Tampilkan postingan dengan label FamTripJateng. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FamTripJateng. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Maret 2015

Mengenal Lebih Dekat Anak Gimbal Dieng

Selain menawarkan keindahan alamnya yang menawan, Dieng juga memiliki adat-istiadat serta budaya yang unik dan tak kalah menarik. Adalah rambut anak rambut gimbal, anak istimewa, titipan dari dewa.


Dataran Tinggi Dieng tersohor dengan keindahan alamnya yang mempesona. Deretan perbukitan yang gagah, telaga warna yang anggun, candi-candi peninggalan kejayaan peradaban Hindu yang masih terjaga keberadaannya, hingga kawah vulkanik yang terlihat cantik namun menyimpan bahaya. Selain keindahan alam, Dataran Tinggi Dieng juga menyimpan sebuah keunikan yang mungkin tidak akan dapat kita temukan di daerah lain. Adalah anak berambut gimbal, yang dipercaya sebagai titisan Kyai Kolodite, leluhur masyarakat Di Hyang, yang bersemayam di dalam raga anak-anak yang dianggap pilihan.


Anak rambut gimbal seolah memiliki kharisma tersendiri. Rambut gimbal mereka tumbuh secara alami, bukan karena hasil karya tangan-tangan kapster yang bekerja di salon. Anak berambut gimbal dipercaya memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan anak-anak lain sebayanya karena mereka dianggap sebagai anak pilihan, sehingga memang ada perlakuan khusus semacam diistimewakan. Pada saat kecil, anak berambut gimbal ini tumbuh selayaknya anak-anak pada umumnya. Namun ketika memasuki usia sekitar dua atau tiga tahun, mereka tiba-tiba mengalami demam yang tinggi, dan pada keesokan harinya tumbuh rambut gimbal secara tiba-tiba di rambut mereka.

Dalam acara #FamTripJateng kemarin, kami diajak mengenal lebih dekat sosok anak rambut gimbal penghuni kawasan Dataran Tinggi Dieng ini. Bertempat di Pendopo Soeharto Whitlam, para travel blogger diajak untuk berdiskusi langsung dengan narasumber seperti Mbah Naryono (sesepuh adat Dieng), mas Alif Fauzi (ketua Pokdarwis di Dieng) dan serta dua anak rambut gimbal, yaitu Nafis dan Sri Nuria yang didampingi oleh orang tua masing-masing.


Pada acara diskusi tersebut, Mbah Naryono bercerita mengenai prosesi ritual pemotongan rambut gimbal. Pemotongan rambut gimbal tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Rambut gimbal dianggap sebagai suatu hal yang cukup sakral, sehingga untuk memotongnya perlu dilakukan serangkaian acara ritual khusus atau ruwatan. Acara pemotongan anak berambut gimbal juga baru bisa dilaksanakan ketika si anak sudah memiliki satu buah permintaan khusus kepada orang tua mereka. Orang tua mereka pun harus menyanggupi permintaan yang terucap dari mulut anak gimbal tersebut. Jika pemotongan rambut gimbal dilakukan tanpa adanya kegiatan ruwatan, maka dipercaya rambut gimbal tersebut akan tetap tumbuh kembali di kepala si anak.

Permintaan anak gimbal yang akan diruwat pun bermacam-macam. Ada permintaan yang mudah dikabulkan seperti meminta mainan, makanan, dan sebagainya. Namun, ada pula beberapa permintaan anak gimbal yang cukup berat untuk dikabulkan, seperti meminta ternak, sepeda motor, bahkan ada pula permintaan yang terkadang susah dinalar dengan akal biasa. Seperti Nafis, gadis kecil yang rencananya akan diruwat dalam perhelatan Dieng Culture Festival tahun 2015 ini memiliki permintaan yang cukup sedehana khas bocah sebayanya, yaitu meminta es lilin buatan dari tetangganya sendiri. Atau Sri Nuria, gadis kecil yang baru saja diruwat dalam acara Dieng Culture Festival tahun 2014 kemarin meminta hewan ternak berupa seekor kambing.

Lalu, bagaimana cara untuk mengetahui permintaan si anak sebelum dilakukan ruwatan rambut gimbal? Ketika si anak berumur sekitar 6 tahun, orang tua mereka, terutama sang ibu akan menanyakan permintaan si anak. Permintaan tersebut ditanyakan ketika mereka baru bangun tidur pada pagi hari. Biasanya si anak gimbal tersebut akan mengucapkan permintaan yang sama ketika ditanya setiap paginya. Maka dari itu, orang tua mereka akan menyiapkan permintaan anak gimbal tersebut saat akan dilakukan ruwatan.

Acara ruwatan anak gimbal sendiri dahulu kala dilakukan secara perorangan, namun sekitar tahun 2010, acara ruwatan anak gimbal dilakukan secara bersama yang dikemas dalam acara Dieng Culture Festival. Acara Dieng Culture Festival memang diselenggarakan untuk melestarikan budaya sekaligus menambah atraksi wisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Oh iya, sekedar bocoran nih, acara Dieng Culture Festival tahun 2015 ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 1-2 Agustus 2015 lho ! Bagi yang berminat untuk melihat acara Dieng Culture Festival ini silahkan catat tanggalnya ya ! Informasi Dieng Culture Festival dapat diintip di akun twitter mereka @FestivalDieng ya :) 

Kamis, 25 Desember 2014

Menengok Proses Pembuatan Manisan Carica Khas Dieng

Singgah ke sebuah tempat rasanya tidak lengkap jika tidak membawa oleh-oleh khas daerah setempat. Jika Anda sedang mampir di daerah Wonosobo, maka manisan carica adalah pilihan tepat sebagai buah tangan untuk keluarga dan kerabat.

Satu pertanyaan yang sering saya lontarkan ketika saya sedang berkunjung ke suatu tempat yaitu adakah kuliner khas dari daerah setempat? Pertanyaan tentang makanan menurut saya menjadi salah satu entry point yang paling mudah untuk memulai pembicaraan dengan orang yang baru saja kita kenal dalam perjalanan.


Berbicara tentang Wonosobo, daerah ini memiliki beberapa makanan khas yang wajib Anda coba ketika bertandang di kota ini. Dari beberapa makanan khas, manisan carica menjadi salah satu sajian yang diburu oleh wisatawan oleh-oleh khas. Rasanya yang manis serta aromanya yang khas menjadikan sajian ini menjadi primadona oleh-oleh daerah Wonosobo.



Pada acara #FamTripJateng kali ini kami diajak untuk melihat langsung proses pembuatan manisan buah carica di PT Yuasa Food Indonesia yang beralamatkan di Jalan Dieng KM 3.5 Krasak, Mojotengah, Wonosobo. Jika dilihat sekilas, bentuk buah carica terlihat seperti perpaduan antara buah kakao dan buah pepaya. Ketika dibelah, bagian daging buah terlihat berbentuk seperti bintang, dengan daging buah berwarna kuning serta biji buah yang diselimuti lendir. Bagian biji buah yang berlendir inilah yang memberikan aroma khas carica yang tajam namun menggugah selera. Jika dicicipi, bagian biji yang berlendir ini terasa manis namun sedikit masam, sedangkan daging buahnya terasa hambar. 



Proses pembuatan manisan carica ini cukup mudah. Setelah mengupas kulit buahnya, carica kemudian dibelah untuk memisahkan bagian biji dengan daging buahnya. Selanjutnya, bagian biji buah carica ini direbus dengan campuran air dan gula pasir untuk membuat sirup untuk campuran manisan. Selanjutnya, bagian daging buah yang usai dipotong dan dicuci bersih dicampurkan dengan sirup dari biji buah carica dimasukkan ke dalam kemasan sesuai dengan takaran. Tahap selanjutnya adalah proses fakturisasi dengan cara merebus manisan carica yang sudah masuk ke dalam kemasan agar steril dari bakteri. Proses fakturisasi ini cukup sederhana, hanya merebus manisan carica di dalam kemasan tersebut menggunakan api kecil dalam waktu kurang lebih 50 menit. Tahap terakhir adalah pemberian label pada kemasan dan proses pengemasan agar siap dipasarkan.



Ada dua kemasan manisan carica yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan ini, yaitu kemasan botol plastik dan kemasan botol kaca. Anda pun dapat membeli oleh-oleh manisan buah carica ini langsung dari pabrik pengolahannya maupun di toko oleh-oleh yang ada di Kota Wonosobo. Jalan-jalan ke kawasan Dieng tak lengkap rasanya jika tak membawa oleh-oleh manisan buah carica untuk keluarga, sanak saudara dan kerabat Anda bukan? Jadi, jangan sampai terlewat ya untuk membeli dan mencicipi manisan carica yang aromanya khas ini !

disclaimer :
tulisan ini dibuat dalam rangka acara #FamTripJateng yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jata Tengah dengan mengundang beberapa rekan travel blogger pada tanggal 4-5 Desember 2014

Rabu, 17 Desember 2014

[Photo] Keseruan #FamTripJateng 2014

Bagaimana jika sekitar 20 orang travel blogger dikumpulkan menjadi satu untuk trip bareng? Rame, kocak, seru !

Tanggal 4 dan 5 Desember kemarin, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah mengundang sekitar 20 orang travel blogger untuk melakukan perjalanan bersama, mengenalkan potensi pariwisata Jawa Tengah yang ternyata sangat beragam. Trip kali ini diadakan di daerah Wonosobo dan Banjarnegara untuk memperkenalkan potensi pariwisata yang ada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bagaimana keseruan trip kali ini? Here's some candid moment from my camera !

Groufie atau selfie atau apalah namanya, yang namanya foto bareng travel partner di lokasi wisata itu wajib yak buat dokumentasi dan di share di social media hihihi ~

lokasi : Bukit Sidengkeng, Dieng
jika cuaca cerah maka Anda dapat menyaksikan pemandangan Telaga Warna, Telaga Pengilon dengan latar belakang Gunung Sindoro, sayang kemarin lagi mendung dan turun kabut ~


hmmmm, aku penasaran nih dengan hasil groufienya, ngintip ah #eh ~

lokasi : Bukit Sidengkeng, Dieng
dibutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk mencapai puncak Bukit Sidengkeng ini, jalannya nanjak-nanjak cantik, awas kepleset, jalan setapaknya licin kak habis terguyur hujan ~


groufie dulu pakai "seragam" baru sebelum berlari ke hutan, kemudian belok ke Tambi ~

lokasi : Pendopo Agrowisata Teh Tambi

mumpung di kebun teh, main agedan film India-Indiaan yuk kak ~

lokasi : Kebun Teh Tambi

mas, jangan serius-serius ya motretnya, aku jadi canggung mengeluarkan ekspresinya ntar ~

lokasi : Kebun Teh Tambi

Demikian secuil keseruan dari #FamTripJateng 2014 yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dalam acara Familiarization Tour Blogger di Wonosobo dan Banjarnegara. Kapan-kapan boleh lho mengundang kita untuk piknik bareng lagi #uhuk

Cek cerita #FamTripJateng dari blogger yang lain yuk !
Alid Abdul - Bermain Sambil Belajar di Perkebunan Teh Tambi
Ari Murdiyanto - Pondok Wisata Tambi, Tempat Bermalam di Tengah Kebun Teh 
Dzofar - Wisata Jawa Tengah : Keajaiban Rambut Gimbal di Dieng
Fahmi Anhar - Kumpul Travel Bloggers di Wonosobo
Halim Santoso - Perjalanan Manis Buah Carica
Idah Ceris - Bonus Plus-Plus Dari Bukit Sidengkeng
Indri Juwono - Janji Kelak Menuju Dieng
Krisna KS - Carica?? Ya Dieng !!
Oryza - Kisah Kyai Kolodete dan Rambut Gimbal di Kalangan Masyarakat Dieng
Putri Normalita - Visit Jateng : Anak Gimbal dan "Warna" di Telaga Warna
Rijal Fahmi - Kisah Perjalanan Teh Tambi
Rinta Dita - Mencari Hangat dalam Semangkok Mie Ongklok
Wihikan Wijna - Mengenal Jawa Tengah Bareng Travel Blogger
Yofangga Rayson - Ayo Piknik, Jangan Kaya Orang Susah
Yusmei - Rambul Gembel, Antara Rezeki dan Cobaan
Firsta - From Plant To Pot : Tambi Tea Plantation

Selamat membaca :)

Minggu, 14 Desember 2014

Agrowisata Kebun Teh Tambi

Menikmati secangkir teh hangat di pagi hari menjadi "ritual" wajib bagi sebagian orang sebelum memulai hari. Tapi apakah pernah terpikir, bagaimana proses pembuatan teh, mulai dari pemetikan hingga tersaji menjadi secangkir minuman hangat yang nikmat?



Kabut tipis perlahan datang menyambut kami yang sedang asyik menikmati sarapan pagi di area gazebo Agrowisata Tambi. Pagi ini kami diajak menikmati wisata tea plantation di area perkebunan teh Tambi. Usai menikmati sarapan, kami pun mengikuti instruksi seorang pemandu lokal untuk berjalan menuju hamparan perkebunan teh di terletak belakang bangunan.


Pemandangan hamparan tanaman teh terbentang luas bak permadani hijau yang memanjakan pandangan mata setelah kami melewati pintu gerbang. Kami pun diajak menuju hamparan perkebunan teh yang terlihat hijau segar. Dengan cukup atraktif, si pemandu lokal pun mempraktikkan bagaimana cara memetik daun teh yang benar. Beliau menjelaskan kepada kami, bagian daun teh mana saja yang boleh dipetik. Daun teh yang dipetik adalah bagian pucuk ditambah dua atau tiga helai daun muda. Bagian pecco, yaitu bagian pucuk daun yang belum mekar adalah jenis daun terbaik untuk diolah menjadi teh karena memiliki kualitas yang prima dan memiliki nilai jual yang tinggi, dibandingkan dengan bagian pucuk daun teh yang lain.


Beliau juga menjelaskan jika dalam proses memetik pucuk daun teh ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika salah dalam memetik pucuk daun, maka akan menghambat pertumbuhan pucuk-pucuk daun baru. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap jumlah produksi teh itu sendiri. Pertumbuhan pucuk daun teh baru membutuhkan waktu sekitar 12 sampai 40 hari, tergantung dari proses pemetikan daun teh itu sendiri, apakah menggunakan teknik manual dengan tangan ataupun mekanik dengan bantuan mesin.

Perawatan tanaman teh pun tergolong mudah. Untuk tanaman teh yang sudah berumur lebih dari 50 tahun, perawatan cukup dilakukan dengan cara membersihkan lumut yang menempel pada batang menggunakan sabut kelapa setiap empat tahun sekali. Untuk tanaman teh yang sudah berkurang produktivitasnya, biasanya dilakukan pemangkasan total untuk menumbuhkan cabang baru agar produktivitas kembali meningkat.


Pemandu kami pun kembali mengajak menyusuri perkebunan, menyambangi para pekerja yang sedang memetik pucuk-pucuk daun teh. Kami pun dipersilahkan untuk mencoba praktik langsung bagaimana memetik pucuk daun teh yang benar. Pekerja di perkebunan teh Tambi ini rata-rata sudah menggunakan alat sederhana untuk memetik daun teh. Hal ini dirasa lebih cepat dibandingkan menggunakan tangan kosong. Kami pun cukup antusias untuk mencoba peralatan tersebut, beberapa dari kami ada yang mencoba memanggul keranjang yang digunakan untuk mengumpulkan daun teh, sebagian lainnya sibuk memainkan shutter kamera untuk mengabadikan momen-momen yang sayang jika terlewatkan.

Untuk menjaga kualitas, daun-daun teh yang telah selesai dipetik biasanya akan langsung dikirim ke pabrik untuk proses pengolahan. Dari proses pemetikan daun segar menuju pengiriman ke pabrik pengolahan tidak boleh lebih dari lima jam karena akan merusak kualitas dari daun teh itu sendiri. Bagi saya, perjalanan menikmati kebun teh Tambi ini menjadi sebuah pengalaman baru yang menyenangkan, karena saya dapat belajar langsung bagaimana proses pemetikan daun teh yang benar untuk menghasilkan minuman teh yang berkualitas untuk disajikan.

Tea Factory Tour
Usai melihat langsung proses pemetikan pucuk-pucuk daun teh, kami pun diajak menuju pabrik pengolahan teh yang masih berada satu kompleks di Agrowisata Tambi ini. Semerbak harum aroma teh sudah menyeruak ke dalam indra penciuman ketika memasuki pintu gerbang. Ini adalah pengalaman pertama saya berwisata mengunjungi pabrik untuk melihat langsung proses pengolahan sebuah produk. Produk Teh Tambi mungkin tidak terlalu popoler di pasaran, khususnya pasaran Indonesia. Pabrik ini memang lebih terkonsentrasi menghasilkan teh untuk pangsa pasar ekspor. Selain itu, pabrik teh Tambi juga mensuplai bahan teh untuk pabrik-pabrik berskala nasional yang menghasilkan beberapa produk teh dengan merk yang kita kenal di pasaran.


Proses pengolahan daun teh terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah proses pelayuan. Daun-daun teh yang sudah dipetik kemudian dimasukkan ke dalam mesin-mesin khusus untuk mengurangi kadar air. Proses pelayuan ini memakan waktu sekitar 18 jam. Proses selanjutnya adalah proses penggilingan. Di ruangan ini daun-daun teh yang sudah dilayukan kemudian digiling. Setelah digiling, tahap selanjutnya adalah tahap oksidasi untuk mendapatkan warna, rasa, serta aroma teh yang diinginkan. Usai tahap oksidasi, proses berikutnya adalah pengeringan daun teh untuk mengurangi kadar air guna menghasilkan teh yang berkualitas. Tahap selanjutnya adalah proses sortir dan pengemasan. Sebelum dikirim kepada pemesan, teh hasil pemrosesan ini dilakukan uji kualitas oleh ahli yang sudah profesional. Teh hasil pengolahan di Pabrik Tambi ini diambil sampelnya untuk kemudian disimpan di kotak chop sample setelah dilakukan proses uji kualitas. Chop sample ini biasanya disimpan selama enam bulan dan berfungsi sebagai “barang bukti” apabila ada komplain dari konsumen yang memesan teh produksi Tambi ini. Petugas akan meniliti dan mencocokan ulang kualitas teh yang dikirim dengan sampel yang telah disimpan.


Selain menikmati keindahan alam, Agrowisata Tambi juga menyuguhkan wisata edukasi yang menyenangkan. Kita dapat belajar tentang proses pengolahan teh, mulai dari pemetikan dauh teh hingga tersaji menjadi minuman teh yang berkualitas. Bagi Anda yang sedang singgah di Kota Wonosobo, silahkan untuk mampir menikmati keindahan Kebun Teh Tambi. Selain menikmati wisata edukasi melalui program tea plantation and tea factory di agrowisata ini, Anda pun dapat membawa buah tangan berbagai jenis produk teh hasil produksi Agrowisata Tambi ini.

disclaimer :
Tulisan ini dibuat dalam rangka acara Familiarization Tour Blogger / #FamTripJateng yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah dengan mengundang beberapa travel blogger pada tanggal 4-5 Desember 2014

Untuk informasi mengenai pariwisata Jawa Tengah bisa klik di sini
social media account : twitter @VisitJawaTengah