Perjalanan menuju Tanjung Papuma memang penuh kejutan. Kita serasa memasuki dimensi lain dari bumi ini. Melewati hutan belantara yang berisi pohon jati dengan daun yang meranggas pada musim kemarau, menaiki bukit, hingga akhirnya menemukan sebuah lukisan alam yang begitu sempurna karya Sang Pencipta.
Nama Tanjung Papuma mungkin belum sepopuler nama-nama pantai di lain di Indonesia. Namun, pesona Tanjung Papuma tidak kalah elok dengan pantai-pantai lain yang sudah terkenal. Tanjung Papuma terletak sekitar 37 kilometer sebelah selatan Kota Jember. Perjalanan dari Kota Jember memakan waktu sekitar satu jam perjalanan. Akses jalan menuju Tanjung Papuma cukup bagus, walaupun akses jalan setelah loket retribusi dalam keadaan agak rusak, namun masih cukup layak dilalui kendaraan. Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi seperti motor maupun mobil, atau menggunakan jasa tukang ojek untuk dapat sampai ke lokasi.
Papuma sendiri merupakan sebuah singkatan dari Pasir Putih Malikan. Pantai berlokasi di di kawasan hutan konservasi yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Jember. Sepanjang perjalanan menuju Tanjung Papuma banyak pemandangan menarik yang memanjakan mata setiap pengunjungnya. Setelah memasuki gerbang selamat datang, perjalanan dilanjutkan menelusuri deretan hutan dan perbukitan dengan jalan aspal yang sedikit sempit. Hutan tersebut yang berisi pohon jati diselingi dengan kebun jagung milik warga. Pemandangan yang cukup kontras adalah deretan pohon jati yang subur diselingi dengan pepohonan jati yang meranggas tanpa dedaunan dibalut dengan latar belakang awan biru di pagi hari. Menelusuri jalanan sempit di antara hutan jati ini serasa memasuki sebuah lorong waktu menuju tempat yang tak pernah terduga di dalam benak kita. Menurut salah satu informasi, pohon jati yang meranggas ini memang sengaja dimatikan untuk dipanen hasilnya. Ya, mungkin saja pohon-pohon jati tersebut akan ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Saya sendiri susah menebak-nebak ada apa gerangan di balik deretan perbukitan itu. Apakah di sana sudah dekat dengan garis pantai, atau masih jauh? Perjalanan menelusuri deretan perbukitan dan hutan jati ini memang penuh dengan tebakan.
Tak lama setelah menyusuri hutan jati, tibalah di pertigaan tempat pos retribusi. Jika kita belok ke kiri, maka kita akan menuju Pantai Watu Ulo, jika belok ke kanan, kita akan menuju ke Tanjung Papuma. Jalan menuju ke Tanjung Papuma dari arah pos jaga ini cukup menanjak dan banyak jalan yang berlubang, disarankan bagi yang menggunakan motor atau mobil memasukkan gigi 1 saja ditanjakan ini. Sepanjang jalan tanjakan ini saya melihat vegetasi hutan yang cukup lebat. Dari puncak bukit samar-samar terlihat pesona Tanjung Papuma dengan pasir putihnya di balik rindangnya pepohonan. Serasa di dalam negeri mimpi, sepertinya kemarin saya masih keliaran di Malioboro tapi pagi ini saya sudah menginjakkan kaki ke Tanjung Papuma !
Hamparan pasir putih, ombak yang cukup tenang di beberapa titik, gradasi warna air laut yang terlihat kontras, jajaran perahu nelayan yang sedang berlabuh, bebatuan karang yang menjulang tinggi, serta deretan pepohonan rindang di tepi pantai menjadi pemandangan khas dari Tanjung Papuma. Untuk ombak di Tanjung Papuma memiliki level yang bermacam-macam. Ada lokasi yang memiliki ombak tenang sehingga aman digunakan untuk bermain, ada pula di beberapa titik yang ombaknya cukup besar dan langsung mengarah ke bebatuan sehingga tidak disarankan bagi pengunjung bermain-main di area ini. Keunikan lain dari Tanjung Papuma adalah kita dapat melihat matahari terbit (sunrise) dan matahari tenggelam (sunset) di satu tempat. Jika kita tiba di pagi hari, selain menikmati menikmati pemandangan matahari terbit, kita juga dapat melihat perahu para nelayan yang bersandar selepas melaut menangkap ikan.
Pesona yang sebenarnya dari Tanjung Papuma adalah keberadaan bebatuan karang yang kokoh menjulang dihantam ganasnya ombak laut selatan. Berjalanlah ke arah selatan, kemudian naiklah ke atas bukit yang bernama Siti Hinggil, di sanalah Anda akan menemui pesona Tanjung Papuma yang sebenarnya. Sebuah batu karang yang menjualng tinggi menyerupai bukit kecil yang berada di tengah lautan menjadi ikon pariwisata di selatan Jember ini. Bebatuan tersebut konon dihuni oleh banyak sekali ular laut sehingga tidak seorang pun berani menyeberang menuju batu tersebut. Di Siti Hinggil ini terdapat sebuah bangunan pendopo, dari sini kita dapat melihat keindahan Tanjung Papuma dari atas bukit, baik dari hamparan garis pantai sampai dengan lebatnya hutan konservasi yang sangat dijaga kelestariannya.
Batu-batu karang besar ini memiliki nama seperti nama di pewayangan seperti Narada di sebelah selatan Siti Hinggil, Batara Guru, Kresna, dan batu kodok di sebelah timur batu Narada. Di bagian Siti Hinggil ini Anda akan puas menikmati keindahan Tanjung Papuma yang terhampar luas di depan mata. Karena letaknya antara hutan konservasi, jangan heran jika Anda melihat sekawanan primata liar berbagai jenis yang bebas berkeliaran. Hutan di sini sangat dilindungi dan tidak diizinkan seorang pun berburu di kawasan ini untuk menjaga kelestariannya. Ya, untuk jaga-jaga saja harap selalu waspada saja jika tidak ingin barang-barang Anda diambil oleh kawanan primata liar ini.
Fasilitas
Sebagai salah satu obyek wisata andalan di Kota Jember, Tanjung Papuma memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai. Mulai dari deretan warung makan yang dikelola oleh warga sekitar, kamar mandi umum, hingga penginapan yang dikelola oleh Perhutani tersedia di pantai ini. Untuk warung makan, menu yang disajikan rata-rata adalah seafood hasil tangkapan dari nelayan setempat. Untuk pelepas dahaga, Anda dapat memesan es kelapa hijau muda dengan harga Rp 7.000,00 per-bijinya.
Untuk pilihan penginapan, Anda dapat meninap di cottage yang dikelola oleh Perhutani dengan kisaran harga mulai dari Rp 150.000,00 sampai dengan Rp 400.000,00 per-kamar (data November 2012). Awalnya saya berencana ingin meninap di Tanjung Papuma ini, namun sayang nasib sedang tidak berpihak. Kamar yang saya incar ternyata sudah habis dipesan dan tinggal kamar dengan harga Rp 360.000,00 per-malam. Pihak Perhutani menawarkan untuk menyewa tenda dome dengan harga Rp 75.000,00, tetapi saya tolak karena alasan keamanan, mengingat Tanjung Papuma berada di tengah-tengah hutan konservasi dan masih banyak kawanan primata liar di sana. Bagi Anda yang gemar berpetualang di alam bebas, tak ada salahnya mencoba mendirikan tenda sambil menikmati deburan ombak Tanjung Papuma ditemani dengan cahaya api unggun pada malam hari. Dengar-dengar katanya Tanjung Papuma juga bisa dijadikan sebagai spot untuk snorkling. Persewaan alat untuk snorkling dibandrol dengan harga Rp 50.000,00 termasuk jaket pelampung. Saya sendiri sebenarnya penasaran ingin melihat keindahan bawah laut Tanjung Papuma, sayang saya kurang mengetahui informasi untuk persewaan alat snorkling dan juga pemandunya.
Terlepas dari keindahan Tanjung Papuma yang memanjakan mata, ada sedikit kisah pilu yang sedikit mengganggu pandangan mata saya. Ya, banyak sampah yang masih berserakan di beberapa tempat. Sepanjang pengamatan saya Tanjung Papuma ini masih minim dengan fasilitas tempat sampah. Saya melihat banyak sekali sampah-sampah plastik bekas bungkus makanan maupun air mineral yang dibuang begitu saja. Sangat disayangkan memang jika pengunjung yang datang ke sini masih rendah kesadaran mereka akan membuang sampah pada tempatnya, ditambah kurangnya fasilitas pengolahan sampah oleh pihak pengelola. Di sekitar pantai sih saya melihat ada seorang yang menyapu bekas-bekas sampah yang berserakan, baik itu sampah organik maupun sampah anorganik kemudian dia kumpulkan lalu dibakar. Ya, alangkah arifnya jika pengunjung juga memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan untuk menjaga keindahan Tanjung Papuma ini.
Nah, bagi Anda yang penasaran dengan pantai yang bisa melihat view sunrise dan sunset dalam satu tempat sambil menikmati pesona pantai berpasir putih, tak ada salahnya jika menyempatkan diri untuk menyambangi Tanjung Papuma di pesisir selatan Kota Jember ini.
keterangan :
retribusi masuk ke Tanjung Papuma (data November 2012)
hari biasa : Rp 5.000,00 + asuransi
hari libur : Rp 7.000,00 + asuransi
toilet : Rp 2.000,00
Saya mendapatkan tambahan informasi, bagi Anda yang ingin mengakses fasilitas seperti persewaan alat snorkling, tour bahari, persewaan ATV, flying fox, dan sebagainya, dapat menghubungi pihak Papuma Adventure yang bermarkas di sebelah mushola.
tips : untuk mendapatkan view landscape yang bagus disarankan datang pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 karena matahari belum terlalu menyengat, dan jangan lupa untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan !
Papuma sendiri merupakan sebuah singkatan dari Pasir Putih Malikan. Pantai berlokasi di di kawasan hutan konservasi yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Jember. Sepanjang perjalanan menuju Tanjung Papuma banyak pemandangan menarik yang memanjakan mata setiap pengunjungnya. Setelah memasuki gerbang selamat datang, perjalanan dilanjutkan menelusuri deretan hutan dan perbukitan dengan jalan aspal yang sedikit sempit. Hutan tersebut yang berisi pohon jati diselingi dengan kebun jagung milik warga. Pemandangan yang cukup kontras adalah deretan pohon jati yang subur diselingi dengan pepohonan jati yang meranggas tanpa dedaunan dibalut dengan latar belakang awan biru di pagi hari. Menelusuri jalanan sempit di antara hutan jati ini serasa memasuki sebuah lorong waktu menuju tempat yang tak pernah terduga di dalam benak kita. Menurut salah satu informasi, pohon jati yang meranggas ini memang sengaja dimatikan untuk dipanen hasilnya. Ya, mungkin saja pohon-pohon jati tersebut akan ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Saya sendiri susah menebak-nebak ada apa gerangan di balik deretan perbukitan itu. Apakah di sana sudah dekat dengan garis pantai, atau masih jauh? Perjalanan menelusuri deretan perbukitan dan hutan jati ini memang penuh dengan tebakan.
Tak lama setelah menyusuri hutan jati, tibalah di pertigaan tempat pos retribusi. Jika kita belok ke kiri, maka kita akan menuju Pantai Watu Ulo, jika belok ke kanan, kita akan menuju ke Tanjung Papuma. Jalan menuju ke Tanjung Papuma dari arah pos jaga ini cukup menanjak dan banyak jalan yang berlubang, disarankan bagi yang menggunakan motor atau mobil memasukkan gigi 1 saja ditanjakan ini. Sepanjang jalan tanjakan ini saya melihat vegetasi hutan yang cukup lebat. Dari puncak bukit samar-samar terlihat pesona Tanjung Papuma dengan pasir putihnya di balik rindangnya pepohonan. Serasa di dalam negeri mimpi, sepertinya kemarin saya masih keliaran di Malioboro tapi pagi ini saya sudah menginjakkan kaki ke Tanjung Papuma !
Hamparan pasir putih, ombak yang cukup tenang di beberapa titik, gradasi warna air laut yang terlihat kontras, jajaran perahu nelayan yang sedang berlabuh, bebatuan karang yang menjulang tinggi, serta deretan pepohonan rindang di tepi pantai menjadi pemandangan khas dari Tanjung Papuma. Untuk ombak di Tanjung Papuma memiliki level yang bermacam-macam. Ada lokasi yang memiliki ombak tenang sehingga aman digunakan untuk bermain, ada pula di beberapa titik yang ombaknya cukup besar dan langsung mengarah ke bebatuan sehingga tidak disarankan bagi pengunjung bermain-main di area ini. Keunikan lain dari Tanjung Papuma adalah kita dapat melihat matahari terbit (sunrise) dan matahari tenggelam (sunset) di satu tempat. Jika kita tiba di pagi hari, selain menikmati menikmati pemandangan matahari terbit, kita juga dapat melihat perahu para nelayan yang bersandar selepas melaut menangkap ikan.
Pesona yang sebenarnya dari Tanjung Papuma adalah keberadaan bebatuan karang yang kokoh menjulang dihantam ganasnya ombak laut selatan. Berjalanlah ke arah selatan, kemudian naiklah ke atas bukit yang bernama Siti Hinggil, di sanalah Anda akan menemui pesona Tanjung Papuma yang sebenarnya. Sebuah batu karang yang menjualng tinggi menyerupai bukit kecil yang berada di tengah lautan menjadi ikon pariwisata di selatan Jember ini. Bebatuan tersebut konon dihuni oleh banyak sekali ular laut sehingga tidak seorang pun berani menyeberang menuju batu tersebut. Di Siti Hinggil ini terdapat sebuah bangunan pendopo, dari sini kita dapat melihat keindahan Tanjung Papuma dari atas bukit, baik dari hamparan garis pantai sampai dengan lebatnya hutan konservasi yang sangat dijaga kelestariannya.
Fasilitas
Sebagai salah satu obyek wisata andalan di Kota Jember, Tanjung Papuma memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai. Mulai dari deretan warung makan yang dikelola oleh warga sekitar, kamar mandi umum, hingga penginapan yang dikelola oleh Perhutani tersedia di pantai ini. Untuk warung makan, menu yang disajikan rata-rata adalah seafood hasil tangkapan dari nelayan setempat. Untuk pelepas dahaga, Anda dapat memesan es kelapa hijau muda dengan harga Rp 7.000,00 per-bijinya.
Untuk pilihan penginapan, Anda dapat meninap di cottage yang dikelola oleh Perhutani dengan kisaran harga mulai dari Rp 150.000,00 sampai dengan Rp 400.000,00 per-kamar (data November 2012). Awalnya saya berencana ingin meninap di Tanjung Papuma ini, namun sayang nasib sedang tidak berpihak. Kamar yang saya incar ternyata sudah habis dipesan dan tinggal kamar dengan harga Rp 360.000,00 per-malam. Pihak Perhutani menawarkan untuk menyewa tenda dome dengan harga Rp 75.000,00, tetapi saya tolak karena alasan keamanan, mengingat Tanjung Papuma berada di tengah-tengah hutan konservasi dan masih banyak kawanan primata liar di sana. Bagi Anda yang gemar berpetualang di alam bebas, tak ada salahnya mencoba mendirikan tenda sambil menikmati deburan ombak Tanjung Papuma ditemani dengan cahaya api unggun pada malam hari. Dengar-dengar katanya Tanjung Papuma juga bisa dijadikan sebagai spot untuk snorkling. Persewaan alat untuk snorkling dibandrol dengan harga Rp 50.000,00 termasuk jaket pelampung. Saya sendiri sebenarnya penasaran ingin melihat keindahan bawah laut Tanjung Papuma, sayang saya kurang mengetahui informasi untuk persewaan alat snorkling dan juga pemandunya.
Terlepas dari keindahan Tanjung Papuma yang memanjakan mata, ada sedikit kisah pilu yang sedikit mengganggu pandangan mata saya. Ya, banyak sampah yang masih berserakan di beberapa tempat. Sepanjang pengamatan saya Tanjung Papuma ini masih minim dengan fasilitas tempat sampah. Saya melihat banyak sekali sampah-sampah plastik bekas bungkus makanan maupun air mineral yang dibuang begitu saja. Sangat disayangkan memang jika pengunjung yang datang ke sini masih rendah kesadaran mereka akan membuang sampah pada tempatnya, ditambah kurangnya fasilitas pengolahan sampah oleh pihak pengelola. Di sekitar pantai sih saya melihat ada seorang yang menyapu bekas-bekas sampah yang berserakan, baik itu sampah organik maupun sampah anorganik kemudian dia kumpulkan lalu dibakar. Ya, alangkah arifnya jika pengunjung juga memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan untuk menjaga keindahan Tanjung Papuma ini.
Nah, bagi Anda yang penasaran dengan pantai yang bisa melihat view sunrise dan sunset dalam satu tempat sambil menikmati pesona pantai berpasir putih, tak ada salahnya jika menyempatkan diri untuk menyambangi Tanjung Papuma di pesisir selatan Kota Jember ini.
keterangan :
retribusi masuk ke Tanjung Papuma (data November 2012)
hari biasa : Rp 5.000,00 + asuransi
hari libur : Rp 7.000,00 + asuransi
toilet : Rp 2.000,00
Saya mendapatkan tambahan informasi, bagi Anda yang ingin mengakses fasilitas seperti persewaan alat snorkling, tour bahari, persewaan ATV, flying fox, dan sebagainya, dapat menghubungi pihak Papuma Adventure yang bermarkas di sebelah mushola.
tips : untuk mendapatkan view landscape yang bagus disarankan datang pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 karena matahari belum terlalu menyengat, dan jangan lupa untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar