Selasa, 16 Februari 2016

13 Jam Bersama Kereta Logawa

Melihat berita banjir yang melanda kawasan Jawa Timur, khususnya yang melanda daerah Porong, Sidoarjo, mengingatkan saya tentang perjalanan menggunakan jasa kereta api pada awal 2014 silam. Perjalanan pulang dari Probolinggo menuju Jogja menggunakan jasa kereta api Logawa setelah mengikuti rangkaian acara Tour De Probolinggo. Perjalanan darat yang seharusnya memakan waktu sekitar delapan jam perjalanan, namun akhirnya harus molor menjadi tiga belas jam lamanya. Ya, semua dikarenakan banjir yang menggenangi jalur rel kereta di daerah Porong-Tanggulangin  yang notabennya merupakan daerah aliran lumpur Lapindo sehingga jalur tersebut tidak dapat dilewati oleh kereta.


Pagi itu, saya bersama lima orang teman rombongan dari Jogja dan Solo berencana pulang menggunakan kereta Logawa dari Kota Probolinggo. Waktu itu sekitar awal bulan Februari 2014, di mana hujan mulai intens mengguyur daerah-daerah di Jawa. Perjalanan pulang dari Kota Probolinggo pun berjalanan lancar tanpa hambatan. Kereta Logawa yang kami gunakan datang tepat waktu sesuai dengan jadwal keberangkatan. Perjalanan menggunakan kereta ekonomi ini terasa menyenangkan. Gerbong kereta yang cukup nyaman dengan tambahan fasilitas pendingin ruangan, kondisi di dalam gerbong kereta yang bersih, serta para penumpang yang terlihat tertib sesuai peraturan membuat perjalanan kali ini terasa cukup nyaman. Sepanjang perjalanan saya bersama kawan tak henti-hentinya bercengkrama mengingat kembali cerita selama mengikuti acara Tour De Probolinggo tersebut.


Pedagang asongan pun tidak terlihat lalu lalang sepanjang perjalanan. Mereka hanya naik dan turun menawarkan barang dagangan ketika kereta sedang berhenti di stasiun saja. Sedangkan selama kereta berjalan, kondisi di dalam gerbong terasa cukup kondusif. Kejanggalan pun mulai terasa ketika kereta berhenti cukup lama di Stasiun Pasuruhan. Selentingan kabar jika perjalanan kereta akan terhambat karena banjir di daerah Porong pun semakin santer terdengar dari mulut ke mulut pedagang asongan yang berkeliling menawarkan barang dagangan di dalam gerbing. Saat kami konfirmasi kepada petugas kereta pun, tidak ada jawaban yang pasti tentang selentingan kabar tersebut. Seluruh penumpang dihimbau untuk tetap tenang dan menunggu kepastian kabar dari stasiun. Setelah beberapa saat berhenti, akhirnya kereta pun melanjutkan perjalanannya.


Kali ini kereta berhenti di Stasiun Bangil. Terlihat beberapa penumpang tujuan Surabaya mulai gelisah karena jadwal kereta yang mulai molor dari jadwal yang telah ditentukan. Saya rasa kekhawatiran mereka cukup beralasan, karena sebagian dari mereka akan melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya menggunakan jasa kereta lain atau menggunakan pesawat yang sudah tertera jelas jadwal keberangkatannya. Setelah menunggu sekitar 30 menit, beberapa penumpang tujuan Surabaya memilih untuk turun dari kereta dan menggunakan moda transportasi lainnya. Pada akhirnya memang pihak KAI memberikan tanggung jawab dengan menyediakan transportasi bagi penumpang yang akan melanjutkan perjalanan mereka ke Kota Pahlawan tersebut.

Saya dan rombongan memang sengaja bertahan di atas kereta. Perjalanan pulang ini memang kami buat santai karena tidak ada agenda yang harus kami lakukan pada hari kepulangan tersebut. Adanya pedagang asongan memang memberikan berkah tersendiri. Ya, apalagi kalau bukan adanya makanan murah dan mengenyangkan. Pagi itu saya membeli nasi bungkus. Maklum, kami memang belum sempat sarapan tadi pagi. Akhirnya dengan adanya pedagang asongan ini sangat membantu menyelamatkan perut dari kelaparan dan isi dompet yang pas-pasan.

Setelah sekira menunggu kepastian hampir satu jam lamanya, pihak KAI memutuskan untuk tetap memberangkatkan kereta Logawa, namun melalui jalur lintas selatan yang melewati Kota Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri dsb. "Wah, itung-itung piknik gratis ya nak kita ini, diajak muter-muter sama KAI", celetuk penumpang yang duduk di kursi seberang. Iya, kereta Logawa normalnya melewati jalur tengah melalui Kota Surabaya, bukan melalui jalur selatan melalui Kota Malang.

Perjalanan pulang kali ini memang terasa cukup panjang dan melelahkan. Atas ketidaknyamanan yang dialami oleh penumpang, pihak KAI memberi kompensasi berupa sebotol air mineral dan satu buah roti semir. Ya, perjalanan panjang yang tak terduga ini membuat pengeluaran kami bertambah karena kami harus membeli makanan di dalam gerbong kereta, terlebih memang kami tidak membawa persiapan bekal. Untuk menghilangkan rasa bosan, saya bersama teman-teman memilih untuk berjalan-jalan di dalam gerbong kereta. Sesekali kami mengecek laman sosial media untuk memperbarui berita. Untung saja sekarang sudah ada fasilitas colokan dan listrik gratis di dalam gerbong sehingga kami tak perlu khawatir untuk mengisi ulang baterai di ponsel kami karena dayanya telah habis.


Hujan gerimis mulai mengiringi perjalanan kami ketika memasuki Stasiun Madiun. Kelegaan mulai terasa karena sebentar lagi kami akan segera tiba di Jogja. Akhirnya sekitar pukul delapan malam lebih kami tiba di Stasiun Lempuyangan, padahal menurut jadwal yang tertera di tiket keberangkatan, kami akan tiba di Jogja sekitar pukul 14.30 sore. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan menggunakan jasa kereta api kali ini. Karena jalur yang terendam banjir membuat kami harus memutar arah menempuh perjalanan yang lebih jauh dari rute perjalanan biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar