Menikmati kuliner tradisional selalu memberikan kesan tersendiri bagi saya. Bukan hanya soal rasa, namun juga cerita untuk mendapatkannya. Perjalanan rasa kali ini membawa saya menelusuri kawasan Kotagede, salah satu sudut perkampungan di sebelah tenggara Kota Yogyakarta yang menyuguhkan keindahan bangunan-bangunan tua yang hingga kini masih terjaga.
Kotagede memang terkenal dengan kerajinan peraknya yang cukup melegenda. Konon, kerajinan perak di Kotagede merupakan kerajinan perak terbaik di Indonesia. Bagi penggemar wisata heritage, Kotagede bisa menjadi pilihan Anda menjelajah. Banyak bangunan-bangunan tua yang masih sangat terjaga di kawasan ini. Sering saya menyebut Kotagede sebagai sebuah mesin waktu, menuju pintu gerbang ke masa lalu.
Selain keindahan bangunan tua peninggalan masa silam, Kotagede juga menyimpan kekayaan kuliner yang sayang jika dilewatkan. Salah satu kuliner khas dari Kotagede ini adalah kipo. Makanan ini berbentuk mungil sebesar satu ruas jari ini memiliki cita rasa manis legit bercampur dengan rasa gurih. Ada cerita menarik di balik pemberian nama kipo pada makanan ini. Awalnya Bu Djito, sang pencipta panganan sederhana ini mencoba menjual panganan hasil kreasinya di warung sederhana miliknya. Banyak pembeli yang bertanya-tanya kepada Ibu Djito "iki opo?" atau dalam Bahasa Indonesia berarti "ini apa" ketika melihat panganan tersebut. Dari pertanyaan itu kemudian nama kipo tercipta. Sebuah nama yang berasal dari singkatan pertanyaan "iki opo" yang berulang kali dilontarkan oleh pembeli kepada Bu Djito.
Kipo sendiri terbuat dari adonan tepung beras yang dicampur dengan santan dan garam, serta diberi pewarna hijau. Adonan tersebut dibentuk bulat lalu dipipihkan, kemudian diberi isian enten-enten yang berasal dari campuran parutan kelapa dan gula jawa. Adonan tersebut kemudian dipadatkan, lalu diletakkan di atas daun pisang, untuk kemudian dipanggang di atas wadah semacam wajan, namun memiliki bentuk yang rata. Dahulu pemanggangan kipo dilakukan menggunakan tungku kayu, namun sekarang dilakukan di atas kompor gas seiring dengan perubahan zaman.
Warna hijau pada adonan kipo berasal dari pewarna alami yaitu perasan daun suji atau daun pandan yang dicampurkan ke dalam adonan. Campuran daun suji ini membuat aroma khas kipo keluar ketika dipanggang. Jajanan kipo ini cocok dijadikan sebagai teman minum teh baik di pagi maupun sore hari. Kipo tidak memakai bahan pengawet, sehingga hanya mampu bertahan selama seharian saja. Walaupun tidak basi, namun kipo yang sudah terlalu lama akan terasa keras dan kurang enak untuk disantap.
Tak seperti halnya makanan khas Jogja lainnya seperti bakpia, geplak, maupun gudeg yang hampir dijual di seluruh sudut Kota Yogyakarta, jajanan kipo ini hanya dijual di kawasan Kotagede saja, tidak dijual di kawasan lain. Warung kipo yang terkenal adalah warung milik Bu Djito yang beralamatkan di Jalan Mondokaran no 27 Kotagede, Yogyakarta. Selain membeli kipo, Anda pun dapat melihat secara langsung proses pembuatannya di warung Bu Djito ini.
Kotagede memang terkenal dengan kerajinan peraknya yang cukup melegenda. Konon, kerajinan perak di Kotagede merupakan kerajinan perak terbaik di Indonesia. Bagi penggemar wisata heritage, Kotagede bisa menjadi pilihan Anda menjelajah. Banyak bangunan-bangunan tua yang masih sangat terjaga di kawasan ini. Sering saya menyebut Kotagede sebagai sebuah mesin waktu, menuju pintu gerbang ke masa lalu.
Selain keindahan bangunan tua peninggalan masa silam, Kotagede juga menyimpan kekayaan kuliner yang sayang jika dilewatkan. Salah satu kuliner khas dari Kotagede ini adalah kipo. Makanan ini berbentuk mungil sebesar satu ruas jari ini memiliki cita rasa manis legit bercampur dengan rasa gurih. Ada cerita menarik di balik pemberian nama kipo pada makanan ini. Awalnya Bu Djito, sang pencipta panganan sederhana ini mencoba menjual panganan hasil kreasinya di warung sederhana miliknya. Banyak pembeli yang bertanya-tanya kepada Ibu Djito "iki opo?" atau dalam Bahasa Indonesia berarti "ini apa" ketika melihat panganan tersebut. Dari pertanyaan itu kemudian nama kipo tercipta. Sebuah nama yang berasal dari singkatan pertanyaan "iki opo" yang berulang kali dilontarkan oleh pembeli kepada Bu Djito.
Kipo sendiri terbuat dari adonan tepung beras yang dicampur dengan santan dan garam, serta diberi pewarna hijau. Adonan tersebut dibentuk bulat lalu dipipihkan, kemudian diberi isian enten-enten yang berasal dari campuran parutan kelapa dan gula jawa. Adonan tersebut kemudian dipadatkan, lalu diletakkan di atas daun pisang, untuk kemudian dipanggang di atas wadah semacam wajan, namun memiliki bentuk yang rata. Dahulu pemanggangan kipo dilakukan menggunakan tungku kayu, namun sekarang dilakukan di atas kompor gas seiring dengan perubahan zaman.
Warna hijau pada adonan kipo berasal dari pewarna alami yaitu perasan daun suji atau daun pandan yang dicampurkan ke dalam adonan. Campuran daun suji ini membuat aroma khas kipo keluar ketika dipanggang. Jajanan kipo ini cocok dijadikan sebagai teman minum teh baik di pagi maupun sore hari. Kipo tidak memakai bahan pengawet, sehingga hanya mampu bertahan selama seharian saja. Walaupun tidak basi, namun kipo yang sudah terlalu lama akan terasa keras dan kurang enak untuk disantap.
Tak seperti halnya makanan khas Jogja lainnya seperti bakpia, geplak, maupun gudeg yang hampir dijual di seluruh sudut Kota Yogyakarta, jajanan kipo ini hanya dijual di kawasan Kotagede saja, tidak dijual di kawasan lain. Warung kipo yang terkenal adalah warung milik Bu Djito yang beralamatkan di Jalan Mondokaran no 27 Kotagede, Yogyakarta. Selain membeli kipo, Anda pun dapat melihat secara langsung proses pembuatannya di warung Bu Djito ini.
Lokasi
Warung kipo Bu Djito terletak di Jalan Mondorakan 27 Kotagede, Yogyakarta. Jika Anda dari arah Jalan Kemasan langsung saja menuju pasar, lalu belok ke kanan (ke arah barat), telusuri saja jalan tersebut, warung kipo Bu Djito terletak di sebelah kanan jalan.
Bagaimana Menuju Ke Sana ?
Untuk menuju wilayah Kotagede, Anda dapat menggunakan jasa Trans Jogja dengan trayek 3A dan 3B, turun di shelter Tegal Gendu, lalu berjalan kaki ke arah pasar Kotagede. Anda dapat pula menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil. Anda juga dapat menggunakan jasa becak, andong, maupun taksi untuk menuju daerah tersebut.
Harga
Untuk satu bungkus berisi lima buah kipo dijual dengan harga Rp 1.300,00 saja, murah bukan !
Tips
Selain berburu kipo, di Kotagede ini Anda dapat berburu kerajinan perak, mengunjungi pabrik Cokelat Monggo, maupun berwisata di Makam Raja-Raja Mataram yang letaknya saling berdekatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar