi gerbang masuk kapal-kapal dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju Kota Surabaya melewati aliran Sungai Kalimas. Nama jembatan ini diambil dari cara untuk menutup dan membuka jembatan dengan menekan tombol, di mana dalam bahasa Jawa disebut dengan petekan. Sayang, jembatan Petekan kini sudah rusak dan tidak dapat dibuka maupun ditutup kembali. Jika ditarik sedikit kesimpulan, pada jaman dahulu kawasan utara Surabaya memiliki penduduk yang beragam. Mulai dari etnis Tionghoa, keturunan Arab, orang Belanda, hingga penduduk pribumi hidup bersama di satu kawasan, walaupun memang pada jaman penjajahan dulu terdapat "pengkaplingan" wilayah. Ah, Surabaya Heritage Track selalu memberikan nuansa baru mengelilingi tempat-tempat bersejarah di kawasan Surabaya utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar