Senin, 17 November 2014

Berkunjung kepedalaman desa baduy


Berlibur ke Pantai ? Kebun Binatang ? Puncak ?Atau Taman Kota? Sudah biasa. Bagaimana kalau menghabiskan hari libur mudi tengah pedalaman bersamaSuku terasing ? Bukan kah itu patut di coba ? Aku merekomendasikan sebuah Desaetnis di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. DesaBaduy.
Desa Baduy adalah sebuah suku  yang  menerapkan system isolasi dari dunia luar. Yang memiliki keyakinan tabu untuk  di foto , tidak mengenal budaya tulis, melarang penduduknya menggunakan segala bentuk peralatan elektronik atau pun alat transportasi dan segala sesuatu  yang  berbau  modern. Penduduknya biasa disebut  Orang Baduy, yang merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut. Tapi masyarakat Baduy sendiri  lebih suka menyebut diri mereka sebagai urang  Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka.
Masyarakat Desa Baduy menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di Desa mereka, membuat mayoritas penduduknya tidak bisa membaca dan menulis. Walau begitu tidak sulit untuk menjalin komunikasi dengan orang Baduy karna meski bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah Bahasa sunda dialek Sunda-banten, mereka lancer menggunakan Bahasa Indonesia. Walaupun mereka tidak pernah mengenal sekolah  yang dianggap menentang adat istiadat. Budaya, kepercayaan, dan semua cerita nenek moyang mereka simpan rapih dalam tuturan lisan.
Masyarakat Baduy secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu,  panamping, dan dangka.
Kelompok  tangtu  adalah  kelompok  yang dikenal sebagai Baduy Dalam,  yang  paling  ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing.
Kelompok  masyarakat  kedua yang disebut  panamping  adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy  Luar, merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam,yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.
Dan kelompok dangka adalah Masyarakat Baduy yang tinggal diluar Desa Baduy. Saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zoneatas pengaruh dari luar.
Masyarakat Baduy menganut kepercayaan yang mereka sebut sebagai Sunda Wiwitan. Yaitu pemujaan kepada arwah nenek  moyang yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes.
Untuk mata pencaharian Masyarakat Baduy, sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun,  mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.

Saat ini, mengunjungi Desa Baduy sudah menjadi hal yang lumrah.Peminatnya pun sudah banyak, bisa mencapai  ratusan orang setiap kali kunjungan. Mereka akan dengan ramah menerima kehadiran pengunjung, kamu bahkan bisa menginap satu malam disalah satur umah penduduk.  Tentunya dengan ketentuan menuruti adat-istiadat yang berlaku. Seperti dilarang berfoto  di wilayah Baduy Dalam dan menggunakan sabun atau pasta gigi di sungai. Dengan begitu,  sejak ratusan tahun yang lalu Masyarakat baduy telah berhasil menjaga wilayah dan keasrian lingkungannya hingga hari ini. Jadi, bisa dibayang kan pengalaman seperti apa yang akan kamu dapatkan dalam kunjungan singkat itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar