Kamis, 12 Desember 2013

Sehari Bersama Surabaya Heritage Track (Part II)

Selesai mengikuti Surabaya Heritage Track "tahap pertama", saya beserta rombongan pun segera bergegas menuju Tracker Information Center. Kami pun kembali mendaftarkan diri untuk mengikuti jadwal tour yang diadakan pukul 15.00 sore. Peserta Surabaya Heritage Track pada jam 15.00 rata-rata merupakan para trackers yang telah mengikuti trip sebelumnya. Dari acara Surabaya Heritage Track inilah keakraban pun timbul di antara peserta. Dari yang awalnya kami tidak kenal hingga akhirnya saling kenal.


Menjelang pukul 15.00 para peserta pun antri dengan tertib masuk ke dalam bus. Satu per satu peserta diberikan sebuah co card sebagai penanda bahwa kami adalah peserta Surabaya Heritage Track. Untuk rute kali ini para trackers diajak untuk mengunjungi Kantor Pos Besar Surabaya di daerah Kebonrojo. Karena letaknya di kawasan Kebonrojo, maka masyarakat Surabaya lebih mengenalnya sebagai Kantor Pos Kebonrojo. Bangunan ini didirikan sekitar tahun 1880 oleh Belanda. Pada tahun 1881, bangunan ini difungsikan sebagai tempat tinggal Bupati Karesidenan Surabaya. Kemudian pada tahun 1925 bangunan ini difungsikan sebagai HBS (Hogere Burger-School) yaitu sekolah yang didirikan oleh bangsa Belanda yang setara seperti SMA. Di gedung inilah Sang Proklamator kita, yaitu Ir. Soekarno pernah mengenyam pendidikan sebelum akhirnya beliau melanjutkan bangku perkuliahan di Technische Hoogeschool te Bandoeng atau sekarang lebih dikenal sebagai ITB (Institut Teknologi Bandung).




Dalam tour ini sang pemandu pun menerangkan mengapa Kantor Pos identik dengan warna orange. Warna orange sendiri merupakan warna yang diberikan oleh Bangsa Belanda. Warna orange dipercaya oleh Bangsa Belanda merupakan simbol dari kejayaan. Maka tak heran jika seragam tim kesebelasan sepak bola Belanda menggunakan seragam berwarna orange. Satu hal yang paling saya sukai dari bangunan Kantor Pos Kenonrojo ini adalah bagian interiornya yang cukup unik. Bangunan dengan langit-langit yang cukup tinggi sehingga memungkinkan sirkulasi udara dan pencayahaan yang cukup. Satu hal lagi yang unik di Kantor Pos ini, kita bisa mencetak perangko dengan foto wajah kita sendiri. Ada minimal jumlah cetaknya memang. Saya pun berceletuk dengan sesama trackers, unik kali ya kalau kita kirim CV ke perusahaan dengan perangko yang ada gambar wajah kita !



Usai berkeliling di Kantor Pos Kebonrojo, para trackers pun diajak berjalan kaki menuju Gereja Kepanjen, salah satu gereja Katholik tertua di Kota Surabaya. Bangunan gereja ini cukup unik, yaitu menggunakan material batu bata yang tidak dihaluskan dengan semen pada bagian dindingnya, sehingga tekstur dari batu bata masih kasat mata terlihat. Di bagian samping bangunan gereja terdapat replika Goa Maria yang digunakan untuk peribadatan. Dibalut dengan pepohonan yang cukup rindang menjadikan suasana di Goa Maria ini cukup sejuk di antara panasnya udara Kota Surabaya. Memasuki bagian dalam gereja, kita akan disambut dengan deretan kursi-kursi panjang yang menghadap ke altar. Suasana Gereja Kepanjen ini sekilas mirip seperti suasana di Gereja Katedral Jakarta, namun terlihat lebih sederhana.


Usai menikmati bangunan Gereja Kepanjen, para trackers pun diajak kembali untuk naik ke dalam bus. Kali ini perjalanan dilanjutkan menyusuri kawasan Jalan Indrapura hingga Jalan Rajawali. Kali ini bus SHT berhenti di depan sebuah bangunan tua di kawasan Jalan Garuda. Para trackers diajak untuk mengunjungi Gedung Bank Indonesia Eks De Javasche Bank. Gedung yang berlokasi di belakang gedung Bank BNI Jalan Rajawali ini baru selesai dikonservasi tahun 2012. Gedung tersebut kini difungsikan sebagai museum dan juga ruang pamer. Masyarakat dapat menyewanya untuk mengadakan acara kesenian, budaya, dan juga pendidikan.



Sebagai sebuah museum, Eks De Javasche Bank ini memiliki koleksi-koleksi yang cukup menarik. Di lantai bagian atas kita akan menemukan beberapa barang-barang yang digunakan dalam kegiatan perbankan pada masa itu. Misalnya saja pintu masuk dengan bentuk memutar, kemudian ruangan yang berbentuk bilik-bilik yang terbuat dari anyaman besi yang dahulu dijadikan sebagai tempat untuk bertransaksi. Kesemua barang-barang tersebut masih asli sejak jaman Kolonial Belanda dahulu. Beralih ke ruangan bagian bawah kita akan diajak untuk melihat barang-barang yang digunakan dalam kegiatan perbankan, khususnya operasional Bank Indonesia. Di museum ini dipamerkan benda-benda seperti alat untuk mencetak uang, mulai dari alat yang jadul hingga alat yang modern. Ada juga sebuah ruangan khusus yang digunakan sebagai tempat brankas menyimpan uang dan surat-surat berharga milik nasabah yang dititipkan ke bank. Ada satu hal yang unik di gedung ini, yaitu adanya lorong-lorong kecil di bagian sudut bangunan. Lorong-lorong ini saling berhubungan dan memiliki cermin pada bagian ujungnya. Menurut penuturan sang pemandu, cermin-cermin inilah yang memantulkan bayangan di ruang sebelah sehingga petugas bank dapat mengamati kondisi di sekitar gedung/bangunan. Jika jaman modern sekarang ini, peran cermin ini diibaratkan sebagai CCTV. Unik memang, dan jujur saya sedikit membutuhkan waktu untuk memahami fungsi dari lorong-lorong dan cermin yang terpasang tersebut.


Usai berkeliling di gedung Eks De Javasche Bank, maka berakhirlah tour bersama Surabaya Heritage Track kali ini. Sebagai bocoran, setiap bulannya acara Surabaya Heritage Track ini memiliki tema yang berbeda-beda pada setiap tournya. Maka tidak heran jika rute dan lokasi yang dikunjungi pun berbeda-beda. Ingin menikmati tempat-tempat bersejarah di Kota Surabaya dengan sudut pandang yang berbeda? Tak ada salahnya jika Anda mampir ke Museum House of Sampoerna dan menikmati tour bersama Surabaya Heritage Track ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar