Tak ada sorot lampu yang berbinar, pun dengan spanduk-spanduk yang bergelantungan menghiasi gedung pertunjukan. Hanya tampak sebuah gedung pertunjukan tua dengan penerangan seadanya. Pedagang kaki lima tampak membuka lapak sembari menjajakan dagangannya kepada penonton yang sudah antri menunggu loket penjualan tiket di buka.
Usai membayar tiket sebesar Rp 3.000,00 pun seluruh penonton riuh berlarian masuk ke dalam gedung pertunjukan untuk mencari kursi dengan posisi yang nyaman untuk melihat pagelaran. Kondisi di dalam gedung pertunjukan pun terlihat nampak sederhana. Kursi-kursi kayu yang sudah nampak usang berjajar tertata sedemikian rupa di bagian penonton. Di bagian depan terdapat panggung pertunjukan utama lengkap dengan layar proyektor di sisi kanan dan kiri panggung yang memberikan deskripsi singkat mengenai perpindahan plot setiap babak dalam pertunjukan. Seperangkat alat musik gamelan pun tertata rapi di dekat panggung sebagai pengiring musik selama pertunjukan.
Pertunjukan wayang wong malam ini mengambil lakon "Pedhut Dwarawati". Walaupun memiliki panggung pertunjukan yang nampak sederhana, namun tidak dengan pertunjukan yang disuguhkan. Totalitas pemain wayang wong sungguh luar biasa. Mereka tampak begitu lepas dalam memainkan tokoh yang sedang mereka perankan. Tidak ada kesan kaku dan terpancang dengan skenario yang telah dibuat, seolah-olah tokoh yang sedang mereka perankan sudah menyatu di dalam raga para pemain wayang wong tersebut. Tata lampu dan permainan musik gamelan yang apik semakin menambah semarak suasana pagelaran Wayang Wong Sriwedari ini. Seluruh adegan percakapan dalam pertunjukan wayang wong ini menggunakan bahasa Jawa. Walaupun ada beberapa kata yang mungkin kurang dimengerti maknanya, namun gelak tawa penonton pun pecah ketika para pemain bertingkah jenaka di beberapa adegan. Semacam ada sebuah bahasa universal sehingga terjalin komunikasi antara penonton dan pemainnya.
Wayang Wong Sriwedari merupakan sebuah maha karya seni pertunjukan yang memadukan seni drama, seni tari dan seni musik. Kesenian ini mengalami perkembangan yang cukup pesat di Kraton Surakarta pada masa pemerintahan Mangkunegoro IV. Dahulu pagelaran wayang wong hanya dapat dinikmati oleh kalangan yang berada di dalam bangunan kraton saja, sehingga tidak sembarang orang dapat menikmati pertunjukan tersebut. Wayang wong pun sempat mengalami masa surut pada masa pemerintahan Mangkunegoro V. Untuk melangsungkan eksistensi kesenian wayang wong, para pemain melakukan ekspansi keluar kraton. Mereka mengadakan pertunjukan dengan sistem menarik bayaran kepada penonton. Sekitar tahun 1910-an, barulah rombongan wayang wong ini melakukan pementasan perdana mereka di Kebon Raja Sriwedari atau sekarang yang lebih kita kenal dengan Taman Sriwedari. Jika dihitung-hitung, usia pertunjukan wayang Wong Sriwedari yang dilangsungkan di Taman Hiburan Rakyat ini sudah berusia sekitar satu abad lebih.
Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari sendiri pernah mengalami masa pasang dan surut di dalam perjalannya. Di masa krisis penonton, mereka pun masih tetap melangsungkan pertunjukan, walau hanya dilihat oleh segelintir orang saja. Mereka mempertahankan tradisi dan budaya, bukan hanya sekedar mencari nominal rupiah sebagai penghasilan semata. Kecintaan mereka terhadap budaya lah yang menjadikan mereka tetap bertahan di masa-masa krisis tersebut. Barulah memasuki era tahun 2000 sekian ada campur tangan dari pemerintah kota Surakarta untuk mempromosikan kesenian Wayang Orang Sriwedari ini sebagai salah satu atraksi wisata di kota Solo ini. Dengan adanya promosi oleh pemerintah paling tidak ada usaha untuk memperkenalkan kesenian wayang orang ini kepada wisatawan yang berasal dari luar Kota Surakarta dan sekitarnya.
Masalah kunjungan penonton mungkin bisa sedikit teratasi dengan adanya promosi yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun dengan maraknya travel blogger yang menyajikan ulasan di blog pribadi mereka. Ada satu permasalahan yang menurut saya menjadi sebuah masalah yang cukup vital bagi kelangsungan kesenian Wayang Wong Sriwedari ini. Masalah tersebut adalah minimnya regenerasi pemain wayang wong. Sepanjang pengamatan saya selama pertunjukan, banyak pemain wayang wong merupakan orang-orang yang sudah menginjak usia senja alas sudah memasuki masa sepuh. Regenerasi pemain wayang wong perlu juga dilakukan agar bisa mengenalkan budaya daerah kepada generasi muda. Jika regenerasi pemain wayang wong ini tidak segera dilakukan, saya khawatir jika seni budaya ini akan tergerus dengan perubahan zaman yang semakin cepat berkembang seperti sekarang dan entah bagaimana dengan nasib pertunjukan Wayang Wong Sriwedari di masa yang akan mendatang.
Saya menyaksikan pertunjukan wayang wong Sriwedari ini di Sabtu malam alias malam Minggu. Sepanjang pengamatan saya, cukup banyak penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang wong ini. Kursi-kursi di bagian penonton hampir seluruhnya penuh terisi. Rata-rata penonton memang orang yang sudah berusia tua, ada pula yang mengajak anak-anak mereka untuk memperkenalkan budaya lokal sejak usia dini, bahkan ada pula dari mereka adalah turis asing yang mungkin sedang belajar maupun singgah di Kota Solo. Ada pula penonton yang berasal dari luar kota rela datang jauh-jauh ke Kota Solo untuk menyempatkan diri menyaksikan pertunjukan wayang wong ini seperti seorang bapak-bapak yang duduk di samping saya waktu itu. Beliau tinggal di Kota Semarang dan pernah beberapa kali menyempatkan diri melihat pertunjukan wayang wong ini. Beliau bercerita jika pagelaran Wayang Wong Sriwedari jauh lebih menarik daripada pagelaran seni tradisi serupa dari Negeri Sakura yang pernah beliau tonton semasa bertugas di sana. Harga tiket pertunjukan yang cukup mahal menurut beliau tidak sebanding dengan kepuasan batin yang beliau dapatkan. Berbeda dengan pertunjukan Wayang Wong Sriwedari ini, dengan harga tiket yang sangat terjangkau dan dengan tata panggung yang sederhana, namun beliau merasa sangat terhibur dan mendapatkan kepuasan batin tersendiri setelah menyaksikan pertunjukan ini.
Singgah di Kota Surakarta memang tidak lengkap rasanya jika tidak melihat pagelaran Wayang Wong Sriwedari ini. Dengan segala kesederhanaannya, pertunjukan Wayang Wong Sriwedari selayaknya mendapatkan apresiasi agar tidak hilang digerus perkembangan zaman yang kata orang semakin edan. Selayaknya orang Indonesia, kita harus bangga dan belajar melestarikan tradisi leluhur peninggalan nenek moyang kita. Jika bukan kita yang melestarikan tradisi budaya tersebut, lalu siapa lagi?
keterangan :
Pagelaran Wayang Wong Sriwedari dipentaskan di Gedung Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari yang berada di kompleks Taman Hiburan Rakyat Sriwedari
alamat : Jalan Slamet Riyadi 275 Surakarta
Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari digelar pada hari Selasa-Sabtu dari pukul 20.00 - 22.30 WIB
hari Minggu dan Senin pertunjukan libur
tiket : Rp 3.000,00 per-orang
Usai membayar tiket sebesar Rp 3.000,00 pun seluruh penonton riuh berlarian masuk ke dalam gedung pertunjukan untuk mencari kursi dengan posisi yang nyaman untuk melihat pagelaran. Kondisi di dalam gedung pertunjukan pun terlihat nampak sederhana. Kursi-kursi kayu yang sudah nampak usang berjajar tertata sedemikian rupa di bagian penonton. Di bagian depan terdapat panggung pertunjukan utama lengkap dengan layar proyektor di sisi kanan dan kiri panggung yang memberikan deskripsi singkat mengenai perpindahan plot setiap babak dalam pertunjukan. Seperangkat alat musik gamelan pun tertata rapi di dekat panggung sebagai pengiring musik selama pertunjukan.
Pertunjukan wayang wong malam ini mengambil lakon "Pedhut Dwarawati". Walaupun memiliki panggung pertunjukan yang nampak sederhana, namun tidak dengan pertunjukan yang disuguhkan. Totalitas pemain wayang wong sungguh luar biasa. Mereka tampak begitu lepas dalam memainkan tokoh yang sedang mereka perankan. Tidak ada kesan kaku dan terpancang dengan skenario yang telah dibuat, seolah-olah tokoh yang sedang mereka perankan sudah menyatu di dalam raga para pemain wayang wong tersebut. Tata lampu dan permainan musik gamelan yang apik semakin menambah semarak suasana pagelaran Wayang Wong Sriwedari ini. Seluruh adegan percakapan dalam pertunjukan wayang wong ini menggunakan bahasa Jawa. Walaupun ada beberapa kata yang mungkin kurang dimengerti maknanya, namun gelak tawa penonton pun pecah ketika para pemain bertingkah jenaka di beberapa adegan. Semacam ada sebuah bahasa universal sehingga terjalin komunikasi antara penonton dan pemainnya.
Wayang Wong Sriwedari merupakan sebuah maha karya seni pertunjukan yang memadukan seni drama, seni tari dan seni musik. Kesenian ini mengalami perkembangan yang cukup pesat di Kraton Surakarta pada masa pemerintahan Mangkunegoro IV. Dahulu pagelaran wayang wong hanya dapat dinikmati oleh kalangan yang berada di dalam bangunan kraton saja, sehingga tidak sembarang orang dapat menikmati pertunjukan tersebut. Wayang wong pun sempat mengalami masa surut pada masa pemerintahan Mangkunegoro V. Untuk melangsungkan eksistensi kesenian wayang wong, para pemain melakukan ekspansi keluar kraton. Mereka mengadakan pertunjukan dengan sistem menarik bayaran kepada penonton. Sekitar tahun 1910-an, barulah rombongan wayang wong ini melakukan pementasan perdana mereka di Kebon Raja Sriwedari atau sekarang yang lebih kita kenal dengan Taman Sriwedari. Jika dihitung-hitung, usia pertunjukan wayang Wong Sriwedari yang dilangsungkan di Taman Hiburan Rakyat ini sudah berusia sekitar satu abad lebih.
Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari sendiri pernah mengalami masa pasang dan surut di dalam perjalannya. Di masa krisis penonton, mereka pun masih tetap melangsungkan pertunjukan, walau hanya dilihat oleh segelintir orang saja. Mereka mempertahankan tradisi dan budaya, bukan hanya sekedar mencari nominal rupiah sebagai penghasilan semata. Kecintaan mereka terhadap budaya lah yang menjadikan mereka tetap bertahan di masa-masa krisis tersebut. Barulah memasuki era tahun 2000 sekian ada campur tangan dari pemerintah kota Surakarta untuk mempromosikan kesenian Wayang Orang Sriwedari ini sebagai salah satu atraksi wisata di kota Solo ini. Dengan adanya promosi oleh pemerintah paling tidak ada usaha untuk memperkenalkan kesenian wayang orang ini kepada wisatawan yang berasal dari luar Kota Surakarta dan sekitarnya.
Masalah kunjungan penonton mungkin bisa sedikit teratasi dengan adanya promosi yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun dengan maraknya travel blogger yang menyajikan ulasan di blog pribadi mereka. Ada satu permasalahan yang menurut saya menjadi sebuah masalah yang cukup vital bagi kelangsungan kesenian Wayang Wong Sriwedari ini. Masalah tersebut adalah minimnya regenerasi pemain wayang wong. Sepanjang pengamatan saya selama pertunjukan, banyak pemain wayang wong merupakan orang-orang yang sudah menginjak usia senja alas sudah memasuki masa sepuh. Regenerasi pemain wayang wong perlu juga dilakukan agar bisa mengenalkan budaya daerah kepada generasi muda. Jika regenerasi pemain wayang wong ini tidak segera dilakukan, saya khawatir jika seni budaya ini akan tergerus dengan perubahan zaman yang semakin cepat berkembang seperti sekarang dan entah bagaimana dengan nasib pertunjukan Wayang Wong Sriwedari di masa yang akan mendatang.
Saya menyaksikan pertunjukan wayang wong Sriwedari ini di Sabtu malam alias malam Minggu. Sepanjang pengamatan saya, cukup banyak penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang wong ini. Kursi-kursi di bagian penonton hampir seluruhnya penuh terisi. Rata-rata penonton memang orang yang sudah berusia tua, ada pula yang mengajak anak-anak mereka untuk memperkenalkan budaya lokal sejak usia dini, bahkan ada pula dari mereka adalah turis asing yang mungkin sedang belajar maupun singgah di Kota Solo. Ada pula penonton yang berasal dari luar kota rela datang jauh-jauh ke Kota Solo untuk menyempatkan diri menyaksikan pertunjukan wayang wong ini seperti seorang bapak-bapak yang duduk di samping saya waktu itu. Beliau tinggal di Kota Semarang dan pernah beberapa kali menyempatkan diri melihat pertunjukan wayang wong ini. Beliau bercerita jika pagelaran Wayang Wong Sriwedari jauh lebih menarik daripada pagelaran seni tradisi serupa dari Negeri Sakura yang pernah beliau tonton semasa bertugas di sana. Harga tiket pertunjukan yang cukup mahal menurut beliau tidak sebanding dengan kepuasan batin yang beliau dapatkan. Berbeda dengan pertunjukan Wayang Wong Sriwedari ini, dengan harga tiket yang sangat terjangkau dan dengan tata panggung yang sederhana, namun beliau merasa sangat terhibur dan mendapatkan kepuasan batin tersendiri setelah menyaksikan pertunjukan ini.
Singgah di Kota Surakarta memang tidak lengkap rasanya jika tidak melihat pagelaran Wayang Wong Sriwedari ini. Dengan segala kesederhanaannya, pertunjukan Wayang Wong Sriwedari selayaknya mendapatkan apresiasi agar tidak hilang digerus perkembangan zaman yang kata orang semakin edan. Selayaknya orang Indonesia, kita harus bangga dan belajar melestarikan tradisi leluhur peninggalan nenek moyang kita. Jika bukan kita yang melestarikan tradisi budaya tersebut, lalu siapa lagi?
keterangan :
Pagelaran Wayang Wong Sriwedari dipentaskan di Gedung Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari yang berada di kompleks Taman Hiburan Rakyat Sriwedari
alamat : Jalan Slamet Riyadi 275 Surakarta
Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari digelar pada hari Selasa-Sabtu dari pukul 20.00 - 22.30 WIB
hari Minggu dan Senin pertunjukan libur
tiket : Rp 3.000,00 per-orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar