Ternyata Pulau Oar namanya. Sebelumnya sempat terbalik balik menyebut nama pulau Oar dengan Pulau Ora, pantesan banya teman-teman yang bingung ketika saya tanyak letak Pulau Ora yang ada di Banten, kebanyakan mereka bilang tidak ada dan adanya pulau Oar, kalo Pulau Ora di Maluku (itu saya juga tau). Setelah searching dengan Paman google akirnya ketemu dengan berbagai foto dan artikel mengenai Pulau Ora di Provinsi Banten serta hebohnya lagi, tidak selang berapa lama, saya diajak trip ke Taman Nasional Ujung Kulon (trip gratis asyiik #doaterkabul)
Pulau Oar berdekatan dengan Pulau Umang termasuk kawasan Taman Nasional Unjung Kulon. Letaknya di Desa Sumur, sekitar 183 kilometer dari Jakarta. Untuk mencapainya, ada dua rute jalur darat yang bisa dilalui, yaitu untuk rute pertama lewat Tol Kebun Jeruk-Merak, keluar di Serang Timur (km 71), lantas mengikuti jalan Pandeglang sampai Labuan, kemudian menuju Taragong-Citeurup-Cigeulis-Cibaliung-Cimanggu dan akhirnya sampai di Sumur. Rute kedua Anda bisa melalui Tol Kebun Jeruk-Merak, keluar di Cilegon Barat, lantas mengikuti Anyer-Carita sampai bertemu lagi dengan Labuan, kemudian mengikuti jalur yang sama dengan rute pertama sampai ke Sumur. Waktu tempuh sekitar 5 sampai dengan 7 jam tergantung situasi dan kondisi, dari dua jalur darat tersebut, kedua-duanya sampai pada Desa Sumur dan dari Sumur, Anda bisa melanjutkan perjalanan dengan menyeberang laut menuju Pulau Oar.
Kapten kapal menghentikan kapalnya tak jauh dari bibir pantai Pulau Oar sekitar 40 metera. Kamipun langsung bersiap dan terjun menuju Pulau Oar sembari bersnorkeling ria sambil melihat berbagai biota laut yang cantik nan indah, seperti ikan-ikan dan terumbu karang berbagai bentuk. Tak lama bersnorkeling, kami sudah sampai bibir pantai Pulau Oar yang berpasir putih kemudian ada tanaman merambat dengan daun yang hijau dan bunga berwarna ungu menghiasi pasir putih yang halus tersebut, tapi sempat sih ketika keindahan itu bercampur dengan serpihan karang mati. Karang-karang yang mati ini menandakan karang-karang disekitar Pulau Oar sudah kritis, selain terinjak-injak oleh wisatawan ataupun terkena jangkar kapal, bisa jadi karena kesuburan disekitar sudah tercemar berbagai limbah rumah tangga maupun lainnya.
Wuuuih, suasananya lumayan keren meskipun sudah tidak sama dengan gambaran yang berada di internet, setidaknya masih ada saung-saung, tempat duduk untuk bersantai, kamar mandi dan air mancur untuk bilasan. Ingin rasanya hati untuk membersikan serpihan karang dan beberapa sampah yang belum terurus tapi apala daya fisik sudah tidak kuat dengan hasil waktu perjalanan pulang badan saya ngilu dan panas menggigil (sebelumnya sudah mbersiin bibir pantai Pulau Panaitan yg super kotornya). Tapi tak masalah, pemandangan kotor itu hanya secuil bila dibanding dengan kesejukan Pulau Oar, apalagi bila memandang ke atas beuuuh, banyak kelapa muda, Segeer.
Adanya fasilitas-fasilitas umum yang sederhana menandakan bahwa masih ada kemauan secara bersama membuat Pulau Oar lebih nyaman, maka dari itu dihimbau kepada para pengunjung untuk buang sampah pada tempatnya (kasiankan penjaganya, kualahan)
Sedikit menjelajah bagian pulau Oar dan belum sempat menjelajah secara keseluruhan dan eeeeh ternyata nemuin bebatuan yang menurutku keren, meskipun dikelilingi pecahan batu karang yang gak keren. Saya menyusuri sebagian bibir pantai Pulau Oar dan menemukan susunan batu-butu yang membuat saya heran, terlebih-lebih saya menemukan sebuah batu yang mirip Gong (salah satu perangkat musik gamelan) dan saya dekati beberapa saat ternyata bentuknya benar-benar mirip "Gong" sehingga terbesit apakah batu ini salah satu fosil peninggalan alat musik jaman dahulu (hayalan tingkat dewa) tapi bisa jadi batu ini tidak tercipta dari kejadian alam dan sepertinya ada campur tangan manusia, kalo gak kercaya silahkan kepulau Oar, batu itu sempat saya foto (gambar di pojok bawah tulisan ini)
Setelah melihat batu tersebut (sebut saja batu gong), saya berkeinginan mendapatkan batu akik atau batu cincin Pulau Oar hehehe #ngarep yang ada serpihan batu karang. Tapi jujur terkadang saya kepikiran mengenai batu itu, apakah itu batu sisa-sisa dari kerajaan bawah laut Pulau Oar (makin nglantur) atau memang batu biasa seperti batu-batu lainnya.
Silahkan coba datang ke Pulau Oar, apakah anda orang yang termasuk beruntung dapat melihat batu "Gong" seperti yang saya maksud atau anda malah lebih beruntung dapat melihat batu unik lainnya.
Tapi Ingat, jangan usik batu-batu itu!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar