Pernyataan Sosiolog Aceh Dr. Otto Syamsuddin Ishak beberrapa waktu lalu, bahwa Aceh kurang menghargai keberagaman. Namun pernyataan itu dibantah oleh Pakar Budaya Aceh, Dr Abdul Rani Usman, M.Si. menurutnya, justru orang Aceh sangat menghargai keberagaman itu, dengan menunjukkan bukti bahwa dari zaman dulu di Aceh sudah banyak hidup etnis yang beragam. Kalau orang Aceh tidak menghargai mereka, maka mereka tidak akan betah hidup di Aceh.
Seperti yang saya kutip dari The Globe Journal “Pernyataan Otto itu salah, Aceh sangat mengargai keberagaman, apalagi sekarang sudah datang lagi etnis-etnis baru yang kemarin dari Banglades, orang Aceh sangat menghargai mereka dan memberi perlindungan,” kata Abdul Rani kepada The Globe Journal di Banda Aceh, Senin (1/8).
Pernyataan Otto yang dibantah itu, seolah-olah Aceh tidak memiliki kebaragaman, padahal kalau dilihat dari segi apapun, Aceh sangat kaya dengan keberagaman, tetapi di sisi masyarakat Aceh itu sendiri sangat miskin dengan keberagaman.
“Sepertinya sangat sulit dipahami masyarakat Aceh saat ini, di mana setiap yang beragam ini selalu ingin mendominasi dan memaksakan keyakinan dirinya pada orang lain, masyarakat lebih cendrung ingin melakukan intervensi, apabila kita saling menjaga keharmonisan, maka intervensi itu tidak akan terjadi maka yang terjadi diskusi,” kata Otto.
Kadangkala, lanjut Otto, masyarakat Aceh sering merasa seolah-olah hilang keberadaan ketika dalam keberagaman. Semestinya harus disadari bahwa keberagaman itu sebuah realitas sosial.
“Semua keberagaman itu sifatnya horizontal tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah, semua sama, masuk ke aspek etnis, kita juga msih beragam, dalam pendidikan juga beragam,” kata Otto.
Menurut Otto, kemiskinan berkorelasi langsung dengan rendah pemahaman keberagaman. Ini sekaligus akan menjadikan Aceh dalam kemunduran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar