Senin, 03 Desember 2012

Perjalanan dari Jogja Menuju Tanjung Papuma


"Next trip ke mana lagi?", mungkin saja pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di kepala bagi Anda yang sudah kecanduan apa itu namanya traveling. Mungkin juga bagi Anda sudah memiliki agenda khusus mengenai kapan dan ke mana tempat selanjutnya untuk dijelajahi. Traveling bisa menjadi gaya hidup bahkan juga kebutuhan bagi sebagian orang. Bagi saya traveling merupakan salah satu wahana untuk mengenal diri sendiri, pun demikian juga untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, menikmati kekayaan dan keindahan ciptaan tangan-Nya yang maha sempurna. Jujur, saya sendiri tidak pernah memiliki perencanaan untuk bepergian ke mana, karena hampir selalu perencanaan yang saya buat jauh-jauh hari sebelumnya hanya berujung sebagai wacana saja. Ya, perjalanan ke Tanjung Papuma ini merupakan pengalaman solo traveling saya yang kedua, alias perjalanan seorang diri setelah bulan Mei kemarin saya nekat menjelajah seorang diri ke Bromo. Perjalanan kali ini saya pun juga menerapkan prinsip "modal nekat" untuk dapat melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keindahan Tanjung Papuma yang sebenarnya. Perjalanan ke Tanjung Papuma juga menjadi perjalanan dadakan, mengingat rencana saya untuk bertandang ke Dieng dan Kawah Ijen saya urungkan karena cuaca yang sedang tidak bersahabat. 

Sebelum saya berangkat ke kampus pada pagi hari, saya sempat berkicau mengutarakan keinginan saya untuk menjelajah Tanjung Papuma. Niatnya sih sekalian memberi kode siapa tahu ada yang berminat untuk bergabung dengan saya. Kicauan saya disambar oleh akun @PapumaJember, yang awalnya saya kira hanya akun-akun spam yang hobi menyambar tweet. Saya pun mencoba menuliskan kicuan kepada akun tersebut untuk bertanya rute kendaraan umum menuju Papuma. Tidak disangka, akun @PapumaJember bukanlah akun spam seperti perkiraan saya. Kicauan saya dibalas dan akun tersebut menjelaskan rute kendaraan umum menuju Tanjung Papuma. Siang hari sepulang dari kampus, saya sempatkan dulu untuk browsing informasi mengenai akses kendaraan umum menuju Papuma. Dari beberapa blog yang saya kunjungi rata-rata memang kurang menjelaskan bagaimana akses menuju Tanjung Papuma. Mereka hanya menjelaskan bagaimana keindahan Tanjung Papuma, dengan tampilan beberapa foto narsis sebagai pelengkap blog mereka. Tidak apalah, toh blog pribadi kan suka-suka si penulis mau menuliskan apa yang dia mau bukan?

Sembari browsing informasi saya menghubungi beberapa teman untuk mengajak trip bersama. Anyway as usual, ajakan saya mereka tolak dengan berbagai macam alasan. Yasudah lah, lebih baik saya jalan sendiri saja daripada tidak terealisasi. Pukul 14.30 saya pun membulatkan tekat untuk berangkat, packing apa adanya dan membawa bekal secukupnya. Sekitar pukul 15.00 saya pun bersiap meninggalkan kost langsung berjalan kaki menuju halte Trans Jogja terdekat untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju terminal Giwangan. Jogja sore itu terasa cukup padat lalu lintasnya, perjalanan dari halte Trans Jogja depan RS Sardjito menuju ke terminal Giwangan memakan waktu sekitar 1 jam lebih. Ya, beginilah, sistem transportasi massal terkadang malah memakan waktu yang panjang.


Perjalanan Jogja-Jember dengan Bus Akas Asri
Kenapa saya memilih transportasi bus antar kota? Menurut saya waktu keberangkatan lebih fleksibel, walau dari segi waktu tempuh maupun biaya lebih mahal jika dibandingkan dengan menggunakan kereta api. Pertimbangan saya lainnya adalah jika menggunakan bus antar kota pada malam hari saya dapat menghemat ongkos penginapan, karena saya bisa istirahat di dalam bus pada malam hari, dan sampai di tujuan pada pagi harinya. Beruntung setelah saya sampai di terminal Giwangan, ada bus tujuan Jogja-Banyuwangi yang akan berangkat. Saya pun segera naik dan mencari tempat duduk yang nyaman bagi saya. Beruntung pula penumpang sore itu tidak terlalu ramai seperti yang biasa saya lihat. Harga tiket bus dari Jogja menuju Jember sebesar Rp 72.000,00 per-orang. Perjalanan dari Jogja menuju Jember memakan waktu sekitar 10-12 jam perjalanan, tergantung dengan kondisi lalu lintas.

Bus Akas Asri ini memiliki seat dengan setelan 3-2, setara dengan kelas AC ekonomi. Satu hal yang kurang nyaman bagi saya adalah tempat duduknya agak sempit di bagian kaki, sehingga agak menyulitkan untuk bergerak atau meluruskan kaki. Kualitas tempat duduk cukup nyaman dan AC-nya cukup kencang kok. Selama perjalanan yang cukup panjang itu jangan harap Anda mendapatkan kupon makan mengingat bus ini hanya berkelas AC ekonomi. Memasuki area Jawa Timur saya pun mulai tertidur lumayan lelap. Terbangun beberapa kali karena kepala saya terbentur kaca dan membalas beberapa pesan singkat. Jika diamati antara bus Sumber Grup, Mira, Eka, maupun Akas Asri memiliki sistem driving yang sama ketika memasuki area Jawa Timur. Si sopir pasti menjalankan bus dengan kecepatan yang cukup tinggi. Agak ngeri juga sih sebenarnya, tapi ya pasrah saja lah, toh si sopir juga sudah berpengalaman dan mempunyai perhitungan dalam menjalankan kendaraannya.

Sekitar pukul 01.30 bus sudah memasuki wilayah antara Pasuruhan dan Probolinggo. Bus ini pun mampir sejenak di pom bensin untuk mengisi bahan bakar sambil mempersilahkan penumpangnya menuju kamar kecil. Pukul 02.00 bus berhenti di salah satu rumah makan di wilayah Probolinggo dan si kondektur mempersilahkan penumpang untuk membeli makanan. Saya memilih tinggal di dalam bus sambil berbincang-bincang dengan beberapa penumpang yang juga memilih tinggal di dalam bus. Sekitar 20 menit kemudian perjalanan pun kembali dilanjutkan. Memasuki kota Probolinggo mengingatkan saya kembali mengenai perjalanan ke Bromo yang pernah saya lakukan beberapa bulan sebelumnya. Tak terasa sekitar pukul 04.30 bus yang saya tumpangi sudah memasuki kota Jember. Sepanjang perjalanan memasuki Kota Jember saya disambut dengan guyuran hujan gerimis yang membuat saya sedikit pesimis. Bus yang saya tumpangi tidak masuk ke dalam Terminal Tawang Alun. Penumpang yang turun di terminal ini dipersilahkan untuk turun di depan terminal. Beruntung sekali ketika saya turun dari bus hujan rintik perlahan mulai berhenti.

Perjalanan dari Jember Menuju Balung
Turun dari bus saya pun dihampiri oleh bapak-bapak yang sepertinya bertugas untuk mencari penumpang. Saya bertanya-tanya mengenai rute kendaraan umum untuk menuju Tanjung Papuma. Walau penampilan si bapak lumayan garang, tapi beliau baik, menjelaskan kepada saya pilihan kendaraan untuk menuju Tanjung Papuma. Sebenarnya saya sudah mengantongi informasi mengenai rute kendaraan umum dari Terminal Tawang Alun Jember menuju Tanjung Papuma dari akun twitter @PapumaJember. Si bapak memberi tahu saya jika dari Terminal Tawang Alun ini saya dapat melanjutkan perjalanan menuju ke daerah Balung kemudian disambung menuju daerah Ambulu dengan menggunakan angkot. Alternatif kedua adalah dengan menyewa jasa ojek langsung dari terminal dengan ongkos Rp 60.000,00 sampai dengan Rp 75.000,00 sekali jalan. Jika menggunakan angkot, terlebih dulu kita menuju daerah Balung. Ongkos yang dikenakan adalah Rp 10.000,00 per-orang dengan lama tempuh perjalanan sekitar 30 menit (data bulan November 2012).

Ketika di terminal si sopir angkot menawari saya untuk menyewa angkotnya saja untuk langsung menuju daerah Papuma. Saya pun dengan sigap menolaknya secara halus, karena tidak ada di dalam perencanaan anggaran saya. Perjalanan dari Terminal Tawang Alun menuju daerah Balung memakan waktu sekitar 30 menit. Satu hal yang unik dari sopir angkot di daerah Jember ini adalah kelakuan si sopir yang terbilang cukup agresif dalam mendapatkan penumpangnya. Dilihat dari logat bicaranya si sopir sepertinya adalah orang Madura. Hal unik yang saya lihat adalah si sopir tak segan-segan untuk memberhentikan angkotnya dan dia mendatangi si calon penumpang langsung untuk menawarkan angkotnya. Walaupun sebelumnya si kernet sudah menawari rute angkot dan si penumpang jelas-jelas menolakknya. Sungguh perjuangan yang cukup gigih untuk mendapatkan penumpang. Hal unik lainnya adalah beberapa masyarakat di Jember masih memanfaatkan air sungai untuk mencuci baju dan buang hajat, setidaknya itulah pemandangan pagi yang saya temui sepanjang perjalanan menuju daerah Balung. Walau air sungai terlihat cukup keruh, namun masih saja penduduk masih memanfaatkan aliran airnya.

Perjalanan dari Balung Menuju Ambulu
Setelah sekitar 30 menit perjalanan dari Terminal Tawang Alun, Jember sampailah saya di daerah Balung. Si sopir mempersilahkan saya turun di pertigaan pasar Balung. Dari pertigaan pasar Balung ini sudah ada bapak-bapak yang menawari saya angkot untuk menuju daerah Ambulu. Naiklah saya ke dalam angkot dan saya harus menunggu sekitar 30 menit karena angkot yang nge-time menunggu sampai penumpang penuh. Di dalam angkot Anda harus rela berdesak-desakan dengan orang maupun barang, karena di pagi hari biasanya banyak pedagang dari daerah Balung menuju Ambulu untuk menjajakan barang dagangan mereka. Sedikit kurang nyaman memang, namun disitulah kenikmatan menaiki angkutan umum. Kita dapat berinteraksi dengan orang-orang dengan berbagai macam latar belakang. Tarif angkot untuk rute Balung - Ambulu ini adalah Rp 10.000,00 per-orang (data November 2012).

Ambulu - Tanjung Papuma Pakai Ojek Motor Saja !
Sesampainya di perempatan Ambulu, semua penumpang pun turun dari angkot. Ada seorang bapak-bapak tukang ojek yang menghampiri saya menawarkan jasanya. Sesuai dengan kesepakatan, untuk sekali jalan menuju Tanjung Papuma biaya yang harus saya bayarkan adalah Rp 30.000,00 (data November 2012). Si bapak akan menawarkan untuk menjemput Anda setelah puas menikmati keindahan Tanjung Papuma. Sekedar tips, jangan lupa untuk meminta nomor telepon si tukang ojek untuk memudahkan Anda berkomunikasi jika sewaktu-waktu Anda minta dijemput. Tukang ojek di sini bisa dipercaya kok. Mereka akan menepati janji untuk menjemput Anda sesuai dengan jam yang sudah disepakati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar