Rabu, 13 Februari 2013

Goa Rancang - Goa Untuk Menyusun Strategi Perang

Melewati medan dengan jalan yang beragam selalu menimbulkan rasa penasaran untuk segera sampai pada tujuan. Mulai dari jalan dengan aspal halus, jalan dengan bongkahan batu kerakal yang ditata rapi, hingga jalanan setapak menjadi teman perjalanan menuju goa yang memiliki sejarah panjang ini. 


Berkunjung ke Air Terjun Sri Gethuk tidak lengkap rasanya jika tidak mampir berkunjung ke Goa Rancang Kencono. Kedua obyek ini memang menjadi wisata andalan yang terdapat di wilayah Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Goa Rancang Kencono selain memiliki stalaktit yang cukup indah, juga menyimpan cerita sejarah yang menarik untuk disimak. Tak heran jika goa ini  dijadikan sebagai wisata yang berbasis alam dan juga menjadi wisata yang berbasis pendidikan. Sejarah keberadaan Goa Rancang Kencono ini tertuang di dalam buku Mozaik Pustaka Budaya Yogyakarta yang disusun oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta pada tahun 2003. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, Goa Rancang Kencono ini merupakan sebuah goa purba. Hal ini dibuktikan dengan penemuan artefak batu dan juga tulang yang diperkiraan berumur ribuan tahun.


Keberadaan Goa Rancang Kencono juga tidak bisa dipisahkan dengan kisah pelarian Laskar Mataram dalam rangka melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda sekitar tahun 1720. Pada tahun tersebut terjadi pergolakan pengusiran penjajah Belanda yang dilakukan oleh kerjaan-kerajan yang ada di Jawa, salah satunya adalah kerajaan Mataram. Goa Rancang Kencono ini menjadi salah satu tempat pelarian sekaligus tempat persembunyian Laskar Mataram. Goa ini juga dijadikan tempat untuk bersemedi sekaligus untuk merancang strategi perang melawan penjajah Belanda. Hal inilah yang menjadikan asal-usul pemberian nama Goa Rancang Kencono. Secara harfiah, kata rancang berasal dari Bahasa Jawa yang berarti rencana, dan kencono berarti emas atau mulia. Goa Rancang Kencono dapat diartikan sebagai tempat untuk merancang/merencakan perbuatan yang bertujuan mulia, dalam hal ini adalah strategi untuk mengusir penjajah Belanda dari bumi nusantara.


Untuk menusuri bagian Goa Rancang Kencono ini, kita harus menuruni beberapa buah anak tangga yang sudah dibangun secara permanen. Di samping anak tangga tersebut terdapat sebuah pohon Klumpit (Terminalia edulis) yang tumbuh menjulang hingga melebihi bagian atap goa. Keberadaan pohon inilah yang menjadi salah satu ciri khas serta keunikan dari Goa Rancang Kencono ini. Goa ini memiliki tiga buah ruangan di dalamnya. Ruangan pertama berupa sebuah ruangan besar dengan luas sekitar 20 meter x 20 meter. Ruangan ini biasanya digunakan sebagai tempat sarasehan (berkumpulnya warga) dan sekarang dijadikan sebagai lapangan untuk bermain bulu tangkis oleh warga setempat.



Ruangan berikutnya adalah sebuah ruangan yang sedikit lebih sempit dan lebih gelap. Di ruangan ini kita akan menemukan arca yang mirip dengan arca nandi (arca yang berbentuk sapi yang digunakan sebagai kendaraan Dewa Siwa). Arca ini dalam keadaan yang cukup memprihatinkan, namun bentuknya masih dapat dikenali. Di ruangan inilah biasanya dilakukan kegiatan semedi, baik untuk mendapatkan wangsit, maupun lebih mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Di bagian ini pula masih dapat ditemui bekas-bekas pemujaan seperti bekas sesaji dan juga dupa yang dibakar.



Memasuki ruangan berikutnya, kita harus berjalan menunduk bahkan merangkak, karena hanya terdapat sebuah celah kecil untuk memasuki ruangan tersebut. Celah kecil tersebut hanya bisa dilewati oleh satu orang saja. Di dalam celah kecil tersebut terdapat sebuah ruangan yang dahulu juga digunakan untuk bersemedi oleh Laskar Mataram. Di dalam ruangan tersebut terdapat lukisan bendera merah putih, lambang burung garuda, serta tulisan yang berjudul "Prasetya Bhinnekaku" di salah satu dinding goa yang konon merupakan kata-kata penyemangat bagi Laskar Mataram yang sedang berperang.


Selain keberadaan pohon Klumpit yang menjadi ciri khas, Goa Rancang Kencono juga memiliki stalaktit yang cukup cantik. Hanya saja disayangkan banyak di antara stalaktit tersebut sudah mati karena sudah tidak terlihat lagi air yang menetes. Selain dari faktor alam, faktor keberadaan manusia pun juga tidak bisa dilepaskan dari matinya stalaktit  yang ada di goa ini. Untuk menyusuri seluruh area Goa Rancang Kencono ini kita akan ditemani oleh seorang pemandu yang berasal dari anggota karang taruna pemuda setempat. Pemandu-pemandu ini akan senang hati mengantarkan Anda berkeliling sambil menceritakan sejarah dari Goa Rancang Kencono ini. Ya, pariwisata di Desa Bleberan ini memang menjalankan pola tourism based community atau pariwisata yang dikelola oleh masyarakat. Tidak ada tarif khusus untuk jasa pemandu, tergantung dari suka rela Anda memberikan uang tips kepada mereka.


Selain menikmati keindahan goa serta mempelajari sejarahnya, Goa Rancang Kencono ini juga dapat dijadikan sebagai area untuk perkemahan. Tentu saja sebelum mendirikan tenda, ada baiknya untuk terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak pengelola Desa Wisata Bleberan yang mengelola Goa Rancang Kencono ini guna mendapatkan izin. Keberadaan Goa Rancang Kencono semakin menambah pilihan berwisata di kawasan Gunung Kidul ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar