Saya selalu menikmati datangnya pagi, karena banyak hal menarik yang telah menanti untuk dinikmati !
Bangun di pagi buta ketika orang-orang masih memejamkan mata menikmati peraduan sebelum kembali dengan padatanya ritunitas keseharian. Langit pun masih nampak gelap, diselimuti lampu-lampu di sepanjang pemukiman yang tampak gemerlapan. Udara dingin yang menusuk badan serta heningnya suasana sang fajar tak menghalangi niat saya dan teman-teman untuk menuju Candi Plaosan yang terletak di sebelah timur Kota Yogyakarta. Pukul 03.45 dini hari, saya bersama teman-teman pun berangkat menuju lokasi Candi Plaosan tersebut, berharap mendapatkan pemandangan matahari terbit seperti yang kami inginkan. Jalanan di Kota Jogja yang semula lengang, berubah cukup padat dengan lalu-lalang kendaraan ketika memasuki Jalan Solo, jalan utama yang menghubungkan Kota Jogja dengan Kota Solo.
Semburat cahaya keemasan pun menyambut kami ketika memasuki kawasan Bugisan, sebuah perkampungan yang terletak di sebelah timur Kompleks Candi Prambanan. Motor pun kami pacu lebih cepat agar segera sampai ke tujuan, sayang jika sampai terlewat momen yang kami inginkan. Sesampainya di kompleks Candi Plaosan pun, terjadi "insiden" yang tidak seperti kami harapkan. Petugas keamanan yang berjaga di Candi Plaosan pun tidak memperbolehkan kami masuk ke dalam kompleks candi begitu saja. Lobi yang kami lakukan pun seolah tidak mempan. Si bapak petugas (sok) sibuk menelpon atasannya yang katanya sedang ada di Candi Prambanan untuk memberitahukan kedatangan kami. Singkat cerita, sebelum kami masuk ke candi sebelum jam buka yaitu jam 8 pagi, kami harus mengantongi izin terlebih dahulu dari sang atasan mereka. Ujung dari cerita tersebut adalah si bapak penjaga meminta sejumlah imbalan (walaupun dengan nada halus) yang pas dibagi untuk 8 orang, sesuai jumlah petugas yang berjaga di Candi Plaosan pagi itu, barulah kami diizinkan untuk masuk berkeliling dan mengambil gambar di dalam area Candi Plaosan !
Apakah kami memberikan imbalan yang dimaksud yang pantas dibagi sejumlah 8 orang sesuai permintaan si bapak? Tentu saja TIDAK ! Saya segera berinisiatif mengajak teman-teman saya meninggalkan pos penjagaan di pintu masuk candi, lalu mengajak mereka untuk mengambil gambar di luar kompleks candi, tepatnya di ladang milik penduduk. Ya, pengelolaan candi-candi marjinal di bawah naungan BP3 Jawa Tengah dan Yogyakarta memang memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Lihat saja, candi-candi marjinal di bawah naungan BP3 Yogyakarta sudah memiliki sistem retribusi tiket masuk yang jelas, berbeda dengan naungan BP3 Jawa Tengah (khususnya di sekitaran daerah Jogja) yang menerapkan sistem retribusi membayar secara suka rela yang cukup rentan terhadap "pemalakan" terhadap pengunjung karena tidak ada aturan yang jelas. Di satu sisi saya mencoba memahami permasalahan yang terjadi, di mana si petugas jaga memang memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk menjaga keamanan candi beserta isinya, walaupun (mungkin) di sisi lain gaji yang mereka peroleh tidak sepadan dengan tanggung jawab yang mereka emban, mungkin saja . . . . Kelakuan oknum-oknum semacam ini pun dapat mengurangi kenyamanan wisatawan, terutama yang ingin menikmati candi-candi marjinal.
Walaupun agak sedikit ada rasa kecewa, namun kami cukup menikmati matahari terbit di kawasan Candi Plaosan ini, walaupun dari luar pagar. Panorama cantik karya Sang Pencipta seolah menghipnotis kami berlima pagi itu !
Puas menikmati sunrise dengan latar belakang Candi Plaosan, kejutan demi kejutan pun kami dapatkan pagi itu, seolah mengobati kekecewaan kami arena tidak dapat mengambil gambar di dalam area kompleks candi. Pemandangan cantik Merapi di sisi utara, semakin menambah rasa syukur kami terhadap karya agung Sang Pencipta.
Bangun di pagi buta ketika orang-orang masih memejamkan mata menikmati peraduan sebelum kembali dengan padatanya ritunitas keseharian. Langit pun masih nampak gelap, diselimuti lampu-lampu di sepanjang pemukiman yang tampak gemerlapan. Udara dingin yang menusuk badan serta heningnya suasana sang fajar tak menghalangi niat saya dan teman-teman untuk menuju Candi Plaosan yang terletak di sebelah timur Kota Yogyakarta. Pukul 03.45 dini hari, saya bersama teman-teman pun berangkat menuju lokasi Candi Plaosan tersebut, berharap mendapatkan pemandangan matahari terbit seperti yang kami inginkan. Jalanan di Kota Jogja yang semula lengang, berubah cukup padat dengan lalu-lalang kendaraan ketika memasuki Jalan Solo, jalan utama yang menghubungkan Kota Jogja dengan Kota Solo.
Semburat cahaya keemasan pun menyambut kami ketika memasuki kawasan Bugisan, sebuah perkampungan yang terletak di sebelah timur Kompleks Candi Prambanan. Motor pun kami pacu lebih cepat agar segera sampai ke tujuan, sayang jika sampai terlewat momen yang kami inginkan. Sesampainya di kompleks Candi Plaosan pun, terjadi "insiden" yang tidak seperti kami harapkan. Petugas keamanan yang berjaga di Candi Plaosan pun tidak memperbolehkan kami masuk ke dalam kompleks candi begitu saja. Lobi yang kami lakukan pun seolah tidak mempan. Si bapak petugas (sok) sibuk menelpon atasannya yang katanya sedang ada di Candi Prambanan untuk memberitahukan kedatangan kami. Singkat cerita, sebelum kami masuk ke candi sebelum jam buka yaitu jam 8 pagi, kami harus mengantongi izin terlebih dahulu dari sang atasan mereka. Ujung dari cerita tersebut adalah si bapak penjaga meminta sejumlah imbalan (walaupun dengan nada halus) yang pas dibagi untuk 8 orang, sesuai jumlah petugas yang berjaga di Candi Plaosan pagi itu, barulah kami diizinkan untuk masuk berkeliling dan mengambil gambar di dalam area Candi Plaosan !
Apakah kami memberikan imbalan yang dimaksud yang pantas dibagi sejumlah 8 orang sesuai permintaan si bapak? Tentu saja TIDAK ! Saya segera berinisiatif mengajak teman-teman saya meninggalkan pos penjagaan di pintu masuk candi, lalu mengajak mereka untuk mengambil gambar di luar kompleks candi, tepatnya di ladang milik penduduk. Ya, pengelolaan candi-candi marjinal di bawah naungan BP3 Jawa Tengah dan Yogyakarta memang memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Lihat saja, candi-candi marjinal di bawah naungan BP3 Yogyakarta sudah memiliki sistem retribusi tiket masuk yang jelas, berbeda dengan naungan BP3 Jawa Tengah (khususnya di sekitaran daerah Jogja) yang menerapkan sistem retribusi membayar secara suka rela yang cukup rentan terhadap "pemalakan" terhadap pengunjung karena tidak ada aturan yang jelas. Di satu sisi saya mencoba memahami permasalahan yang terjadi, di mana si petugas jaga memang memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk menjaga keamanan candi beserta isinya, walaupun (mungkin) di sisi lain gaji yang mereka peroleh tidak sepadan dengan tanggung jawab yang mereka emban, mungkin saja . . . . Kelakuan oknum-oknum semacam ini pun dapat mengurangi kenyamanan wisatawan, terutama yang ingin menikmati candi-candi marjinal.
Walaupun agak sedikit ada rasa kecewa, namun kami cukup menikmati matahari terbit di kawasan Candi Plaosan ini, walaupun dari luar pagar. Panorama cantik karya Sang Pencipta seolah menghipnotis kami berlima pagi itu !
Puas menikmati sunrise dengan latar belakang Candi Plaosan, kejutan demi kejutan pun kami dapatkan pagi itu, seolah mengobati kekecewaan kami arena tidak dapat mengambil gambar di dalam area kompleks candi. Pemandangan cantik Merapi di sisi utara, semakin menambah rasa syukur kami terhadap karya agung Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar