Senin, 23 Februari 2015

Museum Benteng Heritage

Museum Benteng Heritage
Museum Benteng Heritage, sebuah lentera penerang Jejak Etnis Tionghoa di Pinggir Sungai Cisadane, betapa tidak, hampir seluruh koleksi dan cerita di dalam museum benteng ini menggambarkan kehidupan etnis Tionghoa yang bermukim di daerah Benteng atau pinggir sungai Cisadane waktu dahulu dan ada juga budaya yang masih lestari sampai sekarang seperti adat pernikahan masyarakat Tionghoa,  

Sekitar jam sembilan kami sampai di Pasar Lama di Jalan Cilame, Tangerang, ketika itu saya belum tau bahwa di Pasar lama ada museum, menurut saya, letak museumnya juga tidak terlalu mencolok karena bisa dkatakan di tengah pemukinan pasar yang dikelilingi ruko-ruko serta lapak para pedagang, sehingga kamipun blusukan ke pasar sampai tembus ke Klenteng Boen Tek Bio, dan tidak sadar kalo Museum itu sudah kami lewati, setelah bertanya-tanya ternyata Museum yang kami cari tidak jauh dari situ hanya saja bukanya jam 10.00 pagi dan kami memang terlalu bersemangat sehingga kepagian. Waktu menunggu tidak kami sia-siakan, kami blusukan sampai dermaga kecil sungai Cisadane yang juga tidak terlalu jauh dari pasar lama tersebut, di dermaga itu ada beberapa kapal yang bertengger sebagai alat penyeberangan masyarakat sekitar sekaligus disewakan untuk orang-orang yang ingin menyusuri sungai Cisadane ataupun orang-orang yang melaksanakan ritual ibadah pembebasan mahluk hidup dengan melepaskan ikan lele atau kura-kura ke tengah sungai. Singkat cerita, sambil menungguh Museum buka, kami berempat menyewa kapal menyususuri sungai Cisadane. 

Setelah menyusuri sungai, kami kembali ke museum Benteng yang katanya tidak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio, ternyata benar, museum Benteng tidak jauh dari klenteng Boen tek bio. Terlihat beberapa orang yang sudah menunggu di meja depan. Museum sudah dibuka bagian bawahnya, kamipun masuk dan medaftarkan diri serta membayar sekitar Rp.20.000 (dua puluh ribu rupiah per orang) dan menungguh sebentar untuk diantar oleh pemandunya secara bersama-sama dan dijelaskan mengenai isi dari Museum Benteng heritage

Tidak Boleh Berfoto

Sebelum memasuki Museum Benteng Heritage bagian dalam, pemandu menginformasikan bahwa ada larangan berfoto di bagian dalam yaitu tempat koleksi-koleksi di pajang. Sehinga kami hanya bisa berfoto-foto dibagian luar museum Padahal ingin sekali memfoto pernak-pernik dan barang-barang unik yang juga merupakan barang-barang sejarah tersebut. Pengunjung hanya boleh berfoto di lantai satu museum dan itupun yang bagian depan dan yang bagian dalam juga tetap tidak boleh.

Museum Benteng Heritage buka mulai hari selasa s/d minggu dan kusus hari senin libur dan buka pukul 10.00 sampai 15.00. Untuk bisa menyaksikan koleksi museum dan cerita bersejarahnya, pengunjung dikenakan tarif. Untuk umum Rp 20.000, pelajar Rp 10.000, mahasiswa Rp 15.000, foreigner Rp 50.000, dan heritage walk Rp 50.000 untuk rombongan lebih dari 10 orang.




Di ruangan tungguh terpampang lukisan-lukisan yang menggambarkan kegiatan dan kondisi waktu lampau, kondisi masyarakat dan bangunan serta gambaran pasar lama waktu dahulu


Waktu sudah menunjukkan jam 11.00 tepat, pemandu mengajak kita masuk keruangan tengah, disana terdapat meja-meja dan bangkuh yang kokoh serta pemandu menjelaskan dengan memperlihatkan dokumentasi-dokumentasi asal usul museum dan kegiatan-kegiatan yang dimulai dari membersikan sampai dengan saat merestorasi bangunan tersebut.

Walaupun direstorasi tetapi  tidak merubah struktur bangunan yang ada dan tetap mempertahankan bentuk serta bahan asli bangunan.tersebut, kegiatan restorasi hanya berupaya mengembalikan seperti keadaan semula, kegiatan restorasi tidak dilakukan sembarangan, bahkan dilakukan kajian serta melibatkan orang yang ahli pada bidang tersebut yang kebetulan mau berpartisipasi dan restorasi ini memerlukan waktu hampir dua tahun sehingga akhirnya  pada 11 November 2011 pukul 20.11, Museum Benteng Heritage pun diresmikan.

Museum Benteng heritage Ini adalah museum peranakan Tionghoa pertama sekaligus satu-satunya di Indonesia dan sudah mendapatkan beberapa penghargaan baik nasional maupun internasional

Museum ini, memiliki dua lantai. Lantai satu museum ini dijadikan ruangan tungguh dan tiket dibagian depannya sedangkan dibagian dalam sebagai restoran, tempat gathering, dapur, penjualan suvenir, buku-buku lama dan sebagai tempat menceritakan sejarah museum benteng tersebut serta dibagian belakang ada sedikit tanah dan taman sederhana dan toilet. 

Sesudah memaparkan seluk beluk museum maka kami diajak ke lantai dua yangmana kita bisa menemukan berbagai barang-barang antik dan artefak koleksi museum yang berkaitan dengan sejarah etnis Tionghoa di Indonesia serta sepintas sejarah asal usul perkembangan masyarakat Tionghua yang berada di Tangerang serta kaitannya denga cerita Laksmana Besar Cheng Ho pada waktu itu.

Selain koleksi pribadi dan peninggalan dari bangunan tersebut, benda-benda yang berada di Museum Benteng Heritage juga sebagian sumbangan orang-orang Cina Benteng, dari generasi ke generasi. Dikumpulkan juga berbagai barang berusia ratusan tahun seperti serpihan kapal besar milik Cheng Ho 

Koleksi-koleksi Museum Benteng diantaranya adalah perangkat atau alat-alat perjudian jaman dahulu, timbangan opium dan timbangan-timbangan antik lainnya, jadi ringkas kata, bahwa koleksi dimuseum ini mulai dari perlengkapan kehidupan sehari-hari, pakaian yang meliputi sepatu mini jaman dahulu hingga motif kainnya, peralatan tidur dan gentong air waktu itu serta ada beberapa senjata dan patung para dewa-dewa.

Tidak ketinggalan juga ada koleksi kamera tua serta berbagai koleksi alat pemutar lagu mulai dari yang paling kuno juga ada dan diletakkan secara khusus diruanagn terpisah serta akan dibuka bila ada pemiliknya saja yaitu bapak Udaya Halim.

Museum ini bangunan tidak hanay untuk menyimpan barang-barang antik, namun juga untuk melestarikan kembali tradisi budaya tionghua yang unik. menurut pemandu Museum, pernah ada warga asli Tiongkok yang mengunjungi museum ini, setelah dijelaskan dan diputarkan video mengenai adat serta ritual yang masih berlangsung, orang tiongkok tersebut berkata bahwa di negaranya asli sana, budaya-budaya tersebut sudah mulai hilang.

Selain koleksi antik dan melestarikan budaya Tionghua, Museum Benteng Heritage juga sering digunakan untuk acara pertemuan masyarakat, pernikahan dan fashion show serta acara Festival lainnya yang menarik lainnya.

Semoga Museum Benteng Heritage semakin lama semakin berkembang dan menjadi rujukan bagi warha Tionghua dalam mempelajari nilai-nilai budaya dan jejak-jejak peradapan masa lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar