Pada 7 Februari 1831 kapal tersebut  berlabuh di pelabuhan Kuala Batee, Aceh Selatan. Ketika Endicot dan anak  huahnya berada di daratan, tiba-tiba kapal tersebut dibajak oleh  sekelompok penduduk Kuala Batee. Akan tetapi, dapat dirampas kembali oleh  kapal-kapal Amerika yang kebetulan saat itu berada di perairan Kuala  dengan kerugian sebesar US $ 50.000 dan tiga anak buahnya terbunuh.
Peristiwa itu kemudian menimbulkan sejumlah tanda tanya. Pasalnya,  selama setengah abat menjalin hubungan dagang belum pernah terjadi  perompakan seperti itu. Menurut M Nur El Ibrahimy, ada beberapa penyebab  terjadinya peristiwa tersebut.
Pertama, peristiwa itu dipicu oleh kekecawaan orang Aceh yang selalu  ditipu oleh Amerika dalam perdagangan lada. Hal itu diketahui sustu  ketika, berat lada yang dibeli dari Kerajaan Aceh Darussalam 3.986 pikul tapi ketika dijual  kembali oleh Amerika beratnya menjadi 4.583 pikul. Hal itu dilakukan  melalui pemalsuan takaran timbangan. “Caranya,  melalui sebuah sekrup yang dapat dibuka di dasar timbangan yang  berbohot 56 lbs., diisi 10 atau 15 pon timah sehingga dalam satu pikul  lada orang Aceh dikecoh sebanyak 30 kati,” jelas M Nur El Ibrahimy.
Penyebab lainnya, perompakan itu  terjadi akibat provokasi Belanda karena Amerika telah berhasil  menguasai perdagangan lada dikawasan pantai barat-selatan Aceh. Belanda  ingin merusak nama baik Kerajaan Aceh Darussalam dimata dunia dengan tuduhan bajak  laut dan tidak mampu melindungi kapal-kapal asing yang berlabuh  diperairannya.
Kerajaan Aceh Darussalam membantah hal itu, kepada  para pedagang asing dan dunia internasional kerajaan Aceh Darussalam memberi  penjelasan bahwa perompakan itu ditunggangi Belanda. Belanda sengaja  mempersenjatai sebuah kapal Kerajaan Aceh Darussalam yang dirampasnya. Kapal itu dinahkodai  oleh seorang suruhan Belanda yang bernama Lahuda Langkap.
Saat merompak kapal Friendship  milik Amerika di Kuala Batee pada 7 Februari 1831, Lahuda Langkap dan  anak buahnya yang dibayar Belanda dalam perampokan itu menggunakan  bendera Kerajaan Aceh Darussalam.
Pembajakan kapal Friendship itu  kemudian tersiar luas di Amerika Serikat menjadi jelas ketika kapal  tersebut tiba kembali di pelabuhan Salem pada tanggal 16 Juli 1831.  Senator Nathanian Silsbee, salah seorang pemilik kapal Friendship dan  Partai Whip (Partai Republiken) yang beroposisi terhadap pemerintahan  Presiden Jackson, sekaligus seorang politikus yang sangat berpengaruh  pada masa itu, langsung menyurati Presiden Jackson pada tanggal 20 Juli  1831.
Silsbee meminta agar Pemerintah  Amerika menuntut ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan oleh  penduduk Kuala Batee terhadap kapal Friendship. Ia juga menyampaikan  petisi yang ditandatangani oleh seluruh pedagang Salem kepada Pemerintah  Amerika Serikat. Isinya, meminta agar dikirimkan kapal perang ke  perairan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menuntut ganti rugi dan penguasa yang bertanggung  jawab atas Kota Pelabuhan Kuala Batee.
Di samping itu, salah seorang  pemilik kapal Friendship yang lain. Robert Stones, bersarna dengan  Andrew Dunlop dan salah seorang sahabatnya yang dekat dengan Presiden  Jackson, meminta kepada Menteri Angkatan Laut, Levy Woodbury, agar  mendesak Presiden Jackson mengirim kapal perang ke Kuala Batee. Silsbee  sendiri secara pribadi menulis surat kepada Woodbury, menggambarkan  betapa besar keresahan yang ditimbulkan oleh peristiwa Kuala Batee di  kalangan pedagang-pedagang Salem.
Pemerintah Amerika sebelum  menerima imbauan dari Senator Silsbee telah memutuskan akan mengambil  tindakan terhadap pelanggaran atas kapal Friendship di Kuala Baree itu.  Setelah membaca peristiwa itu dalam surat-surat kabar, Woodbury segera  memerintahkan agar disiapkan segala keperluan untuk menuntut ganti rugi  atas pelanggaran tersebut.
Sebelum menerima surat dan  Silsbee, dia telab mengadakan konsultasi dengan Presiden Jackson pada  tanggal 21 Juli 1831. Tujuannya, mendapatkan persetujuan Presiden atas  surat yang akan dikirim kepada Silsbee. Isi surat ini meminta informasi  mengenai peristiwa Kuala Batee. Selain itu, juga dalam rangka memberi  tahu Presiden bahwa dia sedang mempersiapkan eskader Pasifik untuk  melaksanakan suatu tugas di Sumatra.
Ketika Presiden Jackson menerima  imbauan Silsbee, tanpa ragu-ragu segera mendukung dengan membubuhi  disposisi singkat dalam surat tersebut, isinya, meminta agar kasus Kuala  Batu menjadi perhatian, serta kalau diangap perlu pemerintah Amerika  melalui Menteri Angkatan Laut harus mengeluarkan surat perintah kepada  Kapten kapal Potomac.
Potomac merupakan kapal perang  terbaik dalam armada Amerika Serikat waktu itu. Ketika kasus Kuala Batee jadi pembicaraan di Amerika, kapal tersebut sedang dalam persiapan  membawa Menteri Luar Negeri Amerika Van Buren ke 
Inggris. Akan tetapi  atas perintah Presiden Jackson kapal itu dialihtugaskan untuk berangkat  ke Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada tanggal 9 Agustus 1831,  Komodor John Downes, selaku kapten Potomac diberi instruksi yang lengkap  mengenai segala tindakan yang harus dilakukan sesampainya di Kuala  Batee. Pertama-tama dia harus mencari informasi lebih dahulu mengenai  insiden di Kuala Batee.
Apabila informasi yang diperoleh  sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh kapten kapal Friendship di  Washington maka dia harus menuntut ganti rugi atas kekerasan yang  dilakukan oleh orang-orang Aceh terhadap kapal Friendship. Kalau  tuntutan itu tidak dipenuhi, dia harus menangkap pelaku-pelaku kejahatan  tersebut dan inembawa mereka ke Amerika Serikat untuk diadili sebagai  bajak laut.
Perintah lainnya,  benteng-benteng di Kuala Batee harus dimusnahkan. Sebaliknya, bila  informasi yang diperoleh di Kuala Batee berbeda dengan keterangan Kapten  Kapal Friendship, maka Amerika hanya meminta ganti rugi serta menghukum  pelakunya.
Pada 29 Agustus 1831, kapal  Potomac berangka dari New York ke Kerajaan Aceh Darussalam dengan membawa 260 marinir.  Sebelum sampai di Kuala Batee Komodor John Downes kapten kapal tersebut  melakukan penyimpangan terhadap instruksi Menteri Angkatan Laut Amerika  yang diterimanya.
Ia terpengaruh dengan cerita  yang didengarnya dan kapten kapal Friendship, Endicot, dan orang-orang  Inggris yang dijumpainya di Tanjung Harapan dalam pelayarannya ke Kuala  Batee, yaitu bahwa harapan untuk mendapat ganti rugi dan penguasa Kuala  Batee tidak mungkin terpenuhi.
Ia mengirim Letnan Marinir  Shubrick untuk mengamat-amati keadaan di darat, tapi penduduk Kuala Batee tidak terkecob oleh penyamaran yang dilakukan Downes. Mereka lalu  berkumpul di pantai untuk menghadapi sesuatu kemungkinan. Mendengar  laporan yang demikian dan Shubrick, Downes memerintahkan untuk mendarat  dengan kekuatan seluruh anak buah Potomac dan mengepung benteng-benteng  yang berada di pantai Kuala Batee serta menangkap pemimpin-pemimpinnya.
Subuh 6 Februari 1832, sebanyak  260 orang marinir Amerika di bawah pimpinan Shubrick mendarat di Kuala  Batee dan mengepung benteng-benteng yang ada di sana. Namun, karena ada  perlawanan maka marinir Amerika membunuh semua yang berada di dalam  benteng-benteng, termasuk wanita dan anak-anak serta merampas segala  sesuaru yang berharga.
Setelah melakukan pembunuhan  itu, mariner Amerika mengundurkan diri dengan dua orang diantara mereka  tewas dan sembilan luka-luka. Downes kemudian memerintahkan menembaki  kota pelahuhan Kuala Batee melalui meriam-meriam dari kapal Potomac.  Seketika Pelabuhan Kuala batee pun jadi abu.
Tindakan Downes itu dikecam oleh  sebagian politikus Amerika, diantaranta George Bencroft, yang pada  waktu penembakan Kuala Batee berada di atas kapal Potomac. Sebagian  harian Amerika yang terbit di Washington, seperti harian dagang yang  sangat berpengaruh, 
Nile’s Weekly Register, kuga mengecam tindakan  tersebut.
Pada tanggal 23 Juli 1832  seorang anggota DPR Amerika, Henry A.S. Dearborn dan Partai Republik  Massachusetts yang beroposisi, mengajukan sebuah mosi yang meminta agar  Presiden Jackson menyampaikan kepada Kongres mengenai Instruksi Downes  untuk menggempur Kuala Batee, dan laporan tentang peristiwa tersebut.  Mosi ini diterima oleh sidang. Pada hari itu juga, Presiden Jackson  memenuhi permintaan kongres, tetapi minta agar hal tersebut jangan  dipublikasikan sebelum laporan lebih lanjut diterima.
Dalam sidang Sabtu malam,  tanggal 24 Juli 1832, permintaan Presiden itu diperdebatkan. Anggota  Dearborn berpendapat bahwa hal tersebut harus dipublikasikan karena bila  menutup-nutupi peristiwa tersebut, Downes akan mendapatkan sorotan  jelek dari khalayak ramai. Sebaliknya, Ketua Komisi Urusan Angkatan  Laut, Michael Hoffman dan Partai Dernokrat New York, menentang pendapat  Dearborn dengan suatu amandemen bahwa peristiwa tersebut dapat  dipublikasikan, tetapi harus menunggu laporan lebih lanjut.
Dalam amanat tahunannya,  Presiden Jackson tidak menyinggung sama sekali peristiwa penggempuran  Kuala Batee oleh Potomac yang dipimpin Downes. “
Hal  mi menunjukkan bahwa peristiwa pembakaran Kuala Batee dan pernbantaian  penduduknya oleh marinir Amerika telah dipeti-es'kan (dibekukan),” tulis M Nur El Ibrahimy.
Oleh : 
Iskandar NormanSumber : 
Atjeh Cyber